Tok! Tok! Tok!
Jeno berjengit kaget, mematung untuk beberapa saat memastikan pendengarannya sampai ketukan dengan ritme yang lebih ribut kembali terdengar. Ini pukul sebelas malam, Jeno masih asik berbaring di sofa sambil bermain game di ponselnya, Heejin sudah dia antar pulang sejak dua jam yang lalu—
Tok! Tok! Tok!
Jeno beringsut bangkit dari posisi berbaringnya, berusaha berpikir positif soal siapa yang bertamu selarut ini, paling paling Eric atau Hyunjin, pikir Jeno, ya meski agak aneh juga. Hyunjin pasti akan menelepon kalau hendak datang dan Eric, ugh, dia tak seberadab itu untuk mengetuk pintu sehalus ini, lebih terdengar hendak menghancurkan pintunya ketimbang mengetuk kalau sungguhan Eric yang ada di luar sana.
"Siapa?" teriak Jeno, memastikan yang mengetuk manusia sungguhan, dasar penakut!
"Jeno, ini bunda..."
Jeno berjengit, tanpa pikir panjang membuka pintu rumahnya lebar lebar hanya untuk semakin berjengit tak paham kenapa bundanya bisa ada di sana selarut ini.
"Bunda ngapain?!"
"Ikut bunda" ujar bunda, terdengar tak ingin di bantah membuat Jeno meski tak mengerti apa yang akan bunda lakukan tetap beringsut keluar dari rumah, memastikan pintu rumahnya terkunci sebelum mengekor bunda menuju ke mobilnya yang terparkir di depan pagar.
"Masuk" ujar bunda pelan, menarik dirinya sendiri untuk masuk ke dalam mobil dan duduk di balik kemudi sementara Jeno memilih duduk di kursi belakang hanya untuk terperanjat kaget mendapati Eric sudah lebih dulu ada disana, menatapnya datar.
Bunda tak bicara apa apa, langsung menginjak pedal gas, membiarkan keheningan menginvasi. Jeno tak paham apa yang terjadi tapi bertanya pada bunda sekarang rasa rasanya kurang tepat, mencolek Eric seraya melempar tatapan bertanya pun tak berguna, adiknya itu malah balas melempar tatapan nyolot padanya.
Ting!
Sebuah pesan masuk ke ponsel Jeno, dari Eric. Jeno mengernyit, idih, buat apa mengirim chat kalau mereka duduk samping sampingan begini?!
Eric
Kayanya kita mau di buang jen
Bunda bawa koper gede gede di bagasi
Mampus!
Koper?
Jeno mengangkat kepalanya, menoleh menatap Eric yang tetap melemparkan tatapan songong. Jeno tau adiknya itu sebenarnya cemas, bingung akan apa yang terjadi tapi memilih diam, bersikap seolah dia tak begitu peduli soal apa yang akan dilakukan bunda, maka Jeno dengan kasarnya menarik Eric untuk mendekat, memaksa sang adik untuk bersandar padanya.
"Tidur" ucap Jeno pendek, menarik ponsel Eric secara paksa agar adiknya itu menurut lantas tidur, dan Eric meski agak jiji dengan posisinya saat ini memilih untuk mengalah, setidaknya keberadaan Jeno sukses meredakan tensi ketegangan di dalam mobil.