Berhubung Jeno, Hyunjin, Haechan, dan Renjun punya tugas kelompok yang mau tak mau harus diselesaikan, maka saat kelas di bubarkan mereka tak langsung pulang ke rumah masing masing melainkan pergi ke kafe di seberang sekolah untuk menyelesaikan tugas mereka.
Sekitar satu setengah jam berkutat dengan laptop dan buku buku akhirnya tugas yang harus di kumpulkan besok pagi itu selesai, Jeno membantu Renjun membereskan buku juga laptop, Hyunjin dengan iseng meraih ponsel Haechan sementara si pemilik terlihat terburu buru memakai jaket di susul meraih tas di dekat kaki meja.
"Nyawa lo gak aman chan" gumam Hyunjin, menatap Haechan horor di balas tatapan tak kalah horor dari Haechan.
"kenapa?" balasnya.
"24 missed call dari adek lo" lanjut Hyunjin, menunjukkan layar ponsel Haechan kearah si pemilik yang langsung meringis melihatnya.
"Iya anjir gua lupa dia minta di jemput" sahut Haechan, "Gua cabut duluan ya."
"Lo juga jun?" tanya Hyunjin, mengalihkan pandangannya ke arah Renjun yang tengah memasukkan laptopnya ke dalam tas.
"Iyalah, gua kan nebeng dia"
Jeno mengernyit heran. "Terus adeknya Haechan mau di taro dimana anjer? Bonceng tiga?"
"Di selipin di rantai juga jadi" sahut Haechan, terkekeh pelan.
"Motor matic mana rante nya goblok!"
"Loh, gak ada ya?!"
Jeno geleng geleng kepala melihatnya sementara Hyunjin sedang menahan diri untuk tak melemparkan ponsel Haechan yang masih ada di tangannya ke wajah yang memasang tampang polos itu.
"Haechan kan emang tulul" sahut Renjun, menertawakan Haechan yang menatapnya menyebalkan.
"Gelud nya di tunda dulu ya, kasian adeknya Haechan" ujar Hyunjin.
"Emang udah nebeng gatau diri lagi! Gua duluan" Haechan mengambil ponselnya dari tangan Hyunjin, melengos pergi di susul Renjun yang hanya melambai sekilas ke arah Hyunjin dan Jeno yang belum ada niatan untuk pergi.
"Nanti malem ke tempat balapan gak?" tanya Hyunjin, melirik ke arah Jeno yang sedang meregangkan tubuhnya yang terasa kaku.
"Gatau liat nanti aja" sahutnya pendek. Dengan cepat obrolan mereka berpindah dari satu topik ke topik lainnya sampai entah berapa menit kemudian obrolan mereka terhenti gara gara seseorang yang dengan tampang menyebalkannya itu bergabung di meja mereka begitu saja.
"Loh kok jadi sepi? Gua ganggu ya?" tanyanya.
"Siapa sih anjing sok kenal!" sahut Hyunjin, melipat kedua tangan di depan dada.
"Kalem lur" ujarnya, terkekeh pelan sementara Jeno sudah membuang muka malas melihat wajah itu.
"Kalem kalem bapak lo! Pergi kek sana, lagi gak minat ribut apalagi sama manusia akhlak less kaya lo!"
Cowok itu—Hwall, bersedekap di atas meja, menatap Jeno yang masih belum mau menatapnya. "Jeon Heejin... Cantik juga ya"
Jeno refleks menoleh, menatap Hwall tajam sementara Hyunjin dalam ketegangan yang sedang terjadi antara Jeno dan Hwall malah tertawa cukup kencang membuat beberapa orang menoleh meski selanjutnya memilih untuk tak peduli.
"Iyalah cantik— bukan cuma Jeon Heejin, semua anak cewek di sekolah gua cantik. Emang sekolah lo? Mirip tante tante semua isinya"
Hwall mendengus pelan. "Gak guna cantik kalau murahan apalagi bekasan!"
Sret
Dan secepat itu Jeno sudah mencengkeram kerah baju Hwall membuat kursinya sendiri terjungkal, beberapa orang terkesiap kaget sementara Hyunjin tak berniat sama sekali untuk sekedar menyuruh Jeno sabar.