Kamu Siapa?

117 16 2
                                    

Karya: eka_wd

***

Rahayu berjalan menyusuri koridor gedung sekolahnya dengan senyum ramah yang tidak pernah luntur dari wajah manisnya. Dia menanggapi sapaan teman-teman barunya. Rahayu baru pindah ke sekolah itu beberapa minggu yang lalu. Sebelumnya dia tinggal di Jakarta dan bersekolah di sana. Tetapi, karena di sana dia sering menjadi korban buli, kedua orang tua rahayu memindahkannya ke Bandung. Kedua orang tuanya berharap rahayu bisa nyaman dan tenang berada di sana. Karena pembulian itu, rahayu akhirnya memiliki trauma. Dia sempat stres berat karena pembulian itu.

"Dito!" panggil Rahayu dengan cukup keras.

Seorang laki-laki bernama Dito menghentikan langkahnya karena merasa namanya dipanggil. Ia menoleh, senyuman tipis tercetak di wajah pucat pria itu. "Mau kemana?" tanya Rahayu begitu ia sudah berada di dekat Dito.

"Taman, mau baca," jawabnya sambil menunjukkan buku yang dia bawa pada rahayu.

"Aku ikut, ya? Enggak ada teman, nih," kata Rahayu memohon. Dito mengangguk sekilas. Mereka berdua berjalan menuju taman yang berada di samping gedung kelas.

Rahayu menghentikan langkahnya, dia menahan lengan Dito untuk ikut berhenti juga. Dito yang bingung menanyai rahayu kenapa berhenti dan gadis itu menunjuk ke arah gerombolan siswa laki-laki yang sedang mengeroyok seorang laki-laki.

"Jangan dilihat, biarin aja," kata Dito dengan tenang.

Rahayu menoleh sekilas ke arah Dito, lalu melangkahkan kakinya mendekati kerumunan anak-anak itu. "Berhenti, jangan pukul terus, kasihan dia babak belur," kata Rahayu menghentikan aksi pengeroyokan itu.

Empat laki-laki dengan dandanan yang seperti preman sekolah menghentikan aksinya lalu menatap ke arah Rahayu dengan tatapan tajam mereka. "Jangan ikut campur urusan kita, atau kamu akan merasakan akibatnya," ucap salah satu dari empat preman sekolah. Dia adalah ketua dari geng yang beranggotakan empat orang remaja laki-laki. Mereka terkenal sering membuat keonaran di sekolah itu, dan juga sering melakukan pembulian.

Dito yang melihat hal itu melangkah dengan malas mendekati Rahayu. "Pergi kalian!" kata Dito dengan nada tajam kepada empat orang laki-laki itu. Keempat laki-laki itu pergi dengan wajah kesal melihat Dito ikut campur.

Rahayu menolong siswa yang tadi dikeroyok oleh empat preman sekolah. Dia meminta bantuan Dito untuk membawa siswa itu ke UKS tapi siswa itu enggan. Dia berkata bahwa dia bisa pergi ke sana sendiri. Siswa itu segera pergi dari hadapan Rahayu dan Dito. Rahayu mengerutkan keningnya saat melihat siswa itu dan juga empat preman sekolah seperti ketakutan kepada Dito.

***

Malam hari di kediaman Rahayu terasa sunyi. Rahayu tinggal sendiri di rumah sederhana bergaya kuno, seperti rumah pada zaman Belanda. Suasana malam pedesaan terasa sangat nyata di sini dengan suara hewan malam yang meramaikan suasana sepi. Rahayu menyalakan musik lewat laptopnya, mengusir sepi di rumah sederhana berlantai satu itu. Rahayu bukan tipikal orang penakut juga bukan tipikal orang pemberani, hanya saja dia menyukai kesendirian dan ketenangan.

Saat sedang mendengar musik dari laptop, gadis yang sedang fokus membaca novel itu mendengar suara dentuman keras dari luar kamar. Rahayu menutup novelnya, dan berjalan keluar dari kamarnya, mencari sumber dentuman. Rahayu menyalakan lampu lorong kamarnya yang menghubungkan dengan dapur. Kamar yang ditempati Rahayu berdekatan dengan dapur. Di rumah itu terdapat tiga kamar. Satu kamar utama yang berada di dekat ruang tamu, satu kamar berada di dekat dapur—yang sekarang ditempati oleh Rahayu—dan satu kamar lagi berada di seberang kamar Rahayu.

Degupan jantung Rahayu berpacu dengan keras. Entah kenapa dia merasa was-was dan rasa takut menyelimutinya secara perlahan. Apakah itu efek dari novel bergenre horor yang dia baca tadi? Rahayu menyalakan saklar dapur. Hawa dingin merambati kulit Rahayu. Dia menoleh ke kanan dan kiri, mengamati dapur, dan tidak mendapati apa-apa. Rahayu bernapas dengan lega. Mungkin, hanya kucing tadi, begitulah pikir Rahayu. Dia membalikkan badannya lalu detik berikutnya dia berteriak keras.

SCARED WITH WITSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang