Wanita Misterius

53 9 2
                                    

Karya: AhmadRusdy

***

Taufiq memiliki rumah di daerah Antapani, Bandung Kota, dekat JL. Jakarta yang macet setiap pagi dan sore hari. Rumahnya berupa bangunan yang memberi kesan ramping, sederhana, namun berkelas di jalan itu. Ada dua tingkat secara keseluruhan; lantai satu berisi ruang tamu, ruang makan, dapur dan ruang keluarga; lantai dua berisi kamar mandi dan ada tiga kamar tidur yang salah satunya tempat aku tidur selama menempati rumah ini, sementara Taufiq asik berlibur ke Bali bersama kekasihnya, Vira.

Sebenarnya aku hampir menolak saat Taufiq memintaku untuk menempati rumahnya saat dia pergi berlibur. Tetapi atas dasar kesetiakawanan, dengan sangat terpaksa, aku menerima permintaannya. Rumah ini sepi dan ngeri. Dan menurut cerita Taufiq, satu tahun yang lalu---sebelum dia membeli rumah ini---seorang wanita ditemukan mati terbunuh dengan lidah terpotong di ruang tamu. Katanya karena perampokan yang disertai pemerkosaan dan pembunuhan. Aku terus membayangkan arwah perempuan itu gentayangan di ruang tamu. Jadi, karena aku penakut, setiap malam aku hanya berdiam diri di dalam kamar, membaca buku dan berjuang untuk tidur lebih cepat sambil melawan keinginan untuk buang air kecil.

Seperti malam ini. Di luar hujan turun dengan intensitas sedang saat aku berbaring di atas ranjang sambil membaca buku roman yang aku harap akan berakhir bahagia. Ketika kantuk sudah menghampiriku, sekonyong-konyong aku mendengar suara mengetuk dari lemparan batu kecil ke kaca jendela kamar. Hal yang membuatku turun dari ranjang untuk melihat siapa yang melakukan hal kekanak-kanakan itu.

Saat pandanganku menyapu seluruh halaman yang bisa aku lihat dari balik jendela kamar, aku melihat sosok itu: seorang wanita berdiri di halaman sambil menatap ke arah jendela kamarku. Dia mengenakan gaun putih yang menempel erat di tubuhnya yang kenyal karena basah terkena hujan. Rambutnya yang gelap kemerahan jatuh di atas bahu dan berkilauan di bawah cahaya bulan.

Saat melihatku, wanita itu melakukan lompatan kecil sambil mengangkat satu tangannya---yang membuat dadanya naik-turun di balik gaun putih tipis yang basah; aku bisa melihat lingkaran coklat putingnya, dan berkata, "biarkan aku masuk."

Suaranya terdengar manis sekali dan menggoda. Aku bisa mencium aroma wangi parfum lavender melayang naik darinya dan masuk ke lubang hidungku.

"Biarkan aku masuk." Wanita itu mengulangi kata-katanya. Matanya menatap tajam ke arahku, dan aku merasa dia bisa mengintip ke dalam jiwaku, merasakan gairahku.

Mataku kembali menyapu ke sekitar, seluas yang aku bisa lihat. Lingkungan di sini sepi, apalagi saat malam dan hujan. Sepertinya semua tetangga sudah tidur dan tidak ada yang menyadari seorang wanita cantik sedang berdiri di tengah hujan yang sosoknya disorot cahaya putih pucat sinar bulan yang tergantung tinggi di langit yang hitam.

Aku menatap lekat-lekat wajah wanita itu, hal yang membuat jantungku berdegup kencang dan napasku tercekat. Perutku seperti diikat. Di luar, hujan membawa angin dingin yang mendekap tubuhku yang panas. Beberapa saat yang lalu, di atas ranjang aku dengan damai membaca novel roman yang aku beli dengan harga murah saat bazaar, dan sekarang aku merasa seperti terbakar. Dari kepala hingga kaki, leher hingga perut yang melilit, aku terbakar. Dan di suatu tempat, aku bisa merasakan sesuatu yang liar, di dalam celana pendek yang aku kenakan. Aku memejamkan mata, menjilat bibir keringku dan berusaha untuk tetap tenang. Aku masih perjaka, sampai saat ini, dan aku bahkan belum pernah berada dalam situasi duduk di bangku taman bersama seorang gadis lalu berciuman. Maka jika dilihat dari berbagai sudut pandang, apa yang terjadi malam ini, bagiku terasa begitu mendebarkan.

Setelah mempertimbangkan semuanya baik-baik, aku memutuskan keluar dari kamar, turun ke lantai satu, melangkah dengan nafsu membara ke pintu depan dan membuka pintu.

SCARED WITH WITSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang