Saat itu jam istirahat, seperti biasa, Heejin, alih alih pergi ke kantin untuk makan siang seperti kebanyakan orang pada umumnya malah pergi ke rooftop, menahan rasa laparnya sampai nanti malam.
Menatap lahan kosong di bawah sana, Heejin menghela napas panjang sambil berusaha mengusir pikiran pikiran jahat yang sering kali mempengaruhi dirinya untuk mengakhiri saja hidupnya dengan cara melompat dari sana.
Kemarin dia dapat peringatan untuk segera membayar sewa tempat tinggal, tadi pagi dia di panggil guru tata usaha untuk membicarakan spp nya yang belum di bayar selama tiga bulan, ancamannya Heejin tak bisa ikut ulangan akhir semester yang akan di laksanakan bulan depan.
Meski berjanji akan segera membayar semuanya, jujur Heejin tidak yakin. Berlarian dari satu pekeejaan paruh waktunya ke pekerjaan paruh waktu yang lain tidak banyak membantu, jangankan membayar spp dan uang sewa, untuk makan saja Heejin masih kesulitan.
Dalam kondisi seperti ini pasti ada satu orang yang terlintas di benaknya, satu orang yang sangat amat dia rindukan.
"Kak Sungjin, Heejin kangen..."
Heejin tak tahan lagi, mulai menangis dalam diam, tak apa dia bisa menangis sepuasnya di sini tanpa perlu mengkhawatirkan ada yang melihatnya atau apa, lagi pula siapa yang mau peduli sih?
Brak
Heejin terkesiap kaget, refleks mengusap air matanya kasar kemudian berjalan ke arah pintu hanya untuk memdapati adegan tidak senonoh terjadi di depannya-
Prang
Heejin dengan sengaja menendang kaleng kosong yang kebetulan ada di sana membuat si cowok mendorong si cewek dengan kasar di balas tatapan tak terima oleh si cewek yang masih belum sadar kehadiran Heejin.
"Lo..."
Ucapan cowok itu terhenti melihat Heejin hanya menatapnya malas sebelum melengos pergi. Dia tidak peduli, dia tidak mau ikut campur, dia tidak ingin terlibat apalagi menyebar gosip tentang mereka. Hidupnya sendiri pun sudah berat, di tambah mengurusi kehidupan orang lain, Heejin tidak sanggup membayangkannya.
***
Kebanyakan murid sepulang sekolah kalau tidak langsung pulang ke rumah masing masing pasti main ke mall atau nongkrong di kafe. Heejin juga sama, bedanya di saat yang lain datang sebagai pengunjung kafe Heejin datang sebagai pelayan di kafe.
"Brown sugar latte..."
Ucapan calon pembeli itu terhenti, tatapannya menajam memperhatikan wajah Heejin sebelum sejurus kemudian memasang seringaian mengejek ke arah Heejin.
"Lo yang waktu itu di rooftop kan?"
Heejin tak mengenali siapa orang ini, tapi mendengar pertanyaannya barusan membuat Heejin ingat akan kejadian di rooftop tempo hari saat dia memergoki cewek ini tengah berciuman dengan seseorang yang bisa di bilang cowok populer bereputasi baik di sekolah mereka.
"Lo jangan macem macem ya sama gua, jangan coba sebar gosip aneh aneh tentang gua sama Jeno-"
"Lo ngehambat antriannya" potong Heejin dingin, menatap malas cewek yang memakai barang branded dari kepala sampai kaki ini.
"Oh lo berani nyela omongan gua" Seru nya kelihatan emosi sementara dua gadis yang mengekor di belakangnya hanya menertawakan Heejin dalam diam.
"Gua gak kenal lo. Kalau gak jadi pesen silahlan pergi, lo ngehambat antrian"
Nancy- cewek itu, mendengus pelan seraya melipat kedua tangannya di depan dada melempar tatapan kesal ke arah Heejin. "Kerja di kafe murahan gini aja belagu, dasar jalang!"