Penilaian akhir tahun telah berlalu, sama seperti tahun tahun sebelumnya sekolah Heejin pasti mengadakan acara class meeting. Maka disinilah Heejin siang ini, duduk bersama ratusan murid lainnya menantikan pertandingan antar kelas yang sebentar lagi akan di mulai.
"Excuse me..."
Heejin menoleh, mendelik pelan waktu mendapati wajah orang yang mencolek bahunya barusan. "Apaan sih ka Mark?!" gerutunya.
"Ini Jeon Heejin kan ya?"
"Gak jelas lo— sini duduk" ujar Heejin ketus, menarik Mark untuk duduk di sampingnya.
"Cuman mau mastiin aja soalnya setau gua yang namanya Jeon Heejin itu paling ogah panas panasan dan— nonton basket?! Wah ketempelan setan mana ini?!"
Heejin tertawa pelan, menunjuk ke sudut lapangan dimana disana sekelompok cowok tengah melakukan briefing singkat sebelum pertandingan dimulai. "Kelas gua lagi berjuang masa gua gak nonton" ujarnya santai.
"Alah sepik, gua yakin bukan gara gara yang itu, tapi gara gara yang itu. Iyakan?"
Heejin hanya mengangkat bahu pelan waktu Mark menunjuk ke arah yang Heejin tunjuk sebelumnya kemudian berpindah ke arah lain dimana disana team kelas lain yang akan melawan anak kelas Heejin sedang briefing juga— kelas Lee Jeno.
"Dasar pengkhianat, masa malah dukung kelas lain" ujar Mark lagi, terkekeh pelan melihat ekspresi masam Heejin disebut pengkhianat.
"Ngomong ngomong lo ngapain ke sekolah? Bukannya kelas dua belas udah gak ada urusan sama sekolah ya?"
Ugh pintar sekali Heejin mengalihkan topik pembicaraan.
"Kangen lo" jawab Mark enteng.
"Idih dangdut"
Mark tertawa, melepas topi yang dari tadi bertengger di kepalanya. "Gua harus masih urus ini itu kali, ribet"
Heejin manggut manggut mendengarnya, pertandingan masih belum di mulai padahal Heejin di tempatnya sudah mulai berkeringat kepanasan.
"Tapi gua gak bohong soal gua yang kangen lo" ujar Mark lagi, tanpa basa basi memasangkan topinya di kepala Heejin, terkekeh melihat Heejin merenggut karena pandangannya jadi tertutup gara gara topi Mark yang terlalu besar untuk kepalanya.
Sejak awal Heejin mengetahui team basket kelasnya akan melawan team basket dari kelas Jeno Heejin sudah menduga kalau team basket dari kelasnya bakal kalah dan ternyata itu sungguhan terjadi. Heejin senang, bukan senang karena kelasnya kalah tapi senang karena Jeno sudah berjanji akan membiarkannya main ps selama yang dia mau kalau team basket kelas Jeno menang.
"Disini panas"
Heejin mendongak, agak terkejut melihat Jeno entah sejak kapan sudah berdiri di hadapannya padahal jelas jelas beberapa saat yang lalu masih berkumpul di sudut lapangan merayakan kemenangan bersama teman teman sekelasnya.