'Kukira kamu akan menjadi tempat pulang, nyatanya malah menghilang, berkahir menjadi kenang.'
Elshanum & Albirru
~Thierogiara
***
Gilanya Biru, selepas curhat dan mendapat pendapat dari Danias, kini dia malah makan malam dengan Sarah di sebuah restaurant mewah dengan alunan musik klasik. Ini adalah upaya menghibur diri dari sebuah kegalauan yang abu-abu, yang tidak jelas arah dan tujuannya.
Sarah memasukkan sepotong daging ke dalam mulutnya sembari melirik Biru, ada yang berbeda dengan laki-laki itu malam ini, tak biasanya Biru diam saja seperti ini, kadang meski hal yang tak penting Biru tetap akan mengajak Sarah bercerita.
Sarah mengulurkan tangannya menggenggam tangan Biru yang ada di atas meja, Biru yang kaget sedikit memundurkan tangannya membuat Sarah terkejut heran.
"Kamu kenapa sih?" tanya Sarah, mungkin dia adalah seorang pelarian kala Biru tak enak hati dengan Delina, namun kalau Biru hanya diam dan Sarah diminta untuk mengerti sendiri, Sarah bukan cenayang yang bisa mengerti isi hati orang lain.
Biru tersenyum, senyum palsu, Sarah tahu itu!
"Nggak apa-apa," ujar Biru dengan mata sendunya, mata yang selalu bisa menghipnotis para gadis dan beranggapan kalau dia adalah laki-laki baik-baik.
"Bohong!" sela Sarah menarik tangannya yang sempat digenggam Biru.
"Kamu nggak bakal diem kalau baik-baik aja, kamu juga nggak bakal kayak gini sama aku kalau kamu baik-baik aja." Nada suara Sarah mulai meninggi, membuat Biru otomatis memperhatikan sekitar, dan meremas tangan Sarah.
"Aku baik-baik aja," kata Biru, Sarah langsung menarik serbet yang menutupi pahanya kemudian melemparnya ke atas meja.
"Kenapa lo nggak pernah sadar posisi lo?!" tanya Biru dengan suara yang nyaris seperti bisikan namun cukup terdengar menyeramkan.
"Dan kenapa lo nggak pernah sadar kalau gue yang selalu nerima lo apa adanya? Kenapa bahkan saat gue merasa lo sangat berarti, lo malah menganggap gue seonggok sampah?!" Sarah ikut mendekatkan wajahnya ke wajah Biru kemudian berkata dengan nada yang sama.
"Sarah please!!"
Sarah bangkit dari duduknya menyiramkan anggur ke kepala Biru kemudian kelur meninggalkan laki-laki tak berguna itu sendirian, mulanya mungkin semua ini hanya permainan, mulanya mungkin Sarah setuju saja saat Biru tak memberikan penekanan apa pun dalam hubungan mereka, namun lambat laun Sarah mulai menggunakan hatinya dan kini dia sampai pada titik jengah, titik di mana dia sudah tak bisa menahan segala perasaannya, satu-satunya hal yang dia inginkan adalah Biru dan dari segala yang sudah terjadi, Sarah tak menemukan satupun hal yang mungkin membawa mereka pada keseriusan.
Biru memejamkan matanya untuk beberapa saat, menggelikan sekali ketika seorang selingkuhan yang masih diberi kesempatan untuk tetap menjalani semuanya oleh sang ratu ingin menjadi yang utama, menggelikan sekali rasanya jika Biru yang ingin bermain-main malah dipaksa untuk menghargai mainannya, namanya juga permainan ketika bosan Biru akan meninggalkannya.
Biru menghapus jejak-jejak lengket di wajahnya menyugar meletakkan beberapa lembar uang ratusan di atas meja baru kemudian berjalan cepat keluar restaurant tanpa memandang siapa pun yang memperhatikannya.
Biru kemudian masuk ke dalam mobil dan langsung memukul stir mobil karena kesal, dia malu! Sangat malu! Bagaimana bisa seorang dokter ganteng dari poli gigi rumah sakit Kesehatan Bangsa diperlakukan seperti ini? Bagaimana bisa seorang Biru yang para wanita akan langsung tunduk dan takluk padanya dipermalukan di depan umum seperti ini? Dan yang bisa melakukan itu hanya Sarah, seorang wanita yang Biru anggap mainan selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elshanum & Albirru
SpiritualAku ibarat tunas kelapa yang terombang-ambing di atas permukaan air laut dan kamu adalah tepian pantai yang pada akhirnya menjadi tempatku berlabuh kemudian tumbuh. *** Bagaimana jika seorang pria datang kepadamu dengan membawa komitmen yang ternyat...