Karya: febby_by17
***
Lampu kamar Milla telah dimatikan, satu-satunya yang menjadi penerangannya hanya layar ponselnya. Milla masih sibuk dengan ponselnya, malam pun kian larut.
Saat tangannya ingin menyumbat telinganya menggunakan _headseat_ , suara perempuan membuat atensinya teralihkan ke arah jendela yang tepat berada di samping kasurnya. Diliriknya jarum jam yang menunjukkan pukul setengah dua.
Suara tangis perempuan itu tidak terlalu keras. Orang-orang mengatakan jika mendengar suara tangis perempuan yang tidak terlalu keras artinya dia berada dekat sementara kalau suaranya terdengar keras artinya jauh.
"Berisik!" Milla yang tetap berbaring pun memukul dinding kamarnya. Suara itu semakin menjadi-jadi. Suara tangis terganti suara tawa perempuan yang melengking.
"Diam woi! Ini sudah malam." Suara ketukan pada jendela kamarnya menjadi jawaban.
"Berisik!" Milla memukul kembali dinding kamarnya.
Suara itu masih belum berhenti ditambah suara ketukan yang terus terdengar. Milla mengabaikannya tidak ingin ambil pusing. Lampu di kamarnya dimainkan; mati nyala mati nyala, tidak sampai di situ ponselnya tiba-tiba memutar lagu lingser wengi.
"Minta dimandiin, ya!" Milla keluar dari kamarnya. Tak berapa lama dia kembali lagi dengan seember air; membuka jendela kamarnya di mana suara itu di berasal dan Milla langsung menyiramkannya begitu saja. "Nggak usah ganggu. Mainnya ke tempat lain sana!"
Milla seorang siswi yang memiliki kemampuan untuk melihat sesuatu diluar dari dunianya. Milla terlalu peka dengan lingkungan sekitarnya. Menyenangkan memang memiliki kemampuan seperti ini tetapi ada kalanya tidak. Milla kembali menaiki kasurnya, tepat setelah dia menarik kasur dan kepalanya menyentuh bantal dia berteriak karena terkejut. Kunti tadi belum pergi dan kini berada di atas langit kamarnya sambil menyunggingkan senyum.
"Setan!" Bantal itu terlempar ke udara, "pergi dari kamarku!"
Kunti yang masih melayang itu perlahan mendekat, ujung rambutnya menyentuh wajah Milla yang masih berbaring dengan tenang. "Aku ingin bermain."
"Main dengan temanmu. Aku ingin tidur."
"Aku ingin bermain."
"Tidak!"
"Ayo."
"Kembali sana ke rumahmu."
Si kunti menghilang dari pandangannya yang kemudian muncul kembali di pojok kamar.
"Diambil sama pocong jelek."
"Pocong jelek?" Kepala dengan rambut panjang menjuntai itu mengangguk samar.
_Macam dia cantik aja._
"Aku ingin di sini bermain denganmu. Ayo kita bermain."
"Tidak. Aku ingin tidur."
Melihat Milla yang memejamkan matanya, si Kunti kembali berulah mengeluarkan suara tangisnya. Masa bodoh, dia tidak ingin terlambat besok karena belum mengerjakan PR Matematikanya, jadi Milla tidur sambil menggunakan _headseat_ dengan volume lagu yang _full_ .
•••
"Kesurupan!"
"Aaahhkkkk!!!"
"Enggak mau, takut. Mukanya nyeremin banget. Mel!"
"Sadar, Mel, istigfar!"
"Istigfar, istigfar! Woi!"
Awalnya Bu Alimah menyuruh tetap fokus namun tak lama suara teriakan dari kelas sebelah semakin tidak kondusif. Seluruh siswa berbondong-bondong keluar karena penasaran tidak lagi menindahkan ucapan Bu Alimah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCARED WITH WITS
TerrorBerisi kumpulan cerpen horor karya member Writing in The Sky.