-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-
💐💐
"Tidak boleh menyalahkan takdir Allah, semua yang terjadi adalah yang terbaik. Allah menguji karena kamu mampu untuk melewatinya."
Indahnursf~💐💐
Sedari tadi Zaid hanya bisa mondar-mandir dengan terus melafazkan zikir. Kabar satu jam yang lalu membuat tubuhnya gemetar hebat. Baru saja beberapa menit sebelum telepon itu membuatnya syok, Asya menghubunginya lewat pesan Whatsapp. Namun, takdir Allah tidak ada yang tahu, beberapa menit kemudian Asya kecelakaan.
Saat Zaid telah sampai di rumah sakit, dia tidak langsung menghubungi orang tua Asya, bukan karena Zaid tidak mau. Melainkan kemarin malam ibu Asya menelepon mengabari kalau ayah Asya sedang sakit. Karena itulah Zaid menimbang ulang untuk mengabari kedua orang tua Asya.
"Pak Zaid, suaminya Afifah Asyaqila?" tanya seorang dokter perempuan berjilbab putih itu saat keluar ruangan.
Zaid langsung mengangguk cepat, "Ya, saya suaminya. Bagaimana keadaan istri saya, Dokter?" tanya Zaid dengan raut wajah khawatir. Pikirannya bercabang-cabang dan semua itu tak lepas dari mengkhawatirkan keadaan Asya.
Dokter berkacamata itu tersenyum, menandakan semuanya baik-baik saja, "Istri Bapak baik-baik saja, hanya ada luka di kaki dan lengan sikunya. Untuk bapak ojengnya juga tidak apa-apa," jelas sang dokter.
Akhirnya Zaid bisa bernapas lega sekarang. Kabar ini membuatnya sangat bersyukur kepada Allah karena masih memberikan keselamatan kepada Asya.
"Terima kasih banyak, Dokter," jawab Zaid berbinar.
Dokter itu mengangguk, "Silakan masuk, istri Bapak sudah menunggu di dalam," instruksinya.
Tanpa menunda waktu, Zaid langsung masuk ke dalam ruangan, terlihat Asya sedang duduk dengan meletakkan kedua tangan di perut. Zaid terkesiap melihat pemandangan itu.
Perlahan Zaid mendekat, duduk di sebelah perempuan yang saat ini sedang salat di atas bangsal. Senyum haru mengembang di wajah Zaid, ah, istrinya begitu membuatnya semakin cinta dan ingin terus memandang Asya.
Assalaamu'alaaykum Warohmatullah.
Saat suara salam terdengar pelan, membuat Zaid menghapus bulir air mata yang sempat jatuh. Zaid bukan cengeng. Melainkan dia bangga sekaligus kagum dengan istrinya. Semakin ke sini Asya semakin lebih baik, dan Zaid sangat bersyukur akan hal itu. Setidaknya ada seorang perempuan salihah yang selalu menemaninya berjuang.
"Mas Zaid," panggil Asya seraya menatap kedua bola mata Zaid.
Sendu.
Asya menyukai mata Zaid walau mata itu terlihat tajam namun memberi ketenangan baginya.
"Bagaimana keadaan kamu, Sya?" Zaid mengelus kepala Asya yang terbalut jilbab. Asya tersenyum kemudian menggenggam tangan Zaid.
"Asya baik, Mas enggak usah khawatir ya," jawab Asya meyakinkan.
"Saya tidak akan membolehkan kamu pergi dengan orang lain!" tegas Zaid serius.
Asya menautkan kedua alisnya, "Jangan begitu Mas, tadi hanya sebuah kecelakaan kecil saja. Tidak ada yang salah, semua sudah takdir. Lagian kan, Asya baik-baik aja sekarang," ucap Asya.
Zaid mengembuskan napas gusar, "Pokoknya tidak boleh lagi, titik. Kecuali memang mendesak dan saya tidak ada di sana," tegas Zaid.
Asya mengangguk pasrah, Zaid memang sedang mengkhawatirkan keadaannya. Seharusnya Asya juga sadar akan hal itu, bahwasanya Zaid pasti sedih mendapat kabar dirinya sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Doa Cinta {Terbit}
SpiritualKehidupan rumah tangga dalam balutan kebahagiaan adalah idaman semua orang. Namun, apakah semua orang mampu menjalani ujian dalam rumah tangga? Seperti Zaid dan Asya yang kini rumah tangga mereka di goyangkan dengan ujian, yaitu, kehilangan. Apa yan...