Masih Baru~

6.4K 505 36
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

💐💐

"Segala sesuatu itu butuh proses. Begitu juga dengan kita. Untuk bisa membangun keluarga yang sakinah, kita memerlukan banyak usaha agar dapat mewujudkannya."
Indahnursf~

💐💐

"Maaf, beginilah keadaan rumah saya. Tidak besar, hanya sederhana," Zaid mempersilakan Asya masuk ke dalam rumah yang sudah dua tahun ini dia tunggu.

Sudah sejak tahun kedua kematian kedua orang tua Zaid, lelaki itu memutuskan untuk memberanikan diri mengambil perumahan tanpa bunga yang ada di kota Palembang, sengaja dia memulai mengambil rumah, karena dia ingin agar kelak setelah menikah istrinya ada tempat tinggal yang layak. Zaid bukanlah keturunan ningrat apalagi Sultan. Dia hanya anak dari seorang pensiunan petani, ya, sisa pensiun dari orang tuanya bukan berupa uang tunjangan, melainkan sawah yang ada di daerah Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Karrna Zaid tinggal di kota Palembang, maka sawah warisan itu dia amanahkan kepada kakak sepupunya agar merawat sawah itu.

Asya melangkahkan kakinya memasuki rumah yang terlihat begitu nyaman. Rumah itu tidak besar, tetapi terlihat begitu nyaman untuk di jadikan tempat tinggal. Terdiri dari dua kamar dan satu toilet, dengan ruang tamu dan ruang keluarga yang berukuran sedang, serta dengan dapur yang berdesain minimalis. Rumah itu sederhana, namun elegan. Di tambah ada kolam renang ukuran mini di bagian samping, dan kolam itu tepat berhadapan dengan ruang keluarga. Halaman kecil yang sengaja dibuat taman mini dengan sedikit tempat untuk memarkirkan kendaraan beroda dua milik Zaid. Sebenarnya garasi itu bisa di isi dengan kendaraan beroda empat, hanya saja Zaid belum mampu membeli kendaraan beroda empat, dia masih setia menggunakan kendaraan sepeda motornya yang sudah tiga tahun ini menemani perjuangannya.

"Silakan masuk ke kamarmu, nanti saya buatkan makan siang kamu pasti lapar," instruksi Zaid seraya menunjukkan kamar yang hanya berjarak dua langkah dari kamarnya.

Asya mengernyitkan dahi, dia bingung kenapa Zaid menyuruhnya menempati kamar yang terpisah, padahal mereka sudah resmi menjadi suami istri. Tapi Asya tidak mau ambil pusing, lagian dia juga tidak mau satu kamar dengan dosen bengis itu.

"Asya,"

Baru saja Asya ingin menutup pintu kamar, panggilan dari Zaid membuatnya menghentikan langkah.

"Kalau kamu butuh sesuatu kamu bisa minta sama saya, dan saya tahu kamu masih belum menerima seutuhnya pernikahan ini, tetapi izinkan saya untuk membuatmu mencintai saya dengan cara saya. Dan, saya berharap semoga seiring berjalannya waktu kita bisa membina rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rohmah," jelas Zaid penuh harap.

"Pak, saya kan sudah jadi istrinya Bapak, nah saya minta Bapak jangan kasar dong sama saya. Kan seorang suami itu harus menjaga istrinya dan berkata lemah lembut. Pak, Bapak pasti tahu kan bagaimana Rasulullah memperlakukan Aisyah, nah saya juga mau di perlakukan lemah lembut, Pak. Kan saya wanita, kalau tulang rusuk itu di kasarin maka akan patah, Pak." terang Asya seolah dia sedang memberitahu seseorang yang tidak paham apa-apa tentang memuliakan wanita.

Sementara Zaid menahan tawa mendengar ocehan dari istrinya itu, "Kamu masih dendam saya tegur waktu kamu tidur di jam kuliah saya?"

Asya mendengus kesal mendengar pertanyaan Zaid, "Iyalah. Kalau tahu saya akan menjadi istrinya Bapak, sudah saya balik marah tuh kemarin biar Bapak juga malu di depan semua teman-teman saya. Biar Bapak merasakan juga apa yang saya rasakan."

Tanpa bisa ditahan lagi, Zaid tertawa. Istrinya itu benar-benar lucu dan menggemaskan, andai saja Asya sudah mau menerimanya, sudah dipastikan Zaid akan mencubit dan memeluk Asya saat ini juga. Namun, Zaid tahu semua butuh proses.

Setelah itu Zaid memutuskan untuk memasak nasi goreng, mengingat jam sudah menunjukkan hampir jam dua belas. Dia harus segera bersiap untuk ke masjid seperti biasanya.

💐💐

Setelah selesai melaksanakan salat zuhur di rumah, Asya keluar dari kamarnya dan mendapati nasi goreng yang aromanya begitu menggiurkan. Asya mendekati nasi goreng spesial dengan ayam, sosis, udang, dan telor sebagai toppingnya itu.

"Pinter masak juga nih dosen bengis," monolog Asya seraya mencicipi nasi goreng itu dengan lahap.

"Enak?"

Dengan cepat Asya melepas sendok yang ada di tangannya, sementara mulutnya sudah penuh dengan nasi goreng yang belum sempat dia kunyah.

"Kenapa berhenti makannya? Lanjutkan saja. Kapan lagi mencicipi masakan dosen bengis," goda Zaid membuat mata Asya melotot kesal.

"Jangan lupa bismillah sebelum makan," titahnya kemudian berlalu pergi.

Setelah memastukan tidak ada lagi sosok dosen bengis itu, akhirnya Asya melanjutkan aktivitasnya mengunyah nasi goreng dengan lahap. Asya harus mengakui kali ini tentang kelebihan dari dosen bengis.

Sementara Zaid tidak berhenti tersenyum saat mengingat kembali bagaimana sikap Asya terhadapnya. Lucu. Itulah yang ada di pikiran Zaid. Awalnya Zaid pikir Asya akan gengsi untuk memakan masakannya, namun ternyata tidak. Dengan lahap Zaid melihat sendiri kalau Asya sangat menikmati makanan yang dia buat.

Beginikah rasanya jatuh cinta? Zaid mengakui saat ini dia tengah jatuh cinta pada istrinya sendiri. Cinta pertama sekaligus cinta terakhirnya atas izin Allah.

"Muliakan cinta ini atas dasar iman dan Islam. Tambahlah kekuatan cinta ini karena kecintaan kaki kepada-Mu Ya Rabb," ucap Zaid dalam hati.

Zaid memutuskan untuk melanjutkan aktivitasnya hari ini dengan membaca juz 30, setelah itu dia akan membersihkan taman mini yang ada di halaman rumah. Mengisi keseharian liburnya seperti biasa, hanya saja Zaid harus lebih paham lagi, kalau saat ini ada seseorang juga yang harus dia jaga dan dia bahagiakan.

Tanggung jawab terbesarnya, rumah tangga.

💐💐

Utamakan Sholat dan Membaca Al-Qur'an Dalam Segala Hal-

💐💐

Baiklah. Selamat jatuh cinta dengan kisah Zaid dan Asya.

Salam sayang,
Indahnursf 💗💗

Di Penghujung Doa Cinta {Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang