Ruangan itu lengang, suasana terasa mencekam. Jeno tak tau apakah normal bagi seseorang tak menangis sedikitpun di saat-saat seperti ini, Heejin benar-benar hanya diam, tak bergerak barang sesenti, tak berekspresi wajau hanya kernyitan dan ketika beberapa petugas rumah sakit membawa tubuh kaku Jeon Jungkook pergi dari sana, Heejin masih tetap diam menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.
Jeno memutuskan mendekat, berdiri di hadapan Heejin lantas menangkup wajah Heejin memaksa dia untuk menatapnya. Tatapannya kosong, tatapan yang tak pernah Jeno temukan pada indah matanya, tatapan yang begitu menyakitkan bagi siapapun yang melihatnya.
Jeno tak tahan lagi, memilih untuk menarik yang lebih muda ke dalam pelukan, menenggelamkan wajah mungil Heejin pada dada di bidangnya. Jeno tak tau apa yang harus dia katakan, dia tak pernah bersentuhan dengan kematian, tak tau sedalam apa rasa sakitnya, dia tak bisa memberikan janji hari esok akan lebih baik. Satu yang bisa dia lakukan, memeluknya dan memberinya sandaran.
Semburat jingga menghiasi langit, mentari perlahan meninggalkan singgasananya, angin sejuk sore hari menerpa wajah, menyibak rambut. Sore ini indah, Jeno mengakui itu, tapi apakah normal bagi seseorang yang tengah berduka menatap langit dengan tatapan kagum mengabaikan peti mati sang kakak yang perlahan-lahan mulai tertutup tanah merah?
Jeno tak paham bagaimana perasaan Heejin sekarang, gadis itu masih belum bersuara sedikit pun sejak tadi, tak pula menangis, tatapannya kosong, hanya menurut kemana Jeno membawanya. Dan sampai peti sempurna tertimbun tanah merah, Heejin masih enggan mengalihkan pandangan dari semburat indah di langit pemakaman sore itu.
Mana yang lebih baik, menangis atau mendadak kehilangan suara dengan tatapan yang kosong? Tak ada yang lebih baik, tapi kalau boleh memilih Jeno lebih suka Heejin menangis menumpahkan segala emosinya saat ini. Dia tak tau apa yang Heejin pikirkan, tak tau hal gila apa yang mungkin terlintas di benaknya.
Begitu proses pemakaman benar-benar selesai beberapa saat kemudian, bunda merangkul Heejin mengajaknya pergi dan lagi, gadis itu tak melakukan penolakan sama sekali. Menurut, berjalan dengan tatapan kosong. Eric dan Mark yang juga hadir disana terlihat gusar, untuk sejenak menatap Jeno seolah mengatakan ada yang tak beres. Jeno tau, sangat tau.