"Lee Eric!"
Panggilannya membuat Eric menoleh, lambaiannya membuat Eric terkekeh, dan seiring menipisnya jarak diantara mereka perasaan yang masih belum dia kuasai sepenuhnya itu mendobrak dobrak minta di bebaskan, namun ketika tatapannya beralih pada sosok lain yang melangkah dengan santai beberapa jengkal dari gadis itu membuat dirinya tersadar, Jeon Heejin mau bagaimana pun tak akan pernah dan tak boleh jadi miliknya.
"Kita sekelas lagi gak?"
Eric mengangkat bahu, menunjuk pada papan pengumumam, menyuruh Heejin membaca sendiri, dan Heejin dengan dengusan main-main menyeret kaki untuk lebih dekat dengan papan pengumuman, menyipitkan mata untuk dapat membaca di taruh dikelas mana namanya tahun ini.
"XII— YAH GAK SEKELAS YA?!!"
Heejin menoleh ke arah Eric, memasang ekspresi kecewa sementara Eric dengan santainya mengangguk. "Bagus dong"
"Apanya yang bagus?!"
"Biar lo punya temen selain gua, dan..."
"Dan apa?!"
"Dan gua bisa move on"
"Lo gak nolep nolep amat"
Plak
Eric meringis pelan, memegangi lengannya yang akhirnya kembali merasakan pukulan tangan Heejin setelah sekian lama seraya beringsut mundur mencari perlindungan pada kembarannya.
"Kata siapa gua nolep?!" seru Heejin murka.
Eric mengangkat bahu, mengusap lagi bekas pukulan Heejin. "Emang nolep— tapi ngomong-ngomong, tahun ini gua sekelas dong sama Jeno, haha, dadah Jeon Heejin!"
Heejin tercengang, menatap tak percaya pada Eric yang merangkul kembarannya dengan raut bahagia yang di lebih-lebihkan, sengaja, dia senang melihat teman sekelasnya selama dua tahun berturut-turut itu murka.
"Gak bakalan ada yang nolak temenan sama lo, gak bakal juga ada yang berani bully lo, karena mereka tau sama siapa bakal berhadapan kalau macem-macem sama lo"
Heejin mendengus pelan, apa-apaan, dia merasa tak seistimewa itu. "Terserah lo deh— gua mau ke kelas gua, bye!" ujarnya lantas tanpa menunggu respon apapun melangkah pergi meninggalkan dua cowok itu menuju ke kelas barunya dengan langkah yang di hentakan agak berlebihan. Heejin kesal tapi tak tau harus kesal pada siapa, intinya dia hanya kesal. Meski agak memalukan, temannya Heejin ya cuman Lee Eric.
"Lo yang namanya Jeon Heejin kan?"
Heejin refleks mendongak seraya mengangguk, tadinya hendak memasang wajah ramah tapi urung ketika menyadari ekspresi si penanya yang agak kecut, kalau tak salah ingat sih dia ini salah satu kacungnya Nancy. "Kenapa?" tanya Heejin pada akhirnya, bertanya dengan nada kelewat datar dan terkesan dingin.
"Dicari Lee Jeno" ujarnya ogah-ogahan sementara Heejin dengan masih mempertahankan ekspresi datarnya mengangguk pelan sembari bergumam kata terimakasih yang sayangnya tak di balas dengan baik. Cewek itu melengos sambil melipat kedua tangan di depan dada, menggumamkan sesuatu yang tak sepelan itu untuk tak bisa Heejin dengar.