-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-
💐💐
"Berdakwah itu banyak cara untuk dilakukan. Ada banyak media yang bisa dimanfaatkan untuk berdakwah, dan salah satunya yaitu pena dan kertas. Tulislah hal yang bermanfaat, kelak tulisanmu akan selalu dikenang masa tanpa mengenal jarak usia."
Indahnursf~💐💐
"Bagaimana keadaannya dokter?" tanya Zaid dengan raut khawatir. Saat selesai sidang dan dengan gembiranya Asya menyambut kebahagiaan itu, saat itu juga tiba-tiba Asya merasakan kepalanya yang pening dan pandangannya seketika mengabur, setelah itu Asya tidak sadarkan diri.
Zaid dan kedua orang tua Asya langsung membawa Asya ke rumah sakit. Sebelumnya Asya baik-baik saja, bahkan pagi tadi pun Asya sudah sarapan dan tidak ada tanda-tanda kalau Asya sedang sakit.
"Istri Bapak sudah sadar, tidak ada penyakit yang serius, hanya kurang istirahat dan banyak pikiran sehingga menyebabkan stress. Orang yang fisiknya lemah seperti pasien, tidak boleh banyak masalah, hal itu akan membuatnya stress dan berimbas pada kesehatan," jelas dokter.
Zaid mengangguk paham, sepertinya Zaid kurang telaten memperhatikan Asya. Baiklah, Zaid akan memperbaiki semua kesalahan sebelumnya, tidak akan Zaid biarkan Asya sakit lagi apalagi jika terjadi seperti hal serupa.
"Silakan temui istrinya, sudah menunggu di dalam." Instruksi dokter.
Zaid langsung masuk setelah menatap kedua orang tua Asya yang ikut menyuruh Zaid lebih dulu menjenguk Asya, sedang mereka memilih di luar karena tidak boleh ramai-ramai ke dalam ruangan.
"Bagaimana keadaannya, Sya?" tanya Zaid saat salam ya sudah di jawab Asya.
Senyum Asya mengembang, seolah dia sedang tidak sakit. Asya menatap Zaid penuh semangat, "Mas, Asya boleh pulang kan? Asya enggak apa-apa kok, memang tadi agak sedikit pening, tapi sekarang Asya udah baikan. Beneran Asya enggak bohong," ucap Asya meyakinkan.
Zaid tersenyum melihat tingkah Asya, Zaid mengelus tangan Asya yang di pasang infus. "Dokter tidak bilang kalau kamu boleh pulang hari ini," ucap Zaid. Memang benar, tidak ada penjelasan dokter mengizinkan Asya pulang, Zaid tidak berbohong, kan? Tidak akan Zaid biarkan juga jika Asya pulang dalam kondisi yang masih lemah seperti saat ini.
Asya mengerucutkan bibirnya, dia paling malas berurusan dengan rumah sakit dan yang berbau obat-obatan. Sejak kecil walau dalam keadaan sakit sekalipun Asya sangat menghindari rumah sakit.
"Kamu makan dulu ya," titah Zaid. Dia meraih makanan yang tadi diantarkan suster untuk pasien, dengan telaten Zaid menyuapkannya pada Asya.
"Mas, Asya mau pulang. Enggak suka di sini," rengek Asya.
Zaid tersenyum kemudian mengecup dahi Asya, "Iya kita pulang ya, tapi tunggu kondisi kamu membaik."
💐💐
Setelah terhitung seharian di rumah sakit, akhirnya Asya di bolehkan pulang karena kondisinya yang sudah membaik. Sedari awal juga tidak ada hal yang serius, hanya kelelahan yang membuat tubuh Asya lemah. Dan juga faktor pikiran yang bisa membuat kesehatan juga terkena imbasnya.
"Hari ini Asya mau masak ayam geprek, Mas suka kan?" tanya Asya saat di perjalanan. Mereka pulang dengan motor milik Zaid, sebenarnya Zaid mau memesan taksi atau grabcar, tetapi Asya menolak, dengan alasan dia tidak suka naik mobil. Asya ingin naik motor saja dan menikmati pemandangan sekitar. Zaid sempat membantah keinginan Asya, namun pada akhirnya Zaid mengalah karena Asya tetap kukuh pada pendiriannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Doa Cinta {Terbit}
EspiritualKehidupan rumah tangga dalam balutan kebahagiaan adalah idaman semua orang. Namun, apakah semua orang mampu menjalani ujian dalam rumah tangga? Seperti Zaid dan Asya yang kini rumah tangga mereka di goyangkan dengan ujian, yaitu, kehilangan. Apa yan...