LSIH (2) - 20. Expression from the heart 💝

10.3K 684 36
                                    


Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat"

- Quran surah Al Baqarah : 214 -

💕

Kata orang sewaktu pemilu, salah pilih presiden yang memimpin 5 tahun ke depan kita akan menyesal seumur hidup. Lalu bagaimana hal nya kalau kita salah dalam memilih jodoh yang akan bersama seumur hidup? Penyesalannya mungkin sampai dibawa ke liang lahat.

Pernah mendengar kisah Rithah al-Hamqa, seorang gadis dari Bani Ma'zhum si pemintal benang? Sebuah kisah yang pernah ditulis di buku kisah-kisah islam. Kisah yang terjadi zaman sebelum islam datang.

Dikisahkan Rithah sedang risau karena tak kunjung mendapatkan jodoh. Kedua orangtuanya berusaha dengan berbagai cara mencarikan jodoh untuk putrinya tersebut. Hingga ahli nujum dan dukun pun ia datangi. Padahal mereka saudagar kaya raya.

Di usianya yang semakin bertambah, Rithah diperkenalkan oleh ibunya pada seorang jejaka muda rupawan. Dan akhirnya dinikahkanlah mereka.

Namun rupanya pemuda tersebut mempunyai maksud buruk di balik pernikahannya. Pemuda tersebut hanya menginginkan harta keluarga Rithah. Setelah berhasil mendapatkan hartanya, pemuda tersebut menghilang, pergi meninggalkan Rithah.

Betapa hancur hati Rithah. Hingga kemudian dia membeli beratus-ratus gulung benang untuk dipintalnya. Setelah selesai dipintal, maka hasil pintalan itu di cerai beraikan lagi. Begitu seterusnya yang Rithah lakukan tiap hari hingga di akhir hidupnya.
Hingga akhirnya kisah tersebut lebih dikenal dengan Rithah al-Hamqa, perempuan pemintal benang.

Terlepas dari benar tidaknya kisah yang konon ada pada zaman sebelum Rasulullah ada tersebut. Tapi jalan ceritanya mengajarkan bahwa hanya Allah Ta'ala saja yang mampu mengabulkan doa seseorang.

Tak patut kita meminta pada selainnya, seperti dukun, ahli nujum dan sejenisnya.

"Dan apabila hamba Ku bertanya tentang Aku, maka jawablah bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang-orang yang berdoa kepada Ku..." (Quran Surah Al Baqarah : 186)

Fortuner hitam yang dikemudikan pak Darto sudah melaju cepat melewati tol menuju Solo. Pagi-pagi sekali pak Darto sudah datang menjemput Kanaya bersama dua adiknya, Jihan dan Faza.

Meski bisa menyetir sendiri, tapi Kanaya memang tidak diperbolehkan abinya untuk membawa mobil sendiri jika pulang ke Solo. Selama ini memang pak Darto yang mengantar jemputnya jika ingin pulang ke Solo.

Sepanjang perjalanan, Kanaya hanya diam tak bergeming. Dilemparkan pandangannya ke arah jalan. Wajahnya memang terlihat tenang, namun sungguh hatinya penuh dengan gundah gulana.

Sesekali saja ia menimpali obrolan dua adiknya yang asyik berceloteh. Terutama Faza yang baru duduk di kelas 6 SD lebih banyak bercerita yang Kanaya sendiri tak paham. Karena memang ia tak konsen mendengarnya.

"Mbak Aya sakit?"
Tegur Jihan yang memperhatikan mbak nya itu cuma diam sambil memandang ke arah jendela mobil.

Kanaya cuma tersenyum sambil menggeleng.

"Tapi wajah mbak Aya kelihatan pucat lho..." Jihan masih khawatir melihat mbaknya yang sepertinya memang tak sehat.

"Mbak sudah makan?"
Kembali Jihan bertanya meski Kanaya masih diam.

"Sudah Han..." cuma itu jawaban Kanaya.

Padahal dari semalam Kanaya hanya makan sepotong roti. Entahlah, ia tidak nafsu makan. Pikirannya terus berputar memenuhi kepala.

"Apa yang mbak Aya ragukan lagi dalam diri nak Taqi to nak?" Kanaya masih mengingat obrolan abinya lewat video call setelah mengetahui Kanaya minta waktu lagi sampai stase bedah usai untuk menerima khitbah dari kak Taqi.

Love Story in Hospital 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang