Karya: fefeb_
***
"Mah, aku mau ke rumah nenek ya," ucap Dinda sembari duduk bersantai bersama keluarga.
"Mau ngapain? sama siapa?" tanya Rumi, pada gadis itu.
"Sendirian lah." ucap Dinda itu membuat mamanya terkejut.
"Kok sendiri?" tanya mamanya.
Gadis itu beranjak dari sofa dan berjalan menuju dapur untuk mengambil minum sambil mengatakan "Mah, Dinda udah gede. Dinda bisa kok jaga diri."
Namanya Dinda Arasella, anak bungsu dari tiga bersaudara. Dia masih SMK, dan dua kakaknya sudah menikah.
Dinda di kenal sebagai gadis yang dewasa, suka travelling sendirian, dan dia tidak pernah takut apapun kecuali orang tuanya, dan Tuhan.Dinda selalu berpergian kemanapun, entah ke rumah neneknya yang berada di sebelah barat Jawa Timur, atau menemui teman-teman petualangnya di luar kota. Jangan tanya dengan siapa Dinda kesana, tentu saja seorang diri.
"Pah, Dinda mau ke rumah nenek ya," kata Dinda pada Papanya.
"Sama siapa?" tanya kakak keduanya yang kebetulan sedang dirumah.
"Sendiri dong," ucap Dinda dengan lantang.
"Ya sudah, kapan?" tanya Papanya.
"Mungkin besok jum'at siang pah," perizinan Dinda sudah di setujui oleh Papanya, karena jika Papa sudah mengatakan 'iya' maka Mamanya pun juga menyetujui.
"Dinda mau packing dulu." Dinda beranjak dari ruang keluarga menuju kamar untuk packing dan berangkat besok siang.
Dinda tinggal di Kota Surabaya, tapi dia terbiasa berbicara bahasa Indonesia dengan keluarganya. Namun, jika sudah bersama teman-temannya bahasa sopan dan santunnya akan hilang seketika.
TokTokTok
"Masuk!" seru Dinda dari dalam kamar.
Dinda masih saja fokus memilih pakaian yang akan dia bawa besok, dan barang-barang yang dibutuhkan.
"Dek," panggil kakaknya.
"Hmm." sahut Dinda.
"Kamu yakin besok berangkat? udah kabarin nenek?" tanya kakaknya lagi.
"Yakin mas, kenapa sih? kok kayaknya pada ragu gitu." ucap Dinda dan menatap wajah teduh kakaknya.
"Enggak, mas cuma takut aja kamu kenapa-kenapa." Dinda sangat mengerti keluarganya mengkhawatirkan dia, tapi Dinda sudah sering berpergian sendiri tanpa seorang teman.
"Mas, Dinda kan udah sering kesana. Dinda juga hafal naik bus apa, turun dimana, nanti abis itu naik apa lagi. Dinda hafal kok." Dinda berusaha meyakinkan kakaknya.
"Ya sudah, mas cuma bisa kasih uang segini." kata kakaknya sambil memberikan Dinda uang saku tiga lembar uang seratus ribuan.
"Tumben nih," kata Dinda.
"Jangan bilang ke Papa, biar kamu dikasih uang lebih." Dinda mengangguk dan melanjutkan packingnya.
Dinda sangat bersemangat hingga dia lupa untuk memberi kabar keluarganya yang di desa.
Karena Dinda berangkat siang, jadi dia masih bergelut dengan kasur kesayangannya, dengan boneka koya pemberian pacarnya.
Rumi masuk kedalam kamar Dinda untuk membangunkan anaknya karena jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi.
"Dinda, bangun sayang." ucap Rumi dengan suaranya yang lembut.
"Dinda," panggil Rumi lagi.
"Iya mam." jawab Dinda dengan pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
SCARED WITH WITS
KorkuBerisi kumpulan cerpen horor karya member Writing in The Sky.