'Benar bahwa ternyata cinta bermula dari mata, karena ketika melihatmu, aku seperti siap untuk memulai sesuatu yang abu-abu, sesuatu yang aku sendiri bahkan tidak yakin siapkah aku.'
Albirru
***
Shanum sebenarnya cukup risih jika berada di tempat ramai seperti ini, namun ingin pulang cepat ibunya sudah mewanti-wantu untuk menyamankan diri mengingat Karina adalah sepupu perempuannya satu-satunya, kakeknya dari pihak ibu memang hanya memiliki dua cucu perempuan, dirinya dan Karina. Shanum memang tak suka keramaian, namun mau bagaimana lagi keluarga sedang berkumpul, tak mungkin Shanum melarikan diri.
"Kita sampe pestanya selesai banget ini di sini?" tanya Shanum pada abangnya yang duduk di sebelahnya memperhatikan dua pengantin yang tampak sangat bahagia di pelaminan sana.
"Sampe ibu sama ayah mau pulang," jawab Hanan—abang Shanum.
Shanum langsung mengerucutkan bibirnya, memang jarang-jarang keluarga mereka berkumpul menikmati waktu bersama seperti ini, namun sungguh bagi Shanum ini sangat membosankan, selama ini jika ada acara Shanum selalu bersama dengan Karin, membahas banyak hal dengan sepupu yang lebih tua satu tahun darinya itu, namun karena ini acara milik Karin, jadi Shanum merasa benar-benar sendirian, sepupunya yang lain semua laki-laki, padahal ada sekitar delapan orang, namun Shanum mengobrol sekadarnya dengan mereka.
Dari tempatnya berdiri merangkul pinggang Delina, Biru sudah tak fokus lagi dengan obrolan teman-teman sekelasnya, matanya masih menatap kea rah Shanum, namun ada yang mengusiknya, siapa gerangan laki-laki yang duduk di sebelah gadis itu?
Shanum tampak bangkit dari duduknya menghampiri seorang wanita lain kemudian saling menempelkan kedua pipui, cepika-cepiki.
"Makin salihah aja ya Num," ujar Rissa—salah satu teman sekolah Karina—yang Shanum juga kenal.
"Hehehe InsyaAllah Kak, aamiiin," respon Shanum tak mau terbang karena sebuah pujian.
Dari tempatnya berdiri Biru menipiskan bibirnya, dia kenal dengan Rissa, gadis itu adalah salah satu staf rumah sakit yang bertugas di instalasi gizi dengan nama lengkap Larissa Puspita Kurniawan S.Gz.
"Gak sama temen-temen yang lain Kak?" tanya Shanum mengingat Rissa hanya berdua dengan laki-laki yang merupakan pacarnya.
"Susah ngatur waktunya Num, udah pada sibuk semua," jelas Rissa, dulu Shanum memang sering sekali ikut ke tempat tongkrongan Karina, hingga beberapa teman Karina pada akhirnya menjadi teman Shanum juga.
"Gitu ya, iya deh yang udah pada sukses." Entahlah itu sebuah pujian atau tidak.
"Apa sih kamu tuh!" Rissa mendaratkan cubitan kecil di lengan Shanum yang merupakan anggota termuda di geng mereka.
"Ya udah Kakak mau makan dulu ya," pamit Rissa yang diangguki oleh Shanum, kini kembali kosong, Shanum merasa kembali seperti semula, terjebak di kerumunan orang-orang yang tak ia kenal. Tadi beberapa temannya sudah datang, namun mereka datang terpisah-pisah menyesuaikan jadwal masing-masing barangkali, apalagi saat acara akad kemarin mereka sudah menemani Karina satu harian menjadi bridesmaids, jadi hari ini hanya menyempatkan diri untuk hadir.
Di antara semuanya hanya Shanum yang memiliki profesi lumayan fleksibel, jadi hanya Shanum yang selalu setia menemani Karina mulai dari akad kemarin pagi, sampai resepsi malam ini. Shanum memutuskan untuk kembali duduk di dekat abangnya.
Setelah sekitar tiga puluh menit berada di lokasi pesta, Biru memutuskan untuk mengajak Delina pulang. Sampai di parkiran, ternyata mobil Biru dan Rissa parker bersebelahan dan kebetulannya lagi Rissa juga berniat untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elshanum & Albirru
SpiritualitéAku ibarat tunas kelapa yang terombang-ambing di atas permukaan air laut dan kamu adalah tepian pantai yang pada akhirnya menjadi tempatku berlabuh kemudian tumbuh. *** Bagaimana jika seorang pria datang kepadamu dengan membawa komitmen yang ternyat...