Karya: donatlumer
***
Belum sampai menuju kelas, suara gaduh sudah mengisi indera pendengaran Rani. Ia melihat para murid berjalan ke lorong kelas Bahasa dengan tergesa, bahkan ada yang berlari dengan cepat membelah kerumunan.
"Gue gak nyangka dia senekat itu," ujar salah satu murid yang berjalan berlawanan arah dari lorong.
"Gak punya otak kali ya, ngelakuinnya di sekolah," timpal temannya.
"Dia kan anak kesayangan guru."
"Anak emas, tuh!"
Karena penasaran, maka Rani bertanya pada salah satu murid yang akan pergi ke lorong. "Eh, ada apaan, sih? Kok rame banget?"
"Lho, lo gak tahu? Ada yang bunuh diri di kelas XII Bahasa 5."
"Se-serius?" Gawat. Itu adalah kelasnya!
"Lo lihat aja sendiri. Guru-guru masih rapat, belom pada tahu."
Rani mengikuti langkah murid tadi. Kelasnya paling ujung, terpisah dengan gedung kelas Bahasa yang lainnya. Maka saat ia melihat murid memenuhi koridor ia berasumsi kalau si mayat pasti dikenal banyak orang.
"Rani!" panggil salah satu teman kelasnya. Ia memeluk Rani dengan tangan gemetar.
"Dea, siapa yang bunuh diri? Kenapa dia mati di kelas kita?" tanyanya.
Dea menggeleng cemas. Ia menatap Rani dengan air mata bercucuran. "Ran ..., gue beneran gak tahu apa-apa. Gue cuma ninggalin dia ke toilet sebentar, Ran. Gue ... gue gak tahu ... "
Rani tidak mengerti kenapa Dea sepanik ini, bahkan ia tidak tahu siapa yang Dea maksud. "De, lo tenangin diri dulu."
Alfan menghampirinya. "Ran, tolong bawa Dea ke ruang Kepsek. Dia harus ngasih penjelasan."
"Ada apa, sih? Siapa yang meninggal? Kenapa Dea harus ngasih penjelasan? Gue gak tahu apa-apa!"
Alfan menghela napas kasar. "Noni bunuh diri."
"Oh, dia." Rani mengangguk. Pantas ramai, dia anak berprestasi. Tunggu! "Norita Nirmala maksud lo?" Rani memegang kepalanya yang terasa pusing.
"Iya. Udah, lo bawa aja Dea ke ruang Kepsek. Guru-guru pada mau nyegel kelas kita pasti," ujar Alfan.
Tanpa pikir panjang, ia menerobos kerumunan. Bahkan pengurus OSIS dan satpam yang berjaga pun tidak bisa menghalanginya memasuki ruang kelas. Di sana, ia melihatnya. Noni terbujuk kaku dengan kulit yang sudah membiru. Bekas-bekas luka memar terlihat jelas di lengannya. Tatapan Rani beralih pada perut Noni yang masih rata.
Bayinya?! Bagaimana dengan bayinya?!
Sebelum kesadarannya menghilang, ia sempat melihat bayangan Noni menatap ke arahnya dengan bayi digendongannya yang dilumuri darah. Bahkan sebelum ia mencari seseorang di tengah kerumunan.
***
Sudah dua bulan sejak kejadian itu terjadi, kelas XII Bahasa 5 ditutup dan dijadikan gudang. Kini, warganya berpindah tempat ke lab Bahasa di dekat perpustakaan. Setidaknya, tidak ada kejadian aneh karena memang pihak sekolah tidak memberi akses untuk siapapun memasuki area itu lagi selain petugas sekolah. Meski terbilang sering murid yang berlalu lalang tak sengaja melihat ke arah gudang itu, kemudian melihat sosok Noni dengan bayi di gendongannya.
Hari ini adalah hari terakhir Ujian Nasional, para murid beramai-ramai merayakan kebebasan mereka. Tak terkecuali Rani dan Dea yang sudah berencana untuk menyusul Alfan di kafe langganan mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/214248062-288-k731680.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SCARED WITH WITS
HorrorBerisi kumpulan cerpen horor karya member Writing in The Sky.