Dimensi Ojek

18 4 0
                                    

Karya: Ketsiamanda

***

Hari sudah sangat larut. Sekitar pukul sebelas maoam tepatnya. Pria berumur sekitar empat puluh tahunan itu masih sibuk mengendarai motornya demi mendapatkan uang untuk keluarganya.

Adi adalah nama pria paruh baya tersebut. Ia terus melajukan motornya guna mengantarkan penumpang terakhirnya. Ia ingin menjadikan ini sebagai orderan terakhirnya. Sebab, anaknya sedang sakit di rumah. Ia ingin segera pulang dan menemui anaknya nanti.

Lokasi jemput dari orang yang akan diantarnya adalah di sekitar kawasan kuburan lama. Ia tidak sedikit pun takut untuk mengambil orderan di kawasan tersebut. Adi sudah sering sekali ke sana, tapi bedanya, biasanya ia melewati tempat itu pada siang hari.  Baru kali ini ia melewatinya pada malam hari. Tapi, itu tidak mengurungkan niatnya.

Sepanjang jalan yang sepi menuju tempat tersebut membuat Adi agak merinding. Bukan merinding takut, melainkan hanya kedinginan. Angin di sini selalu bertiup dengan kencang tiap malam hari. Ditambah lagi, jalanan yang ditempuhnya adalah jalanan rawan yang banyak lubang-lubangnya. Jadi, ia tidak bisa menambah kecepatan motornya. Kalau tidak, ia bisa celaka.

Adi tidak peduli apa pun. Di pikirannya hanya ada Tio, anaknya yang kini baru berusia tiga bulan. Masih sangat kecil memang. Ia berharap, penghasilannya hari ini bisa digunakan untuk berobat Tio dan membeli susu bayinya.

Sesampainya di lokasi, Adi tidak melihat ada orang di sana. Sama sekali tidak ada. Ia celingak-celinguk, mencari keberadaan calon penumpangnya yang belum terlihat. Namun, nihil. Tidak ada seorang pun yang terlihat di sana.

Adi pun mengeluarkan ponselnya, berniat untuk menelepon calon penumpangnya. Jika diketahui dari aplikasi, penumpangnya itu adalah perempuan. Sebenarnya, itu adalah hal ganjil. Adi juga awalnya merasa aneh. Untuk apa seorang perempuan berada di kuburan lama pada pukul sebelas malam yang sangat dingin ini?

Namun, Adi tetap mencoba berpikir positif. Mungkin saja penumpangnya itu habis dari rumah teman atau sanak keluarganya yang berada di sekitar kuburan lama ini. Itu bisa saja terjadi. Ia harus menyingkirkan pikiran-pikiran negatif demi bisa mendapatkan penghasilan tambahannya hari ini.

Baru saja ia ingin menyentuh tombol hijau, seseorang menepuk pundaknya. Ia pun sempat terlonjak kaget, karena setahunya tadi tidak ada orang di sini. Secepat mungkin ia menoleh ke arah tangan yang menepuk pundaknya.

Seorang perempuan dengan tas hitam yang tersampir di bahu kirinya tersenyum. Senyuman itu mengembang seiring bibirnya yang kian memucat. Wajahnya lumayan cantik. Adi yang masih syok dibuatnya tambah syok saat melihat wajah pucatnya.

"M-maaf, Mbak yang pesan ojek, ya?" Adi bertanya dengan terbata-bata. Ia mencoba menetralkan degup jantungnya.

Perempuan itu mengangguk saja. Adi memerhatikan secara rinci penampilan penumpangnya itu. Lumayan rapi, cantik, dan tidak ada kesan seramnya. Hanya saja wajahnya agak pucat. Adi pun memyingkirkan semua prasangka buruknya.

"S-silakan naik, Mbak," suruh Adi.

Tak sampai hitungan detik, perempuan itu sudah duduk di atas motor milik Adi. Adi lagi-lagi dibuat sangat kaget. Aneh saja, bahkan Adi tidak merasa ada yang duduk di motornya. Berbeda dengan penumpang-penumpangnya yang sebelumnya.

Adi pun memberikan helm kepada perempuan yang kini duduk di belakangnya. Merasa tak ada sambutan, ia pun melirik ke arah spion kanannya. Berniat memastikan helm itu sampai ke tangan perempuan tersebut. Namun hal aneh mulai terjadi.

Perempuan yang seharusnya duduk di belakangnya malah menghilang. Bulu kuduk Adi tiba-tiba meremang. Adi tahu, hal ini bukan disebabkan oleh angin yang yang makin kencang. Bahkan, kakinya kini gemetar tanpa kendali. Suasana sepi benar-benar membuatnya makin merinding kali ini.

SCARED WITH WITSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang