Ilmu itu bukan sekedar banyak menghafal riwayat, namun ilmu adalah cahaya yang Allah Ta'ala letakkan pada hati seorang hamba
-Imam Malik bin Anas-
💕Adaptasi. Itulah yang kini dilakukan Izzan di tempat barunya. Kalau dulu statusnya sebagai dosen biasa saja, hanya mengajar mata kuliah dasar bedah pada mahasiswa semester 4-5, kini ia diminta tolong oleh kepala bagian bedah untuk sementara menggantikan posisi dokter Pramono.
Kalau dulu mungkin hanya 2 hari saja ia harus ke kampus, itu juga paling antara 3-4 jam saja, kini ia mungkin harus menghabiskan banyak waktu di rumah sakit pendidikan ini.
Menurut kesepakatan awal dengan Prof. Anugerah, kepala lab bedah, Izzan hanya menyetujui menjadi pengganti mendiang dokter Pramono sementara saja. Ia masih harus pikir-pikir dulu jika harus menetap.
Izzan masih perlu berpikir apakah dirinya ini memang cocok jadi pendidik. Selain itu gelar dan ilmu yang dimilikinya terhitung masih tanggung. Dia hanyalah sepesialis bedah umum, belum mengambil sub spesialisasi. Tapi mungkin karena ia sangat rajin mencari ilmu lewat seminar dan konferensi hingga ke luar negeri, membuat namanya cukup dikenal oleh para birokrat lab bedah.
Perlahan Izzan membuka pintu ruang diskusi lab bedah yang ia tahu berdasarkan jadwal akan dilakukan pretes. Ternyata ruangan sudah sepi.
"Dasar dokter Hilmy...asli modus" terdengar tawa dari seorang residen.
"Hehe...iya ketara sekali kemodusannya..masak Kanaya sengaja di kelompok dia" timpal residen laki-laki yang lain.
Izzan tak paham apa yang sedang dibahas oleh dua residen laki-laki yang kelihatan masih memberesi beberapa tumpukan kertas di atas meja.
"Assalamualaikum...apa pretesnya sudah selesai?" Tanya Izzan pada dua residen di depannya. Dari name tag nya terbaca nama dokter Afif dan dokter Salman.
"Waalaikumsallam...sudah dok" jawab dua residen itu serempak.
"Dokter Izzan sekarang disini?" Tanya dokter Afif bertanya, tentu saja mereka kenal dengan dokter Izzan, senior mereka sewaktu masih pendidikan dokter. Sewaktu masih di pendidikan dokter, nama Izzan sudah banyak yang kenal. Tentu saja ini tak lepas dari keberadaan papanya, dokter Harlan seorang internis terkenal di Malang dan kakaknya, dokter Ammar yang pewaris pemilik rumah sakit lumayan dikenal di kota itu.
"Iya...saya sementara akan menggantikan dokter Pramono"
"Okelah...saya akan menemui Prof Anugerah dulu..." pamit Izzan pada dua residen tersebut.
💕
"Segarnyaa..." seru Kanaya dalam hati. Segarnya air wudhu sebelum sholat dhuhur ini, mampu melenyapkan kepenatan pagi hingga siang ini di poli bedah umum.
Segera Kanaya menunaikan sholat dhuhurnya. Salah satu ketidakenakan menjadi koas adalah tidak bisa bersantai dalam hal apapun ketika masih jam tugas. Maka untuk sholat pun ia harus bergantian dengan Meta, teman sub kelompoknya. Intinya jangan sampai meja koas kosong tak ada penunggunya.
"Kenapa Met.."tanya Kanaya ketika ia balik ke ruang poli bedah melihat Meta berkeringat deras.
"Aduh itu tadi ada pasien post invasi apendisitis rewel banget. Infusnya dilepas sama dia...mana perawat pada makan siang, aku kena apesnya" omel Meta dengan wajah suntuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story in Hospital 2
SpiritualSequel of LOVE STORY IN HOSPITAL 1 (disarankan membaca yang jilid 1) Keluarga adalah tempatmu kembali. Selalu ada jalan untuk tiap masalahnya yang kau miliki. Ada sang Pencipta, Allah Azza wa Jalla sebagai pemberi solusi dalam semua urusan kita di d...