14. Rumah Sakit

1K 134 2
                                    

Dulu saat Heejin sakit maka ada Jeon Sungjin yang merawatnya, memusatkan seluruh perhatian pada Heejin. Saat cowok itu pergi, masih ada Jungkook yang meski tak seperhatian Kak Sungjin tetap merawatnya dengan baik. Tapi sekarang mereka tak ada lagi di sisinya. Sungjin tak mungkin lagi untuk kembali, sementara Jungkook dengan brengseknya masih tak menunjukkan tanda tanda akan siuman.

Heejin sering kali bertanya tanya dalam hati, apa dosanya di kehidupan sebelumnya sampai punya nasib sebegini buruknya.

Kepalanya pusing, untuk sekedar merubah posisi saja dia tak mampu. Heejin tau dia sudah jauh dari kata baik, tapi tak ada yang bisa dia lakukan. Hanya memejamkan matanya rapat rapat, menikmati rasa sakit dan keheninyan yang menyiksa.

Duh, apa dia akan mati dengan cara seperti ini...

"Jin!"

Heejin tersentak kaget, menahan nafasnya untuk beberapa saat memastikan pendengarannya.

"Jeon Heejin!"

"Jin lo di dalem kan? Ini gua Jeno"

Heejin dalam dunianya yang terasa berputar menarik sudut bibirnya, tersenyum. Jeno pikir dia tidak hafal suara cowok itu ya?

"Jeon Heejin!!"

Heejin meringis dalam hati, oh ayolah, jangankan untuk keluar dari kamar dan membukakan pintu, untuk berteriak menyuruhnya masuk saja pun dia tak mampu.

Hening, tak ada lagi panggilan panggilan itu, tak ada lagi ketukan di pintu.

Apa Jeno sudah pergi?

Dia sudah menyerah?

Secepat itu?

Sialan! Dia tak mau mati begini, seseorang harus menyelamatkannya.

Brak

Heejin terkesiap. Si Lee bodoh itu tak mendobrak pintunya bukan?

Ah lupakan soal pintu, nyawanya lebih penting sekarang, sakit sialan ini bisa saja membunuhnya jika tak segera di tangani. Seharusnya dia menurut saat Jeno mengajaknya untuk pergi ke klinik yang lebih bagus alih alih pergi ke tempat ecek ecek seperti kemarin. Obat yang mereka berikan tak berefek apapun padanya, cuih mentang mentang Heejin pakai kartu jaminan kesehatan.

Brak

Brak

Setelah itu hening membuat Heejin sempat berpikir horor, bagaimana kalau itu bukan Lee Jeno? Bagaimana kalau itu adalah pembunuh berantai yang menyamar jadi Jeno?

Ah ayolah, kenapa pikirannya jadi serandom ini.

"Heejin?"

Heejin menoleh ke arah pintu kamarnya hanya untuk merasakan sakit yang mendera di kepala akibat terlalu cepat mengubah posisi.

"Lo gak apa apa?" tanya Jeno dengan tatapan penuh rasa bersalah untuk menghabiskan waktu terlalu lama mengalahkan gengsi nya mendatangi rumah Heejin untuk mengecek kondisinya.

Mau di lihat dari sudut manapun, Heejin yakin dirinya tak terlihat baik baik saja. Jadi kenapa pertanyaan sebodoh itu bisa meluncur dari mulut seorang Lee Jeno yang katanya pintar itu?

"Kan udah gua bilang lo di rawat aja, batu sih, malah nurut sama si bule sialan"

Heejin masih memejamkan matanya, sumpah dia tak butuh dimarahi saat ini. Tetap memejamkan matanya sampai merasakan tangan dingin Jeno menyentuh keningnya, menyingkirkan rambut yang mengganggu sebelum kembali menempelkan punggung tangannya di kening Heejin.

Lean On Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang