-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-
💐💐
"Ada tiga hal yang bisa merusak Islam seseorang jika dia tidak bisa mempertahankan imannya. Yaitu, harta, takhta, dan wanita."
Indahnursf~💐💐
Suara gemercik air di luar sana memberi aura dingin. Sepi, punyi, seperti tidak berpenghuni. Semua manusia memilih di dalam rumah dan berkumpul bersama keluarga, karena hujan sedari pagi tak kunjung berhenti.
Suara petir bersahut-sahutan, menambah aura sepi. Di beberapa tempat yang dataran rendah sudah banjir, bahkan sudah ada rumah-rumah yang tergenang air. Tidak bisa di mungkiri, begitulah faktanya jika hujan deras dan tidak berhenti dalam kurun waktu 3 jam, maka banjirlah di beberapa tempat.
Sejak selesai salat Isya dan makan malam, Asya memilih untuk membaca buku saja seraya menemani Zaid yang sedang menyelesaikan tugasnya melalui laptop.
Sudah setengah jam lebih keduanya dalam keheningan, bukan karena adanya pertengkaran, melainkan keduanya sedang fokus pada kegiatan masing-masing.
Jam dinding terus berdetak, hingga saat ini jam menunjukkan pukul 21.05 WIB. Keduanya masih tetap fokus pada kegiatan masing-masing.
Hiks.
Suara lirih itu berhasil mengalihkan fokus Zaid. Hiks.... Lagi-lagi suara yang sama. Akhirnya Zaid menutup layar monitor itu dan menatap ke sampingnya.
Buku berwarna biru muda itu menutup wajah Asya. Zaid menautkan kedua alisnya. Bingung.
"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Zaid pelan.
Tidak ada jawaban. Namun isak tangis semakin terdengar bahkan semakin kuat. "Sya, kamu kenapa?" ulang Zaid.
Masih tidak ada sahutan sama sekali.
"Kamu sakit?" Zaid memastikan.
Perlahan Zaid membuka buku yang menutup wajah istrinya. Awalnya Zaid pikir Asya sangat menyukai buku yang baru ia beli kemarin, namun sepertinya Asya tidak menyukai buku itu. Lihat saja, saat ini Asya menangis.
"Kamu baik-baik saja, Sya?" Saat mata Zaid mampu mengunci pandangan Asya, tanpa menunda waktu Asya langsung memeluk tubuh kekar Zaid. Isak tangis itu kembali pecah.
Zaid tidak bertanya lagi. Mungkin saat ini bukan waktunya untuk memaksakan Asya menjawab pertanyaannya, saat ini Zaid hanya harus berperan sebagai tempat ternyaman istrinya untuk berkeluh kesah. Zaid lega saat memegang tubuh Asya, istrinya tidak sakit dan wajahnya juga tidak pucat. Itu artinya Asya baik-baik saja saat ini.
"Mas," panggil Asya.
Dua manusia itu saling memandang, sorot mata keduanya sendu, namun memiliki siratan cinta yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.
Zaid menunggu Asya melanjutkan ucapannya tanpa harus memotong ucapan Asya. Zaid hanya ingin menjadi lelaki yang peka terhadap istrinya dalam segala hal.
"Apa benar penghuni neraka itu paling banyak di huni oleh kaum wanita?" tanya Asya.
Keadaan hening seketika. Baik Zaid maupun Asya memilih bungkam. Zaid masih berpikir panjang, apakah ini penyebab Asya menangis sejak tadi? Baru saja Zaid ingin bersuara, Asya kembali menanyakan sesuatu pada Zaid.
"Jika memang wanita paling banyak di neraka nanti, apakah Asya juga termasuk salah satu dari wanita itu?" tanyanya lagi.
Zaid beristigfar berulang kali, jangan sampai Asya menjadi salah satu dari wanita penghuni neraka. Wallahi, Zaid tidak akan pernah membiarkan bidadari surganya menyentuh neraka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Doa Cinta {Terbit}
EspiritualKehidupan rumah tangga dalam balutan kebahagiaan adalah idaman semua orang. Namun, apakah semua orang mampu menjalani ujian dalam rumah tangga? Seperti Zaid dan Asya yang kini rumah tangga mereka di goyangkan dengan ujian, yaitu, kehilangan. Apa yan...