10. Kekecewaan Mendalam

2K 280 2
                                    

'Kehilangan adalah salah satu hal yang akan menyadarkan manusia bahwa cinta terbaik adalah cinta pada Allah, karena Allah tak akan pernah mengecewakan hambanya.'

Elshanum & Albirru

***

Shanum pulang ke rumahnya dengan derai air mata dan rasa kecewa yang hanya bisa diuangkapkan dengan air mata. Sementara itu Biru masih diam di tempatnya, laki-laki itu menggenggam tangan Delina, namun hati dan pikirannya dilingkupi oleh rasa bersalah dan bagaimana Shanum setelah ini? Kalau boleh jujur dia juga dengan keputusannya ini, namun mau bagaimana Shanum memberikan kenyamanan saat mereka mengobrol, tapi Biru tidak mencari istri yang sepertinya, Shanum dengannya sangat bertolak belakang. Shanum sangat baik dengan pegangan agama yang kuat, sementara dirinya bahkan baru mulai kembali salat lima waktu saat Shanum mengingatkannya.

"Are you okay Bi?" tanya Delina yang masih setia mendampingi Biru, Biru menoleh kemudian tersenyum, dia kemudian merasa bodoh karena telah memikirkan Shanum, jelas-jelas yang dia butuhkan hanya Delina, Delinalah yang paling mengerti Biru, dia tak butuh Shanum atau siapa pun.

Biru tersenyum kemudian mengangguk. "Aku baik-baik aja kok," kata Biru selembut mungkin.

"Setelah ini masih mau main-main lagi, aku nggak janji bakal nunggu kamu siap loh Bi, umur aku udah sangat cukup untuk pertanyaan kapan nikah, selagi aku masih tinggal di Indonesia, mungkin aku nggak akan bisa terlalu lama menunggu," ungkap Delina menunduk, dia terlalu cinta dengan cowok yang menggenggam tangannya itu, dia sudah terlalu dalam menaruh hati pada ketidak jelasan Biru, maka kini sangat sulit rasanya untuk melepaskan laki-laki itu meski sudah memiliki banyak kesalahan.

Biru membawa tangan Delina ke bibirnya mencium punggung tangan itu dalam-dalam, berusaha membuat Delina bisa merasakan ketulusannya. Sementara Delina hanya menatap apa yang Biru lakukan itu tanpa minat, sudah sangat lumrah ketika Biru melakukan kesalahan dan dia memaafkannya.

"Sebanyak apa pun wanita dihidupku, kamu tau, aku Cuma selalu kembali sama kamu," ujar Biru dengan mata sendunya, siapa yang tak luluh ditatap seperti itu, maka kali ini pun delina luluh, gadis itu mengangguk dan memafkan Biru untuk yang kesekian kalinya.

"Aku ke kasir dulu, bayar, setelah itu kita makan di restaurant," ujar Biru yang langsung meninggalkan Delina sendirian.

Delina menatap punggung Biru, entah sampai kapan dia akan bertahan dengan laki-laki itu, entah sampai kapan hatinya akan sanggup menerima segala kelakuan Biru, sentah sampai kapan Delina akan tetap menolak laki-laki lain hanya karena seorang Biru. Entahlah sampai kapan, saat ini Delina hanya berusaha untuk menjalani apa yang perlu untuk dijalani.

Setelah membayar keduanya berjalan bergandengan tangan kembali masuk ke dalam mobil Biru, sebenarnya keduanya sudah sangat sempurna sebagai pasangan, tidak ada kekurangan lagi, keduanya sudah sangat siap, sudah sangat mapan, namun nyali Biru belum sebesar itu untuk membawa Delina ke jenjang pernikahan.

Shanum sendiri menghabiskan waktu di taman kompleks, dia merasa tidak siap menemui orang rumahnya dengan keadaan seberantakan ini. Di taman Shanum berusaha menenangkan dirinya sendiri dengan sebotol air mineral, dia juga berusaha untuk meredam sesenggukannya, Shanum juga berusaha untuk tertawa ketika melihat anak-anak bermain. Berbagai upaya Shanum lakukan untuk menjadi baik-baik saja.

Setelah baik-baik saja, setelah tak ada lagi jejak air mata di wajahnya, setelah bisa bernapas dengan lega, barulah Shanum bangkit dari duduknya berjalan menuju motornya kemudian melanjutkan perjalanan menuju rumah. Shanum mengucap salam berniat langsung menuju kamar, namun belum sempat kakinya melangkah menapaki anak tangga menuju lantai dua Kartika muncul.

"Gimana? Sudah ada kepastian?" Kartika bertanya sembari berjalan menuju meja makan.

Sungkan karena ibunya mengajak berbicara, Shanum jadi mengurungkan niatnya menuju lantai dua, gadis itu ikut bergabung dengan sang ibu di kursi meja makan, siap atau tidak, pada akhirnya Shanum harus mengatakan yang sebenarnya, tentang dia dan Biru, tentang sebuah hubungan yang sudah gagal bahkan sebelum dimulai.

