15.Bongshik

928 132 5
                                    

Jeno sedang menuangkan makanan kucing ke dalam wadahnya saat tiba tiba Eric masih dengan seragam sekolah yang agak kotor juga mata yang agak membiru tanpa permisi masuk, mengernyit pelan melihat apa yang sedang kakaknya lakukan.

"Makanan apa itu?!"

"Muka lo kenapa?!" tanya Jeno dingin, mengabaikan pertanyaan sang adik kemudian berdiri dari posisi jongkok nya setelah menaruh makanan kucing di samping wadahnya yang belum terisi penuh.

"Ganteng"

"Serius Eric!"

"Lo tau Jisung anak kelas sepuluh?"

"Lo kalah sama anak ingusan?!"

"Gak gitu sialan! Dia kemaren di keroyok geng nya si kampret Hwall makanya tadi gua sama yang lain nyamperin ke sekolah mereka, lo mau gua ajak udah ngilang duluan gatau kemana"

Oh si kampret Hwall, ingatkan Jeno untuk menghajarnya nanti karena sudah membuat wajah jelek adiknya tambah jelek dengan lebam di matanya itu sekarang.

"Di kulkas ada es batu, kompres lebam lo"

"Kompresin dong~"

"Pergi lo dari sini!!"

Eric terkekeh melihat tampang muak kakaknya, melenggang menghampiri sofa hanya untuk mengernyit kaget sekali lagi mendapati apa yang ada disana.

"Edan- gak salah liat ini gua?! Sejak kapan ada kucing di rumah ini?!! Sejak kapan seorang Lee melihara kucing? Sejak kapan alergi lo sama kucing sembuh?!!"

Jeno mengangkat bahunya santai, meraih kunci motor di atas meja. "Emang alergi gua bisa ilang?"

"Ya kalau gak bisa ngapain lo melihara kucing, sinting!! Sebegitu kesepiannya ya lo jen? Makanya ayo pulang ke rumah!!"

Jeno tak menjawab. Dia tak berniat memelihara kucing, hanya saja Heejin yang masih di rawat di rumah sakit itu khawatir meninggalkan Bongshik sendirian membuat Jeno memutuskan untuk membawanya pulang agar Heejin bisa fokus pada kesehatannya saja.

"Gua mau keluar ric" ujar Jeno ke arah Eric yang kini sedang memandang kucing itu lekat lekat, menatapnya gemas, oh sejujurnya sejak kecil Eric suka pada makhluk berbulu itu, tapi bunda tak pernah mengizinkannya untuk memelihara kucing tak peduli dengan alasan termenyedihkan yang mati matian Eric rangkai.

"Kemana?"

"Rumah sakit, Heejin di rawat"

"Di rawat? Koo bisa? Sakit apa dia?"

"Tifus"

Eric berooh panjang, kembali menatap kucing itu sementara Jeno sudah meraih kunci motor di atas meja.

"Lo mau tetep di sini?"

"iyalah, bisa bisa di kepret bolak balik gua sama bunda"

Jeno mengangguk pelan.
"Kompres lebam lo jangan lupa, muka lo tambah jelek, muak gua liatnya"

"Kita kembar Jen, kalau gua jelek lo juga jelek!"

"Apa apaan?! Gantengnya udah gua borong duluan, lo kebagian ampasnya aja makanya jelek!"

"Sialan! Enyah lo sana!!"

Jeno terkekeh, hendak melangkah pergi tapi tertahan waktu Eric kembali bersuara.

"Bilangin Heejin dia harus sembuh sebelum hari rabu minggu depan, gua gak mau presentasi sendirian kaya orang tolol"

Jeno memasang wajah prihatin. "Kasian ya Heejin terjebak sama manusia bodoh kaya lo, pasti dia ngerasa tertekan sampe sakit begini"

Lean On Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang