'Aku mencintaimu dan yang paling kutakutkan adalah kisah kita menemui titik bernama pisah.'
Elshanum & Albirru
Thierogiara
***
Kalimat-kalimat dari Ibra cukup ambigu membuat Shanum kepikiran sejak naik motor hingga sampai ke rumah. Shanum menatap baju pengantinnya yang menganntung di jemuran luar, apa maksud Ibra? Atau jangan-jangan?
Shanum mengahapus air mata yang menetes di ujung matanya, dia tak mau berpikiran buruk namun sepertinya memang ada sesuatu di antara Biru dan Ibra sesaat sebelum pernikahan. Semuanya sudah terjadi, Shanum mungkin bisa menerima kenyataan, tapi bisakah dia menerima pernikahan ini? mampukah ia bertahan dengan sosok seperti Biru?
"Assalamualaikum." Biru masuk ke dalam kamar Shanum.
"Waalaikumsalam," jawab Shanum dengan suara bergetar khas seseorang yang menahan tangis.
Biru jadi terdiam dan asik menebak-nebak, apalagi kesalahannya?
"Kamu baik-baik aja?" tanya Biru yang lantas berjalan mendekat ke Shanum yang sedang berdiri di dekat jendela.
"Nggak, bisa Mas jelasin apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Mas bisa datang di saat yang tepat? Di saat mas Ibra ngebatalin pernikahan? Kenapa aku bisa nggak peka sama keadaan ini." Shanum menghapus asal air matanya yang meluruh tanpa permisi.
Biru terdiam, dia menelan ludahnya dengan susah payah, kenapa Shanum tiba-tiba menanyakan ini? ternyata memang ekspektasi tak pernah sesuai dengan realita, mulanya Biru berprasangka baik kalau hubungan mereka akan baik-baik saja, namun sekarang? Lihatlah belum satu hari, tapi tampaknya mereka akan bertengkar hebat.
"Kamu mau denger yang mana?" tanya Biru berusaha untuk tenang, dia bahkan mendudukkan dirinya di atas kasur, kalau Shanum meledak, maka Biru harus bisa menghentikan ledakan itu.
Shanum memejamkan matanya, baru satu hari, namun pernikahan itu terasa sangat amat menyakitinya.
"Semuanya, aku mau denger semuanya Mas!!" ujar Shanum dengan emosi yang memunjak, tingginya nada suara Shanum juga sepertinya bisa di dengar oleh orang rumah.
Biru bangkit dari duduknya lantas berjalan mendekati Shanum memegang bahu istrinya itu yang kemudian langsung ditepis. Shanum malah memundurkan dirinya, membuat Biru menunduk di depannya.
"Kamu ketemu sama Ibra?" tanya Biru, seingatnya tadi Shanum sempat meneleponnya izin ke kafe dekat rumah sebentar.
"Iya! Dan dia ngomong sesuatu yang sama sekali aku nggak ngerti!!"
"Sehari sebelum pernikahan kamu sama dia aku datengin dia dan dia memilih menyerahkan kamu sama aku, bukan salahku Num, emang udah takdirnya, kita berjodoh," ungkap Biru.
Shanum menggeleng, bisa-bisanya Biru menemui Ibra.
"Sekarang apa? Kamu mau marah? Mau kesal sama Allah, mau nggak terima sama apa yang udah terjadi, Allah tau apa yang terbaik untuk hambanya, mungkin memang kita berdua, aku sama kamu, bukan kamu sama Ibra," jelas Biru dengan mata sendunya berharap kalau Shanum sadar bahwa ada dirinya di sana bersama Shanum, yang sangat siap untuk menata masa depan bersama.
Bahu Shanum langsung bergetar, tapi kalau Biru tak menemui Ibra semua ini tak akan terjadi kan? Hal rumit ini tak akan menghantui hidup Shanum kan?
"Jelasin semuanya! Jelasin sejelas-jelasnya!!"
***
Sehari sebelum pernikahan Shanum.
Biru tak tahu lagi harus bagaimana, hanya tinggal menghitung hari dan Shanum akan menjadi milik orang lain. Ibra, sosok yang akan menjadi suami Shanum, siapa dia sebenarnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Elshanum & Albirru
ДуховныеAku ibarat tunas kelapa yang terombang-ambing di atas permukaan air laut dan kamu adalah tepian pantai yang pada akhirnya menjadi tempatku berlabuh kemudian tumbuh. *** Bagaimana jika seorang pria datang kepadamu dengan membawa komitmen yang ternyat...