PARAKANG

362 33 59
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan comment.

Happy reading.

Karya: mhammadtaufiq

***

Tasya, wanita yang harus menanggung nasib menjadi seorang parakang. Awal mulanya menanggung parakang, pada saat dia gagal menempuh beberapa tahap dalam ilmu hitam di pertengahan ritual. Maka dari itu, manusia dengan ilmu hitam yang setengah-tengah, menempel pada tubuhnya.

Bang Adib, dia dukun yang didatangi oleh Tasya tidak dapat berbuat apa-apa, dia telah memperingati Tasya sebelumnya. "Kau harus melakoni semua ritual yang telah kuberikan, jika tidak ... kau harus menanggung derita yang bernama parakang."

Waktu itu, Tasya hanya mengangguk saja, walau dalam hati dia sangat ragu untuk menyanggupinya.

Bang Adib berpesan, "Ingatlah, bahwa ilmu itu dapat kau turunkan pada anak cucumu."

"Benarkah? Bagaimana caranya?"

Bang Adib memberitahu caranya, Tasya diam tak bergeming, masih menyerna secara pelan apa yang dikatakan oleh dukun itu.

"Paham?"

"Saya paham," jawab Tasya.

Bang Adib tak lupa memberitahu Tasya jika menjadi parakang, tubuhnya akan berubah secara bertahap, yang di mana matanya berwarna merah, lidah yang agak panjang yang sering dijulurkan, kukunya juga memanjang namun sangat tajam, dan terakhir, dia tidak mudah ditembus. Perubahan yang terjadi tidak mengenal waktu, baik siang maupun malam, makhluk gaib yang menempel dalam tubuhnya dapat bereaksi, tergantung di situasinya.

"Terima kasih, Bang Adib. Tasya pulang dulu," pamitnya, meninggalkan rumah dukun tersebut yang berada di tengah hutan.

Pukul satu pagi, Tasya tidak takut pulang sendirian. Makhluk dalam dirinya akan muncul jika merasa terancam, segala ilmu yang diajarkan oleh Dukun Adib, telah diserapnya secara sempurna.

Sampai di rumah, Tasya membuka pintu jendela dengan pelan, takut jika ibunya yang bernama Suketi terbangun, begitu pula dengan ayahnya yang Bernama Rusdi.

"Sialan sekali, jendela ini begitu sempit sehingga badanku sedikit terjepit," gumamnya yang masih berusaha masuk melalui jendela tersebut.

Tasya berhasil masuk, tetapi, naas sekali karena dirinya terjatuh saat kakinya akan menyentuh lantai.

"Haish, semoga Mamak sama Bapak tidak bangun," ucap Tasya, mengusap bokongnya yang sakit.

Selama beberapa menit, Tasya tetap diam di lantai, menanti ibu dan ayahnya yang akan bangun. Ternyata tidak, Tasya merasa lega, ia berdiri dan menuju ranjang kemudian terlelap.

Esok hari, Tasya terbangun saat ibunya masuk dalam kamar dan berteriak memanggil namanya.

"Iyah, Mak. Tunggu, Tasya udah bangun, kok," Tasya mengerang, mengucek matanya kemudian beranjak dari ranjang lalu melakukan ritual pagi. Selesai melakukan ritual pagi, Tasya keluar rumah dan melihat banyak orang yang berkumpul di sana, sedang membicarakan sesuatu. Dengan penasaran, Tasya ikut terlibat, yang di mana, para tetangga membicarakan Norman yang meninggal pukul 3 pagi secara tiba-tiba.

"Aduh, seram sekali. Kok bisa meninggal sih?" tanya Suketi, dengan bulu yang merinding.

"Iyah, Bu. Mungkin karena Parakang kali, yah." Semuanya ikut menduga, Tasya yang mendengar itu terkejut, respon darinya benar-benar berbeda.

Parakang? Tasya bertanya dalam diri, apakah ia yang membunuh Norman? Ia bermasa sih, Tasya tidak pernah keluar rumah selepas pulang dari rumah Dukun Adib.

SCARED WITH WITSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang