'Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.'
(H.R Muslim)'Menemukanmu seperti menemukan mutiara di balik cangkang tebalnya, selain membuatku terpesona, juga membuatku merasa ingin memiliki.'
Albirru~
***
Seorang pasien perempuan berusia sekitar enam belas tahun tengah dicabut giginya, oleh seorang dokter ganteng bernama Albirru. Dokter gigi muda yang kerap disapa Biru tersebut tampak fokus pada mukut pasiennya. Deringan ponsel sedikit mengusiknya, membuatnya menyuruh rekan perawat yang bertugas bersamanya di tempat praktek untuk mengecek ponselnya. Setelah gigi yang tumbuhnya tak biasa itu tercabut, Biru langsung meninggalkan pasiennya itu, membiarkan perawat yang membersihkan sisanya. Laki-laki bertubuh jangkung tersebut berjalan menuju ke ruangannya.
Biru kembali menelepon orang yang tadi meneleponnya. "Hallo, kok panggilan aku di rijek sih!" Seseorang di seberang sana langsung ngambek, khas cewek cerewet tapi saat ini Biru masih mencintainya, jadi nada ketusnya bukannya terdengar mengesalkan tapi malah menggemaskan.
"Tadi masih ada pasien, maafin aku ya," ujar Biru lembut, membuka jas dokternya, Biru duduk di kursi kerjanya.
"Kamu udah lihat apa yang aku kirim?" tanya Biru lembut, memang mulut manisnya itu yang selalu mampu membuat gadis-gadis terjebak, belum lagi wajah tampannya, sampai-sampai anak gadis orang terperangkap dalam kubangan dosa saat melihat wajah Biru, bukannya Biru menggunakan pelet, hanya saja wajah tampan miliknya yang merupakan anugrah dari Tuhan memang sangat paripurna tak ada satupun yang bisa menolak pesonanya.
"Udah, buat apa emang?" tanya Delina—pacar Biru saat ini.
"Nanti malam dandan yang cantik, kita ke resepsi pernikahan Danias sama Karin," ujar Biru memberitahu. Danias adalah rekan kerjanya di klinik tersebut, dari jam 08.00-13.00 Biru akan praktek di rumah sakit, Danias yang akan membuka praktek di klinik ini, kamudian dari jam 19.00-24.00 Biru yang buka di klinik, namun karena hari ini Danias menikah jadi mulai hari ini sampai seminggu ke depan Biru akan full di klinik dan jam jaganya di rumah sakit digantikan oleh dokter lain.
Praktek dokter gigi yang dia kerjakan bersama dengan Danias adalah milik keluarganya, papa Biru sengaja membukakan tempat itu agar ilmu yang Biru dapat semasa diperkuliahan bisa tersalurkan langsung selepas anak itu memiliki surat izin praktek. Biru melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, masih jam tiga sore, butuh skitar tujuh jam lagi untuk bisa bertemu dengan Delina.
"Kapan sih aku gak cantik di hadapan kamu?" tanya Delina dari seberang sana, seketika Biru tersenyum dan memutar kursi kerjanya untuk menghadap ke jendela agar bisa melihat langsung lalu lintas yang lumayan padat.
"Jadi kangen," kata Biru membuat Delina terkekeh, hubungan itu sudah berjalan satu tahun walau ada beberapa kali putus nyambung dan Biru yang selingkuh dengan perempuan lain, namun nyatanya hubungan itu semakin manis saja dari hari ke hari.
"Sini dong, aku lagi masak soto Medan," kata Delina, di seberang sana gadis tersebut tengah menghirup bau soto dari atas panci.
"Gak bisa Sayang, klinik gak bisa ditinggal," ujar Biru, kalau menuruti hatinya, sebenarnya hatinya sangat ingin, setiap saat dia selalu merindukan kekasihnya itu.
"Kan kliniknya punya kamu, masa gak bisa ditinggal." Sekarang Biru membayangkan wajah cemberut Delina di seberang sana, pasti sangat menggemaskan.
Biru terkekeh. "Gak bisa seenaknya dong sayang, kalau tiba-tiba ada pasien gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Elshanum & Albirru
SpiritualAku ibarat tunas kelapa yang terombang-ambing di atas permukaan air laut dan kamu adalah tepian pantai yang pada akhirnya menjadi tempatku berlabuh kemudian tumbuh. *** Bagaimana jika seorang pria datang kepadamu dengan membawa komitmen yang ternyat...