"Beli itu aja yu"
Heejin menggeleng tegas kala mendapati apa yang Jeno tunjuk adalah es jeruk yang Eric tawarkan padanya beberapa saat yang lalu. "Gak mau dan gak boleh. Asem, lo belum makan apa-apa dari pagi, nanti sakit perut" ujarnya mengingat cowok itu datang ke sekolah lebih awal hari ini untuk mempersiapkan entah apa itu bersama anak basket yang lain.
Jeno tak menunjukkan tampang keberatan dengan larangan Heejin, menurut saat cewek itu menarik tangannya lagi untuk lanjut berjalan mencari apa yang enak dimakan dan tak akan menimbulkan masalah untuk Jeno dengan perut kosongnya itu.
"Mau corndog aja? Atau roti bakar?"
Jeno terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya memilih roti bakar lantas sejurus kemudian Heejin sudah kembali menarik tangannya mendekati stan roti bakar mengabaikan banyak pasang mata yang sempat mampir kepada genggaman tangannya dan Jeno.
"Roti bakarnya dua ya mba" ujar Heejin sembari tak lupa tersenyum ramah sementara Jeno disampingnya entah mengapa tak sanggup menahan senyumannya kala melihat Heejin fokus menatap setiap proses yang dilalui roti mereka.
Orang-orang bilang masa sma adalah masa yang paling menyenangkan dan tak terlupakan- dulu Jeno kurang percaya, iyasih punya teman semacam Hyunjin, Renjun, dan Haechan itu menyenangkan juga, tapi tetap saja rasanya berbeda. Tapi sekarang Jeno percaya seratus persen, apalagi kalau bukan karena hadirnya Jeon Heejin. Haha. Dasar bucin.
"Ngelamun mulu—nih"
Jeno terkekeh, mengambil alih roti bakar yang Heejin sodorkan padanya. "Makasih"
Heejin tak menyahut, tatapannya kini berpindah-pindah dengan cepat dari satu stan ke stan yang lain sampai tatapannya jatuh pada sebuah stan yang agak berbeda- satu-satunya stan yang bukan menjual makanan dan malah menjual aksesoris, kelihatannya sih sepi, tak ada yang tertarik.
"Mau kesana?" tanya Jeno menyadari apa yang Heejin tatap dan ketika Heejin mengangguk semangat, Jeno tanpa ragu menggenggam tangan Heejin yang sempat terlepas tadi, menariknya lembut ke arah stan aksesoris itu.
"Ayo kak aksesorisnya, anti luntur anti karat, murah, cocok di kantung pelajar. Kalungnya ada, gelang ada, cincin ada, anting ada, gelang kaki juga ada. Ayo dilihat-lihat sja dulu, jangan sungkan jangan malu..."
Heejin dan Jeno sempat bertatapan canggung ketika mendengar laki-laki yang menjaga stan aksesoris itu melontarkan kalimat panjang hanya dalam satu tarikan nafas.
Heejin memicingkan matanya selagi memilih, berharap ada satu saja yang sesuai dengan seleranya, Heejin tak enak kalau harus pergi tanpa membeli apa-apa. Tapi nihil, Heejin tak menemukan satupun. Kebanyakan kelihatan aneh dan terkesan norak, bukan gaya Heejin.
"Yang itu bagus tuh— mas coba liat yang itu"
Heejin menoleh cepat ke arah Jeno, tak menyadari kalau cowok itu juga ternyata ikut memilih.
"Yang ini kak?" tanya penjualnya memastikan dan ketika anggukan di dapatnya dia segera mengambilnya, menyerahkanhya pada Heejin.
"Silahkan di coba aja dulu kak gelang kakinya""Sini gua pegang dulu" ujar Jeno merujuk pada roti bakar di tangan kanan Heejin guna memudahkan Heejin mencoba gelang kaki pilihannya.
Heejin mengangguk pelan, sejurus kemudian roti bakar sudah berpindah tangan. Menatap gelang kakinya sejenak sebelum akhirnya berjongkok, memasangkan dengan hati-hati sebelum kemudian mendongak menatap Jeno seolah bertanya pendapatnya.
"Bagus banget ih ya ampun, cocok di kaki kakak, wah jago juga nih mas pacar milihnya"
Itu si penjual yang nyerocos bahkan sebelum Jeno membuka mulutnya untuk menjawab, tersenyum lebar berusaha meyakinkan, tapi tetap saja yang Heejin butuhkan komentar Jeno bukan komentar si penjual, maka setelah melempar senyuman seadanya sebagai respon Heejin kembali menatap Jeno untuk meminta pendapatnya.