Shanum hanya diam, dia tak tahu harus menjelaskan dari mana, sekarang dia sedang kecewa, rasanya sangat tidak enak, jadi dia tidak ingin ibunya juga kecewa dan merasakan ini semua.

"Gimana Num? kok diam aja?" Kartika bertanya lagi dengan nada yang lebih menuntut.

"Mas Biru mundur, dia nggak mau nikahin Shanum." Shanum menunduk menggigit bibir bawahnya sendiri, berat, ini sangat berat untuknya, namun mau bagaimana lagi? Shanum tak mungkin berbohong.

Plakk!!

Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Shanum membuat air mata gadis itu jatuh lagi, Shanum menangis lagi, panas menjalari pipinya, dia sadar dia salah bahkan sangat-sangat salah.

"Maafin Shanum," ujar Shanum dengan suara bergetar, wallahi dia juga tersakiti dengan semua ini.

"Di mana harga diri kamu?! Menjalin hubungan dengan seseorang yang sama sekali tak mau menikah denganmu, ya Allah Shanum, kurang apa ayah sama ibu mendidik kamu?!"

Shanum mengambil tangan ibunya. "Maafin Shanum Bu, maaf!!" Shanum menciumi punggung tangan ibunya, semuanya di luar kuasanya, dia juga tidak menyangka kalau ternyata Biru adalah orang seperti itu, tak pernah ada dalam pikiran Shanum kalau dia sedang dipermainkan.

Kartika hanya diam, ibu dua anak tersebut bangkit dari duduknya meninggalkan Shanum sendiria, kecewa, kekecewaannya lebih besar dari yang Shanum rasakan. Dia adalah seorang ibu, dia tidak bisa mengetahui anaknya diperlakukan seperti ini. Shanum adalah permatanya yang sangat berharga, untuk alasan apa pun itu, sungguh Kartika sangat tidak terima.

***

Sore ke malam hari dada Shanum rasanya masih saja sesak, apa yang Biru janjikan padanya berputar-putar di kepalanya, Shanum merasa sangat bodoh dan sangat tidak berguna, dia merasa terlalu murahan hingga dengan mudahnya terjebak dengan mulut manis Biru.

Selesai salat isya, Shanum naik ke tempat tidur, satu harian ini dia memohon pada Allah sehabis salat untuk mengampuni dosa-dosanya. Shanum merasa menjadi manusia paling berdosa karena tak melibatkan Allah dalam sesuatu yang dia jalani bersama Biru.

Shanum menyambar ponselnya yang ada di atas nakas sebelah tempat tidurnya, dia membaca history chat dengan Biru selama ini, ternyata mereka banyak kali mengingatkan tentang kebaikakan, Shanum tersenyum getir kemudian membersihkan semua chat tersebut.

Tak lupa pula Shanum mem-block nomor Biru begitu juga dengan media sosial laki-laki itu, Shanum menghilangkan segala jejak yang berhubungan dengan Biru, mengikhlaskan semuanya menjadi masa lalu, dia tidak akan mengulang ini semua dengan Biru ataupun dengan orang lain. Shanum hanya akan memulai sebuah hubungan atas dasar Allah, atas dasar dirinya dan laki-laki yang akan menjadi jodohnya kelak mencintai Allah.

Shanum mengembalikan ponselnya ke atas nakas, lantas menarik selimut kemudian langsung tertidur, matanya sudah terlalu lelah, dia sudah terlalu banyak menangis, hingga meski pikirannya sedang berkecamuk, Shanum tetap bisa dengan mudah tertidur.

***

Jam dua dini hari Shanum terbangun karena alarm ponselnya berdering, Shanum sengaja memasang alarm karena memang niatnya dia ingin salat malam, malam ini. Shanum langsung menuju kamar mandi mengambil wudhu kemudian langsung melaksanakan salat tahadjud, dia sangat butuh Allah, maka sekalipun malam hari, sekalipun sangat mengantuk Shanum tetap melaksanakannya.

Shanum mengangkat kedua tangannya untuk berdoa, salat dan dzikir sudah selesai ia laksanakan, kini saatnya Shanum berdoa.

"Ya Allah, ampuni dosa hambaMu ini, ampuni segala kesalahan hamba, maafkan karena seorang mahluk hamba jadi lalai beribadah kepadaMu. Maafkan hamba atas segala yang sudah membuat hamba lalai. Ampuni hamba, yakinkanlah bahwa rencanaMu yang terbik, hadirkanlah sosok yang bisa membimbing hamba menuju surgaMu, seseorang yang mencintaiMu yang mencintai rasulMu, yang perpegang teguh pada agama islam, ya Allah buatlah hamba mencintaiMu sebelum mencintai mahlukMu. Sayangilah hamba selalu ya Allah, yakinkanlah hamba bahwa rencanaMu selalu menjadi yang terbaik."

***

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Semoga cerita ini bisa menghibur kalian semua. Jangan lupa vote & comment...

Elshanum & AlbirruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang