Karya: chaxian_
***
Warna jingga mulai terlihat dari ufuk barat, menandakan hari mulai petang. Namun, tidak dengan Caca dan Tata yang masih setia duduk di lantai sembari berceloteh ringan. Sementara Sevia tengah menikmati cemilan sembari sesekali menanggapi Joera yang bercerita. Tiba-tiba Caca teringat peristiwa kesurupan massal yang terjadi di sekolahnya kemarin.
Sebenarnya dengan waktu petang seperti ini tidak cocok untuk bercerita hal-hal mistis, terlebih besok adalah hari Jum'at. Berarti itu menandakan bahwa sekarang sudah mulai masuk waktu malam Jum'at. Malam yang dipercayakan anak belia adalah malam yang seram, terlebih malam Jum'at Kliwon.
"Ra, kemarin yang pertama kesurupan itu siapa?" tanya Caca sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Joera.
Sevia yang tadinya sibuk dengan cemilan kini menatap wajah Caca bingung. "Tahu dari mana kalau kemarin ada yang kesurupan, Ca?" tanyanya sambil memasukkan cemilan ke dalam tas.
"Enggak sengaja dengar dari Kak Natalia," jawab Caca membuat Sevia mengangguk.
Sejujurnya Joera tidak ingin menceritakan hal ini pada teman-teman, karena dari mitos yang ia dengar bahwa siapapun yang menceritakan kisah ini akan di datangi oleh hantu tersebut. Entah hal ini benar atau tidak.
"Ceritain dong, Ra," bujuk Sevia menggoyang-goyangkan tangan Joera pelan.
Melihat wajah menyedihkan Sevia dan tatapan memohon Caca, akhirnya dengan berat hati Joera menceritakan semuanya. Walaupun hawa sekitar mendadak berubah dan menjadi sunyi. Padahal tanda-tanda maghrib masih sangat lama, namun suasana seakan mendukung.
"Jadi, yang kesurupan itu temen kelasnya Kak Natalia. Aku juga enggak tahu namanya, tapi dari yang aku tahu kalau dia orang yang pertama kali kena," tutur Joera pelan.
Kepala Caca mengangguk pelan sambil menanggapi, "Setannya cewek apa cowok?"
"Cewek. Nama dia Ayu. Cewek cantik yang pernah bunuh diri di toilet sekolah ini. Kamu tahu toilet yang dia gunakan di mana?," ucap Joera serius membuat Sevia merapatkan diri.
Seakan mendapat komando Sevia dan Caca menggeleng bersamaan angina berhembus cukup kuat. Hingga membuat bulu kuduk Caca berdiri tegak.
"Toilet paling ujung. Yang katanya nggak boleh dipakai," sambung Joera menghembuskan napasnya perlahan.
"Pantas saja, kalau aku ke toilet rasanya ada yang merhatiin dari ujung itu. Padahal nggak ada apa-apa," celetuk Sevia sambil menegakkan tubuhnya.
Hawa dingin semakin menyergap hingga ke pori-pori membuat ke tiga siswi itu memutuskan untuk kembali ke rumah. Karena hari mulai gelap dan waktu terus berjalan cepat. Caca memutuskan untuk pulang berjalan kaki. Sementara Joera dan Sevia mengendarai sepeda yang biasa digunakan. Tadinya Sevia menawari Caca untuk bersama, namun ditolak Caca dengan alasan tidak searah dengannya.
Rumah dengan cat dasar berwarna putih mulai terlihat oleh pandangan Caca, membuat siswi mungil itu bergegas untuk segera sampai. Karena ia sudah tak sabar ingin memakan makanan buatan mamahnya yang tercium hingga teras.
"Mamah, masak apa?" tanya Caca sambil melepaskan tas ungu yang berada di punggung mungil dan meletakkannya di sofa ruang tamu.
Vhyra yang melihat Caca sembrono pun berujar, "Ganti baju dulu. Itu tasnya di gantung, bajunya juga jangan asal di taruh nanti kotor. Kan besok di pakai lagi."
"Iya, Mah. Caca ke kamar," pamit Caca sambil menyeret tasnya dengan lesu.
-○-
Caca pikir hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan, karena eskul PMR diliburkan. Sebab, Kak Mulya selaku pelatihnya ada keperluan mendadak di SMP lain, jadi mengharuskannya untuk meninggalkan jadwal eskul, lagipula Kak Tia yang biasa menggantikan pun sedang sibuk-sibuknya di kantor hingga tidak dapat meluangkan waktu barang sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCARED WITH WITS
HorrorBerisi kumpulan cerpen horor karya member Writing in The Sky.