Sendang Gede

153 24 8
                                    

Karya: adiblatahzan

***

Seperti biasa, Jono berangkat ke sekolah dengan membawa motor kesayangannya. Jono juga selalu menghampiri Firman yang rumahnya lumayan dekat dengan sekolah.

"Fir, keluar!" Tidak seperti biasanya Jono masuk ke rumah Firman, kali ini Jono hanya berteriak dari luar karena jam sudah menunjukkan pukul 6.15, itu artinya lima belas menit lagi pintu gerbang sekolah akan ditutup. Tidak berapa lama kemudian si Firman keluar dari rumah.

"Sabar, Jon. Nih roti buat lu." Firman melempar sepotong roti ke arah Jono sambil berjalan ke belakang motor Jono untuk menebeng Jono.

Jono yang sudah menangkap roti dari Firman, menggigit roti tersebut sambil menyalakan mesin motornya. Mereka pun berangkat ke sekolah yang tidak begitu jauh dari rumah Firman, sepuluh menit kemudian mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah. Mereka pun langsung menuju ke tempat parkiran yang sudah hampir penuh.

"Hampir telat, Fir."

"Tidak biasanya lu telat, Jon."

"Gue tadi sakit perut, Fir."

Begitulah obrolan mereka di parkiran, Firman hanya tertawa, mereka pun masuk ke kelas.

Tidak terasa waktu istirahat pun tiba, mereka menuju kantin untuk sekadar memesan minuman sambil menikmati jaringan Wi-Fi gratis. Di saat mereka berselancar di dunia maya, mereka pun melihat status teman mereka yang banyak mengunggah mengenai hantu. Terutama teman mereka yang bernama Anam, dia mengaku sering melihat hantu.

"Apa lu percaya hantu, Fir?"

"Ah, enggaklah! Itu si Anam halu, gue belum pernah lihat hantu."

"Gue juga belum pernah lihat, bagaimana kalau nanti malam kita buktikan kalau hantu itu tidak ada," kata Jono sambil menatap Firman.

"Caranya?"

"Nanti malam kita ke Sendang Gede."

"Sendang Gede? Di desa sebelah yang katanya angker itu?"

"Kenapa lu kaget gitu, Fir? Takut?"

"Enggaklah! Hantu itu hanya mitos, Jon," tegas Firman.

Bel pun berbunyi menandakan bahwa mereka harus masuk ke dalam kelas lagi. Waktu pun menunjukkan pukul 5 sore, itu artinya mereka sudah boleh pulang. Memang melelahkan sekolah fullday, hampir seharian penuh mereka di sekolahan.

Mereka pun sampai rumah Firman. "Mampir dulu, Jon." Ajakan Firman yang hanya dibalas dengan senyuman oleh Jono.

Sesampainya rumah, Jono beraktivitas seperti biasa. Selesai salat isya, Jono pamit kepada orang tuanya.

"Jono mau belajar kelompok ke rumah Firman." Orang tua Jono yang sudah mengenal baik Firman, tentu langsung memberi izin. Bahkan terkadang Jono menginap di rumah Firman, begitu juga sebaliknya.

Namun rasa penasaran yang dimiliki kedua sahabat tersebut, membuat mereka berbohong kepada orang tua mereka. Sesampainya rumah Firman, alih-alih belajar di rumah Firman, Firman justru pamit ke ibunya.

"Bu, Firman sama Jono mau belajar kelompok di rumah Anam." Ibunya Firman pun memberi izin, walau tidak tahu Anam itu siapa.

Mereka pun berangkat ke tempat yang sudah direncanakan, yaitu Sendang Gede di desa sebelah. Setelah Jono dan Firman berangkat, ayahnya Firman keluar kamar habis mengaji. "Itu anak kita mau ke mana?"

"Oh itu, katanya mau belajar kelompok, Yah. Biarlah, kan sama Jono." Mereka pun masuk rumah dengan tenang.

Sementara itu 20 menit kemudian Jono dan Firman sudah sampai di Sendang Gede, kesunyian mulai mereka rasakan. Walau jam baru menunjukkan pukul 8 malam, tetapi suasana di tempat ini sudah mencekam. Sebenarnya tempat ini tidak jauh dari pemukiman penduduk. Namun, warga desa jarang ada yang beraktivitas di malam hari, hal ini menambah kesunyian, apalagi Sendang Gede terkenal angker. Tentu mereka cenderung menghindari Sendang Gede, walau masih sore.

SCARED WITH WITSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang