LSIH (2) - 4. Berbeda?💝

13K 719 22
                                    


Cinta, jika kamu cemburu pada seorang, maka orang seperti mu adalah mencintainya

- Daif Asy-Syibli -
💕


"Nay ayo cepet" baru saja Kanaya menginjakkan kaki di bangsal poli bedah, Meta sudah melambaikan tangannya.

"Hah...prof David pagi-pagi sudah keliling" seru Naya kaget dalam hati.

Padahal jam tugas baru dimulai pukul 7 tepat. Dan Naya merasa dirinya sudah sangat on time , pukul 7 kurang lima menit, kakinya pas di ujung pintu bangsal poli bedah.

Dan itulah keunikan dokter, apalagi yang sudah profesor. Bagi mereka time is life, waktu adalah nyawa. Nyawa siapa?jelas nyawa orang lain atau pasien. Jadi mereka terkadang tak peduli dengan jam kerja. Beda dengan perawat atau pegawai rumah sakit lainnya.

Jadi sebenarnya Naya sudah tidak kaget kalau ada visite mendadak di luar jam yang normal. Satu lagi rumus hidup koas, siap menghadapi keadaan apapun.

"keluhan pasien anak laki-laki usia 7 bulan benjolan keluar masuk di lipatan paha kanan" terdengar dokter Hilmy menyampaikan kasus seorang pasien anak yang baru saja masuk ke poli bedah. Kanaya langsung saja ikut masuk ke dalam barisan para koas di bagian paling belakang. Sedang di bagian depan tentu saja barisan para residen.

"Ya lanjutkan.."suara bariton prof David kembali membahana.

"Sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien mengeluhkan benjolan pada lipatan paha kanan yang hilang timbul. Benjolan semula sebesar telur puyuh kemudian dirasakan semakin membesar..."

"Cukup..."

"Kamu..."tiba-tiba saja prof David menunjuk Alika. Dengan wajah gopoh Alika menegakkan tubuhnya menanti pertanyaan prof Dafid.

"Apalagi keterangan yang harus digali selain yang sudah disebut tadi..."

"Eh...apakah benjolan timbul karena gerakan aktif pasien, ada batuk, berapa kali buang air besar..."

"Cukup..." prof David kembali menghentikan jawaban Alika.

"Kamu...yang jilbab merah di belakang"

Ups...Kanaya merasa dirinya lah yang disebut. Dengan tetap menjaga ketenangan hati Kanaya agak maju ke depan.

"Kira-kira dari anamnesa, diagnosa apa yang kamu curigai"

Ya Rabb...aku harus jawab apa...pekik Kanaya dalam hati.

Tapi prinsip jadi koas tidak boleh hanya diam seribu bahasa, pasti tatapan menusuk dan kata-kata tajam yang akan diterima karena dianggap tidak menghargai. Tapi juga tidak boleh asbun alias asal bunyi, pasti kembali lagi sebuah omelan dan rentetan kata tak masuk akal bisa melukai hati.

"Kemungkinan hernia inguinalis lateralis prof..."jawab Kanaya berusaha pede.

"Hernia inguinalis lateralis dextra reponibilis...itu lebih tepatnya" sahut prof David tetap dengan tatapan datar.

"Nanti ini akan jadi bahan diskusi buat kalian residen ya...buat koas nanti buat laporan ke konsulen lanjutan kasus ini" perintah prof David seraya berlalu, meninggalkan para residen dan koas yang harus senam jantung pagi-pagi.

Love Story in Hospital 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang