'Kita tak pernah tahu apa yang tersembunyi di dalam bumi dan di balik langit, juga takdir soal kita.'
Elshanum & Albirru
~Thierogiara
***
Hanan dan keluarganya mendatangi Ibra, namun apa yang mereka dapat? Kata kedua orang tuanya Ibra berangkat ke Palembang dan sudah pergi menuju bandara.
"Sebenarnya kenapa? Semua sudah dipersiapkan, Shanum sangat terpukul sekarang di rumah," ujar Tama, sorot matanya tak bisa berbohong, dia menampilkan kekecewaan yang mendalam di depan orang tua Ibra.
Sementara Hanan sudah mengepalkan tangannya kuat-kuat dia sangat emosi sekarang, ingin rasanya meninju apa pun.
"Kami juga tanya kenapa dia malah pergi ke Palembang padahal besok adalah acara akad nikahnya, namun dia hanya mengatakan kalau dia tak mau menikah dengan Shanum," jawab Devi—mama Ibra.
"Apa harga diri adik saya serendah itu di mata kalian? Pernikahan adalah ibadah, pernikahan adalah sesuatu yang sakral, bisa-bisanya kalian menganggapnya sebagai sebuah candaan!!" Hanan ikut berbicara, suaranya sedikit menggeram, Hanan berusaha menahan bongkahan amarah yang memenuhi hatinya.
Tama memegang lengan Hanan, bagaimanapun Hanan tak pantas berbicara dengan nada seperti itu pada orang tua, keluarga Ibra mungkin salah, namun akan lebih salah lagi kalau Hanan memulai keributan di sana, semuanya berawal baik, jikapun memang berakhir, harus berakhir dengan baik.
"Kalau memang begitu kenapa melamar Shanum waktu itu? Shanum adalah seorang wanita, perasaannya sangat lembut, hatinya pasti sakit karena semua ini, ini adalah mimpi buruk bagi setiap wanita." Pakde Hasan—abang ibu Hanan dan Shanum—ikut berbicara, sebagai orang yang paling tua di sana dia merasa berhak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Jujur saja saya sangat menyukai Shanum, saya sangat bahagia ketika melamar Shanum, saya bahkan sangat tidak sabar memiliki Shanum menjadi menantu saya, saya juga tidak tau kenapa Ibra memilih keputusan ini, katanya dia tidak bisa, sangat tak bisa menikahi Shanum, taka da penjelasan lebih, keseriusannya dibuktikan dengan kepergiannya ke Palembang ke tempat Uwak-nya," jelas Devi lagi, dia dan suaminya sudah tak punya muka bertemu dengan keluarga Shanum, malu sekali dibuat anak laki-laki mereka.
"Saya meminta maaf yang sebesar-besarnya atas nama Ibra, anak itu akan segera saya beri hukuman," ucap papa Ibra dengan kepala menunduk.
"Anak kalian sangat pecundang, seharusnya dia menghadap saya kemudian menyelesaikan semuanya secara jantan," kata Hanan, kesopanannya langsung menguar begitu saja, hatinya dan Shanum seperti sebuah kesatuan, saat Shanum sakit hati, Hanan juga merasa ikut sakit hati.
Hanan mengabaikan tangan ayahnya yang kini meremas lengannya, Hanan tak peduli, Shanum sudah banyak kali merasakan luka, Ibra sangat lancing karena membuat Shanum terluka lagi, sebagai abang Hanan akan selalu berada di garda terdepan mengutamakan kebahagiaan Shanum, juga menyelamatkan Shanum dari bentuk rasa sedih seperti apa pun.
"Maafkan Ibra." Papa Ibra menunduk semakin dalam.
Sementara di rumah, Shanum masih enggan bicara, semua orang juga tak berani mengajaknya berbicara, di tangannya terdapat tasbih digital, gadis itu hanya terus meuji-muji Allah, Allah adalah kekuatannya, kekecewaaan ini tidak seberapa, Shanum pasti bisa melewatinya.
Shanum memejamkan matanya, ini adalah waktu berharga, dia ingin quality time dengan Allah, sendirian di kamar, hanya berdua dengan Allah, tanpa menjelaskan pun Shanum yakin kalau Allah tahu bentuk sakit seperti apa yang kini tengah menimpa Shanum.
![](https://img.wattpad.com/cover/214097719-288-k530299.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Elshanum & Albirru
SpiritualAku ibarat tunas kelapa yang terombang-ambing di atas permukaan air laut dan kamu adalah tepian pantai yang pada akhirnya menjadi tempatku berlabuh kemudian tumbuh. *** Bagaimana jika seorang pria datang kepadamu dengan membawa komitmen yang ternyat...