-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-
💐💐
"Cinta itu dinilai bukan seberapa sering kamu mengungkapkannya, tetapi seberapa jauh perjuanganmu untuk membangun cinta yang dilandaskan ridho Allah."
Indahnursf~💐💐
Di luar masih terdengar suara rintik air hujan, jangan ditanya betapa dinginnya cuaca pagi ini, bahkan AC pun tidak dihidupkan sejak semalam.
Asya meringkuk di dalam selimut dengan memeluk tubuh kekar Zaid, menyelusup di bawah ketiak suaminya bagi Asya sangat nyaman. Entahlah, dia sangat menyukai memeluk Zaid.
Hari ini, akan menjadi saksi dari dimulainya kisah cints Zaid dan Asya seutuhnya. Jika dulu mereka memasuki masa perkenalan, maka saat ini mereka sudah berada pada fase yang lebih jauh lagi.
"Sayang, bangun.... Sudah hampir subuh." Zaid menggoyangkan lengan Asya, namun bukannya bangun, Asya malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Asya masih ngantuk, Mas." Suara Asya terdengar sangat parau.
"Ash shalaatu khoirum minan naum. Lebih baik solat daripada tidur," tegur Zaid.
Seketika Asya langsung duduk, dengan mata yang masih sulit terbuka Asya menyunggingkan senyumnya.
"Asya sudah bangun kok, Mas." Asya tersenyum ke arah Zaid. Matanya terlihat sangat berat untuk terbuka.
Asya merengek, "Lima menit lagi ya, Mas. Ngantuk banget," ucap Asya lirih.
"Bangun sekarang atau malaikat akan melaknat!" tegas Zaid.
Dengan kesal Asya langsung berdiri dan menuju toilet untuk bersiap-siap salat. Mulai dari membersihkan diri, dan mengambil air wudhu.
💐💐
Setelah selesai salat, Asya langsung menuju dapur untuk membuat sarapan pagi. Hari ini dia akan memasak bubur ayam dan susu hangat. Tak lupa juga Asya memotong buah-buahan sebagai menu pembuka sebelum sarapan.
"Wah, sudah siap?" tanya Zaid, dia sudah rapi dengan pakaian khasnya. Jika tidak kemeja lengan panjang, maka baju batik dengan lengan panjang, celan khasnya yaitu celana berbahan dasar yang tidak membentuk lekuk kakinya. Sesekali juga Zaid menggunakan celana jeans, hanya saja tidak di lingkungan kampus.
"Sudah dong, Mas mau makan yang mana dulu?" Asya dengan sigap berdiri di samping Zaid untuk membantu Zaid mengambil makanannya.
"Kamu duduk aja, kita makan bareng ya. Saya bisa ambil sendiri kok," instruksi Zaid.
Asya mengerutkan keningnya, kenapa Zaid melarangnya mengambilkan makanan untuknya, bukankah di film-film Asya selalu melihat sang istri mengambilkan makanan untuk suami?
"Kamu adalah pendamping hidup saya, bukan pelayan saya. Selagi saya bisa mengambilnya sendiri, kamu tidak usah takut, bagi saya itu bukan kewajiban kamu sebagai istri, makanlah. Kita makan bareng, tidak perlu kamu menunggu saya, jangan sampai kamu menzolimi dirimu karena saya," jelasnya.
Asya tersenyum, hatinya berbunga-bunga. Kenapa sikap Zaid selalu berhasil membuatnya nyaman dan tenang. Ah, entahlah. Asya tidak ingin terlalu memikirkan hal itu. Tugasnya sekarang, menjadi sebaik-baiknya istri yang di jelaskan dalam Islam.
💐💐
Setelah keluar dari ruangan 15 yang berada di lantai 4 gedung fakultas Dakwah dan Komunikasi, Zaid memutuskan untuk turun dan mengistirahatkan dirinya sejenak. Hari ini Zaid meminta jam tambahan kepada mahasiswanya agar jadwal pertemuan mereka cepat selesai dan mahasiswa bisa cepat pulang kampung. Mengingat sebentar lagi akan memasuki bulan puasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Doa Cinta {Terbit}
SpiritualKehidupan rumah tangga dalam balutan kebahagiaan adalah idaman semua orang. Namun, apakah semua orang mampu menjalani ujian dalam rumah tangga? Seperti Zaid dan Asya yang kini rumah tangga mereka di goyangkan dengan ujian, yaitu, kehilangan. Apa yan...