"Eric pasti mau ngeprank Jen! Orang jelas jelas minimarketnya ada kok, masih utuh"
Jeno tahu Heejin hanya sedang berusaha berpikir positif, dia juga maunya begitu, tapi tak bisa. Udara yang panas, tak ada pengunjung lain, seorang penjaga, mie yang terasa hambar— bagi Jeno itu sudah cukup menjelaskan semuanya. Lagi pula link yang Eric kirim terpercaya, dia yakin itu bukan hoax.
Yah mungkin terdengar mustahil bagi orang orang yang tak percaya akan kehadiran makhluk halus, tapi Jeno percaya, hal hal seperti itu bisa saja terjadi. Mungkin Jeno sedang apes, apalagi dia sedang di kuasai emosi tadi.
"Terserah lo mau percaya atau enggak— sana turun, katanya tadi capek"
Heejin melengkungkan bibirnya ke bawah, menatap Jeno memelas. "Takut..."
Sama, Jeno juga takut.
"Halah gak bakal kenapa napa, buruan turun" ujar Jeno membuat tatapan Heejin semakin memelas, menggeleng kencang.
"Gua nginep di rumah lo deh kalau gitu"
Jeno menggeleng tegas. "Enggak boleh! Lagian mau tidur dimana? Sofa?!"
"Kamar di rumah gua banyak" ujarnya lagi, Heejin sungguhan tak mau sendirian. Jujur saja, dia sebenarnya penakut.
"Di rumah lo atau di rumah gua sama aja, cuman ada kita berdua, gua gak mau"
Heejin merenggut pelan. "Jen please~"
"Lo gak takut kalau gua tiba tiba macem macem?!" ujar Jeno galak.
"Lebih takut setan" cicit Heejin.
"Astaga..." Jeno menepuk keningnya sementara Heejin tetap menatapnya memohon, dia seriusan parno memikirkan apa yang sebenarnya dia makan tadi, apa yang sebenarnya berdiri di balik meja kasir itu. Heejin merutuk dalam hati, akan lebih baik jika Eric diam. Dasar bodoh, kalau sudah begini siapa yang mau tanggung jawab?!
"Gua lebih takut sama setan soalnya gua percaya lo gak akan macem macem Lee Jeno. Kalau lo ada niat jelek, lo udah ngelakuin itu dari dulu dulu." ujar Heejin setelah beberapa saat hanya berusaha membujuk lewat tatapan memelasnya.
"Gua tau emang gak etis banget— TAPI WOY LAH KITA BARU KETEMU SETAN, MEMASUKI TERITORIAL MAKHLUK ASTRAL! Masalah etis gak etis di atur belakangan"Mendengarnya membuat Jeno tersenyum tipis. "Setakut itu?" tanyanya di balas anggukan semangat dari Heejin, ya dia memang setakut itu.
"Hmm yaudah, gua nginep"
"Lo boleh pake baju manapun yang lo mau jen, kalau butuh sesuatu panggil aja gua"Jeno mengangguk pelan mengiyakan, mengacungkan jempoonya sekilas Heejin kemudian meninggalkan cowok itu di kamar kakak tertuanya sementara dia masuk ke kamarnya sendiri. Setelah membersihkan diri Heejin berbaring di kasurnya, menatap langit langit kamar. Mengingat ada orang lain di rumah itu membuat perasaan Heejin menghangat, dia merasa aman. Perasaan aman sama dengan yang dia rasakan saat dua kakaknya masih ada.
"Jen..." panggil Heejin, kamar kakak tertuanya itu ada di sebelah kanan kamarnya sementara kamar Jungkook ada di sebelah kiri.
"Hmmm"
Heejin tersenyum tipis. "Koo belum tidur?"
"Baru mau merem udah lo panggilin, ya buyar ngantuknya"
Heejin tersenyum lagi, tatapannya tak lepas dari langit langit kamar.
"Jin..."
"Hmm?"
"Kok diem?"
"Kan lo nya mau tidur"
"Jadi gak ngantuk gara gara lo"
"Halah bohong, sana tidur, good night"
"Good night"
Heejin tersenyum lebar tanpa tahu Jeno di kamar Sungjin juga tersenyum lebih lebar.