44. Suspect

575 98 19
                                    

Tok! Tok! Tok!

Jeno mengernyit pelan lantas melirik ke arah jam dinding— 10.54, siapa yang bertamu malam-malam begini huh?

Tok! Tok! Tok!

Cowok itu mendengus sebal meski pada akhirnya beranjak juga dari posisi duduknya untuk melihat siapa yang kurang sopan santunnya bertamu larut malam begini.

Cklek

Jeno tak nampak terkejut meski hal pertama yang dia lihat kala membuka pintu adalah seringaian menyebalkan dari si tamu yang sekarang dengan tak sopannya mendorong Jeno menyingkir dari ambang pintu lantas merengsek masuk.

"Diluar dingin" ujarnya tak tau malu.

Jeno memutar bola mata jengah sebelum berbalik menatap sosok itu sembari bersandar pada ambang pintu dan melipat kedua tangan di depan dada, memasang ekspresi tenang yang angkuh. "Mau apa lo kesini?" tanyanya datar.

Sosok itu terkekeh, menyelipkan rambut panjangnya ke balik telinga. "Selamat malam Lee Jeno." ujarnya menyapa dengan senyum yang terlalu dibuat-buat hingga nampak memuakkan.

"Selamat malam juga barang sewaan Lee Donghae."

Perempuan itu tertawa— tawa melengking di awal sebelum sejurus kemudian berubah jadi tawa miris, mengusap air mata di sudut matanya dengan dramatis.

"Sewaan ya..." gumamnya pelan dengan tatapan mata kosong membuat Jeno agak bergidik ngeri melihatnya. Aneh.

"Mending lo pergi deh, ganggu!"

Perempuan itu menggeleng tegas sebelum dengan kasar merogoh sling bagnya mencari sesuatu. Tatapan matanya berpindah-pindah dengan cepat, nafasnya pun sedikit tak beraturan, lantas setelah menemukan apa yang dicarinya perempuan itu tanpa permisi langsung menarik tangan Jeno, menaruh benda yang dicarinya secara paksa di tangan Jeno.

"Buat lo— jangan lupa di cek"

Jeno tak menolak dengan harapan si cewek ular akan segera pergi tapi nyatanya tidak. Perempuan itu kini tanpa tahu sopan santun malah melangkah semakin masuk sembari mengedarkan pandangannya pada seisi ruangan lantas mengangguk-angguk entah karena apa. "Enak banget ya terlahir jadi orang kaya— gak perlu jual diri kaya gua."

Jeno tertawa mendengarnya lantas dengan langkah angkuh meninggalkan ambang pintu. "Jangan nyalahin takdir— jual diri itu pilihan lo sendiri. Aneh"

Perempuan itu tak menyahut, tatapannya terfokus pada beberapa foto polaroid yang berceceran di atas meja— foto Jeno dan Heejin tadi siang di sekolah. "Mau spoiler gak soal apa yang ada di tangan lo itu?"

"Soal apapun itu gua gak peduli. Ini udah larut mending lo pergi sekarang"

Dia tertawa lagi, tawa yang membuat telinga sakit mendengarnya. "Masih gak peduli kalau itu ada hubungannya sama cewek lo itu, siapa namanya? Jeon... Jeon apa? Jeon Heejin, ya?"

Meski agak tersulut emosi waktu mendengar nama Heejin disebut-sebut tapi Jeno tetap berusaha tenang, melipat kedua tangan di depan dada, mempertahankan keangkuhan yang mengintimidasi.

"Gua penasaran apa lo masih bisa seangkuh ini beberapa jam kedepan." ujar perempuan itu lagi sembari menatap Jeno dengan tatapan yang berpotensi menyulut emosi siapa saja yang melihatnya termasuk Jeno yang kini mengabaikan fakta bahwa yang dihadapinya adalah seorang perempuan lantas dengan agak kasar dan tak berperasaan menyeret cewek itu untuk enyah dari rumahnya.

"Gua bisa keluar sendiri ya keparat!" teriak cewek itu sembari menarik sekuat tenaga tangannya dari cengkeraman Jeno, melotot marah sembari memegangi tangannya yang terasa sakit kala cengkeraman Jeno sempurna terlepas. "Bajingan!"

Lean On Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang