'Penyeselan memang selalu datang di akhir, seharusnya jangan pernah menyesali sesuatu yang memang sudah kau tolak sejak awal.'
Elshanum & Albirru
~Thierogiara
***
Biru kembali datang ke sekolah Shanum, seperti biasa ia memantau Shanum dari kejauhan, wanita itu, wanita yang dengan seenaknya membuat Biru merasa kacau, akan menikah. Shanum akan menjadi milik orang lain, Biru tak akan berhak lagi bahkan hanya untuk memandangnya.
Biru keluar dari dalam mobilnya berjalan menuju tempat Shanum bekerja, dia perlu menemui Shanum dan mendengar sendiri dari mulut gadis itu kalau dia benar-benar akan menikah.
"Saya mau bertemu Shanum," ujar Biru saat dia sampai di depan gerbang dan ditahan oleh penjaga sekolah, memang penampilan Biru tak terlihat mencurigakan, namun bukankah sesuatu yang tampak tak mencurigakan itu yang harus dicurigai?
"Tunggu sebentar biar saya yang panggil Bu Shanum," ujar Dody selaku penjaga sekolah tempat Shanum mengajar.
Biru tak membangkang, dia benar-benar menunggu di depan gerbang, sampai Dody kembali menghadapnya kemudian mengatakan, "Bu Shanum tidak mau bertemu dengan Bapak."
"Ini penting, tolong bilang sama dia, kalau dia nggak nemuin saya, saya akan langsung masuk ke dalam!!" Biru menaikkan nada suaranya membuat Dody seketika gelagapan kembali berjalan menghampiri Shanum.
Shanum yang saat itu sedang mengikatkan tali sepatu salah satu muridnya menoleh menatap Biru. Mau apa lagi sih manusia satu itu? Sungguh Shanum sudah tak mau lagi berurusan dengannya.
"Gimana Bu, dianya maksa," kata Dody sekali lagi, Shanum tahu kalau dia kembali menolak maka Dody akan berada di posisi tidak nyaman, maka Shanum bangkit dari duduknya, menepuk sekilas kepala muridnya lalu berjalan menuju Biru.
Shanum keluar dari pekarangan sekolah menutup pagar lalu berjalan menyingkir agak jauh dari sekolah, dia mungkin akan marah-marah, Shanum tidak ingin murid-muridnya melihatnya marah-marah.
"Ada apa lagi?" tanya Shanum.
"Kamu benar mau nikah?" tanya Biru balik.
"Iya," jawab Shanum tanpa menatap wajah Biru, gadis itu bahkan membuang muka dan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Sama siapa?"
Shanum menoleh untuk menatap Biru. "Emang urusan kamu?"
"Apa nggak bisa kita jadi teman? Ternyata aku nggak bisa jauh dari kamu." Kalimat Biru memelan di akhir.
"Nggak usah bercanda kita adalah dua manusia dewasa, kamu sendiri yang memutuskan untuk bersama pacar kamu, kamu sendiri yang memaksa aku mundur, jangan bertindak seolah-olah kalau akulah yang salah, kita udah selesai, lagipula sedari awal kita memang nggak memulai apa-apa kan?" Shanum menipiskan bibirnya, bukan untuk tersenyum, namun untuk menekan rasa getir hatinya sebab pernah menjalani sesuatu yang tidak jelas, dengan seorang pria pula.
Biru terdiam, dia memang tak pernah mendeklarasikan kalau Shanum adalah miliknya, dia juga tak pernah memberikan sebuah kepastian tentang sebuah hubungan yang jelas dengan Shanum. Tak ada sesuatu spesial yang harusnyan menjadi alasan Shanum bertahan. Biru yang terlalu naïf, dia yang terlalu percaya diri kalau urusan dengan Shanum akan selalu mudah.
"Kita jalani hidup kita masing-masing, lupakan apa pun yang sudah terjadi, kalau aku memang berarti dalam hidupmu, maka anggap saja aku adalah bagian dari masa lalu, setiap perempuan butuh kepastian, termasuk pacarmu, berhenti sampai di sini, Mas Biru." Biru mengangkat wajahnya menatap Shanum, sapaan itu, selalu menyenangkan mendengarnya kalau keluar dari mulut sosok Shanum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Elshanum & Albirru
SpiritualAku ibarat tunas kelapa yang terombang-ambing di atas permukaan air laut dan kamu adalah tepian pantai yang pada akhirnya menjadi tempatku berlabuh kemudian tumbuh. *** Bagaimana jika seorang pria datang kepadamu dengan membawa komitmen yang ternyat...