Karya: Greenpeanute
***
Mata tajam Faldi tak pernah lepas menatap keindahan ciptaan tuhan di depannya. Mahakarya yang amat sangat sempurna bagi lelaki itu. Sania yang merasa diperhatikan pun menoleh ke belakang, mengalihkan pandangannya dari papan tulis.
Sontak saja Sania bergidik geli saat mengetahui siapa yang sedari tadi menatapnya tanpa henti. Faldi adalah salah satu anak lelaki yang paling ia hindari selama ia bersekolah di sini. Bagaimana tidak? Lelaki pembuat onar yang selalu terlibat masalah dan sialnya, semua orang tau jika Faldi menyukainya.
"Kamu jangan gitu banget, hati-hati sama cowok, ntar dia sakit hati." Hera menegur Sania yang tak segan-segan memberikan tatapan jijik pada Faldi.
Sania menatap tak suka pada Hera "Aku jijik banget sama cowok itu, disukain sama dia adalah hal tersial yang pernah terjadi di hidupku."
Hera mengedikkan bahu "Ya, terserah aja. Aku Cuma kasi tau kamu, kalau di Minang ini ilmu gaib seperti itu masih banyak di pakai, jadi hati-hati aja."
Sania tak lagi mengacuhkan nasehat temannya itu. Ia adalah salah satu orang yang tidak percaya dengan hal mistis. Apalagi di negeri yang serba modern ini, tidak mungkin masyarakat masih primitif dengan mengimani hal-hal seperti itu.
Tak beberapa lama bel pulang pun berbunyi, Sania dan Hara bersiap untuk pulang bersama karena kebetulan rumah mereka berdekatan.
"San, temenin ke toilet dulu ya!" pinta Hara.
Keduanya berjalan keluar setelah selesai dari toilet. Namun, di persimpangan jalan Sania dan Hara bertemu dengan geng berandalan di sekolah mereka. Ini lah paling Sania benci jika pulang terlambat. Geng menjijikan itu pasti mangkal dan mengaggun para perembuan yang lewat di depan mereka.
"Sania, mau pulang ya? Sini aku anter!" ajak Faldi seraya mengedipkan mata kepada gadis itu.
Sania hanya mengabaikannya seraya terus berjalan, ia terlalu malas meladenin omongan lelaki itu. Hanya omong kosong yang mereka lontarkan.
"Cih! Sok jual mahal. Kamu tau gak kalau perempuan kaya kamu itu banyak di pasar, jadi jangan cok cakep." Setelah mengucapkan itu Faldi dan teman-teman menertawakan Sania seraya meledeknya.
Sania berbalik dan berjalan ke arah gerombolang itu, lantas menatap tajam para lelaki itu. "Asal kamu tau aja ya, aku juga ogah disukain sama kamu. Kamu pikir aku ga risih apa diliatin terus? Najis tau ga!" Sania sangat berapi-api mengucapkan itu.
Faldi berdiri dan mendekat ke arah Sania yang berdiri dengan wajah memerah, Hara terus berusaha menarik Sania untuk pulang dan tidak mencari masalah dengan Faldi.
Faldi menunduk menatap gadis di depannya, ia mengelus pelan pipi Sania "Kamu cantik, tapi mulut kamu pedas. Satu yang perlu kamu inget, kemenyan itu harganya murah."
"Terus kenapa kalau murah? Plis ya kamu jangan sentuh-sentuh aku. Aku najis di pengang sama kamu!"
Sania meludahin wajah Faldi saking kesalnya atas perlakuan lelaki itu. Hara terkejut sekaligus khawatir, ia tau siapa Faldi dan latar belakang keluarganya oleh karena itu ia bersikeras melarang Sania untuk berurusan dengan lelaki itu.
Hara langsung menarik paksa tangan Sania untuk segera pergi dari sana. Sementara Faldi tersenyum kecut seraya mengelap ludah gadis itu di wajahnya.
***
Beberapa hari kemudian, Sania merasakan ada yang aneh pada dirinya. Sering kali ia merasakan ada yang mengikuti dan ia juga merasa panas dingin pada tubuhnya. Tak hanya itu, ia itu juga terus menerus terfikirkan pada Faldi. Hara juga mulai merasakan jika tingkah Sania sudah di luar batas wajar, terkadang ia memejamkan mata ketika Faldi melewatinya dengan gaya angkuh, seolah-olah Sania sangat bernafsu melihat Faldi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCARED WITH WITS
HorrorBerisi kumpulan cerpen horor karya member Writing in The Sky.