Hari ini Jeno merasa tak sehat, sepagi ini dan dia sudah berkali kali pergi ke toilet untuk memuntahkan isi perutnya. Jadi saat dirasanya dia tidak akan sanggup mengikuti pelajaran lagi, dia pergi ke uks untuk istirahat dan memutuskan untuk izin pulang lebih awal tak lama kemudian.
Awalnya Jeno mengira dia akan baik baik saja pulang dengan mengendarai motor sendirian, tapi baru setengah perjalanan kepalanya mendadak terasa berputar membuatnya tak lagi fokus pada jalanan. Sadar akan bahaya berkendara dalam kondisi seperti itu membuat Jeno akhirnya memutuskan untuk berhenti di depan salah satu kafe, memarkirkan motornya kemudian masuk ke dalam, memesan random segelas minuman sebelum akhirnya duduk di salah satu kursi dan merebahkan kepalanya di atas meja lalu jatuh tertidur tak lama kemudian.
Terbangun beberapa jam kemudian, Jeno menyadari malam sudah tiba. Dia tidak tau jelas berapa jam dia tertidur tapi dia sadar sudah terlalu lama dia di sana. Jeno memutuskan untuk pergi hanya untuk menyesali keputusannya sejurus kemudian karena dunianya terasa berputar saat mengangkat kepalanya membuat dia kembali merebahkan kepalanya di atas meja sambil memejamkan mata.
"Mas..."
Jeno tau yang orang itu maksud adalah dirinya, tapi karena sakit kepala sialan ini untuk sekedar menoleh pun dia tak sanggup.
"Mas bangun dong, kafe nya udah mau tutup"
"Mas..."
"...Mas nya gak mati kan ya?"
Jeno berdecak pelan, dengan susah payah mengubah posisi kepalanya menghadap sumber suara hanya untuk mendapati sosok itu berseru kaget-
"Lee Jeno?!" serunya.
Jeno meski kepalanya sangat sakit tetap bisa tersenyum melihat siapa sosok yang membangunkannya itu, memejamkan matanya rapat rapat sejurus kemudian karena pusing.
"Lo ngapain tidur di sini? Sakit ya?"
Jeno tak menjawab tapi dia bisa merasakan cewek itu, Heejin, menyibak poninya yang lepek karena keringat sebelum kemudian menempelkan punggung tangan di dahinya.
"Panas banget badan lo gak boong!"
seru Heejin, menatap Jeno bingung.
"Gua telfon Eric aja kali ya biar jemput lo kesini" ujarnya setelah beberapa saat berpikir."Jangan" lirih Jeno kelewat parau.
"Loh, kenapa?" tanya Heejin yang sudah siap siap mencari kontak Eric di ponselnya.
"Jangan pokoknya..."
"Ih ya terus gimana? Gua gak bisa anter lo pulang, gua masih harus kerja abis ini"
Mereka berdua sama sama diam sampai pada akhirnya Jeno menguatkan diri bangun dari posisi duduknya, "Lo gak perlu anter gua pulang, gua bisa pulang sendiri" ujarnya, menyeret kakinya menuju ke arah pintu.
Beberapa langkah pertama aman tapi di langkah kesekian dia mulai oleng, hampir terjatuh kalau saja Heejin tak dengan sigap berlari ke arah cowok itu dan menahan tubuhnya dari depan membuat mereka terlihat sedang berpelukan jika di lihat orang dari luar kafe.
***
Jeno mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian sedikit menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, menyadari kalau dia sudah berada di rumahnya setelah beberapa saat menatap langit langit. Bau gosong menusuk indera penciumannya membuat Jeno refleks menoleh ke arah dapur yang berbatasan langsung dengan ruang keluarga mendapati sosok cewek yang tadi membawanya pulang naik taksi sedang berkutat dengan sesuatu di atas kompor.
Dia diam tak bersuara, asik menatap Heejin sibuk disana sampai sosok itu menoleh dan buru buru mendekat saat sadar Jeno sudah terbangun dari tidurnya.