Hanya suasana hening yang menyelimuti mereka ketika sosok Hantae muncul dan memanggil Jenniefer.
"Kamu bilang sama aku kalau kamu ke butik. Sekarang kenapa kamu bisa ada disini?" tanya Hantae menatap Jenniefer dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Memangnya salah kalau Jenniefer keluar sama gue? Lo lupa kalau gue suami sahnya?" sambar Sean.
Hantae berdecih "Gue yakin si Jenniefer hanya terpaksa keluar sama lo,"
"Terpaksa atau tidak, gue tidak peduli," balas Sean.
"Jen, ayo ikut sama aku," ajak Hantae.
"Gue tidak mengizinkan Jenniefer pergi bersama lo kalau dia terpaksa," timpal Sean.
"Keputusannya ada pada Jennifer," ujar Hantae.
Kini pandangan kedua cowok itu sudah tertuju kepada Jenniefer.
Wanita itu pula hanya bisa menunduk dengan diam. Dia bingung. Apa pilihan yang harus dia lakukan? Dia memang sudah mula mencintai Sean namun dia masih ragu. Cintanya kepada Hantae juga masih ada namun ianya semakin berkurang.
"Wifey?" panggil Sean sehingga Jenniefer mendongak menatapnya "Kamu mau ikut sama aku atau sama Hantae? Aku tidak akan memaksa kamu. Kalau kamu ingin keluar bersama Hantae, aku mengizinkan kamu tapi batasan kalian tolong dijaga. Kalian hanya bisa keluar hanya sebagai teman, tidak boleh lebih dari itu. Aku percaya sama kamu," tuturnya dengan lembut dan penuh pengertian.
"Ck," Hantae berdecak lantas dia memegang tangan Jennifer "Ayo pergi," ajaknya.
Namun secara tiba tiba Jenniefer melepaskan genggaman tangan Hantae "H-Han, maaf,"
"Ada apa?" tanya Hantae.
Jenniefer menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia menatap Hantae dengan tatapan sendu "Hubungan kita harus berakhir. Aku sudah menjadi istri kepada Sean. Aku akan selalu berdoa agar kamu menemukan orang yang lebih baik dari aku. Terima kasih untuk semuanya," putusnya pada akhirnya.
Bukan hanya Hantae yang kaget, Sean juga tidak kalah kagetnya. Tidak pernah dia duga kalau Jenniefer akan membuat keputusan secepat ini. Namun begitu, Sean tetap saja bersyukur karena Jenniefer memilih dirinya.
"Kamu membuang aku?" tanya Hantae menatap Jenniefer dengan nanar.
"Han, aku tidak membuang kamu. Hanya saja aku mengakhiri hubungan kita. Hubungan kita memang sudah salah. Seharusnya dari awal kita putus," jelas Jenniefer.
Hantae mengusap wajahnya dengan kasar. Pokoknya dia tidak boleh kehilangan Jenniefer. Selama ini Jenniefer yang menjadi sumber uang kepada dirinya jadi dia tidak boleh kehilangan sosok itu.
Iya, dia tidak boleh kehilangan Jenniefer. Dia akan melakukan segalanya untuk terus menikmati kekayaan wanita itu.
"Baiklah kalau itu keputusan kamu. Tapi, apa kita masih bisa menjadi teman?" Hantae menatap Jenniefer dengan penuh harap.
Jenniefer sontak menatap Sean untuk meminta persetujuan dari sang suami.
"Lo bisa temanan sama Jenniefer tapi gue harap lo menjaga batasan. Ingat, dia istri gue jadi lo tidak boleh seenaknya saja menyentuh dia!" tegas Sean.
Hantae mengangguk lantas menepuk pundak Sean "Selamat, lo sudah menjadi pemenang dihati Jennifer,"
Sean tersenyum "Terima kasih karena sudah melepaskan dia untuk gue,"
"Ya sudah, gue sama Jenniefer duluan," lanjut Sean yang berpamitan sebelum dirinya menggandeng Jenniefer pergi dari sana.
"Gue melepaskan Jennifer? Ck, itu tidak mungkin," gumam Hantae mengepalkan tangannya dengan emosi.
"Sayang," seorang gadis berlari menghampiri Hantae "Kamu ngomong apa sama mereka? Kenapa Jenniefer ikut sama suaminya itu?" bingungnya.
"Aku sama Jennifer sudah putus," jelas Hantae.
"What!? Kenapa bisa? Kamu ingin menggagalkan rencana kita hah!?"
"Sha, dengarin aku dulu," Sha yang bisa dipanggil Sharon itu sontak diam ketika Hantae menangkup kedua pipinya.
"Jenniefer memilih untuk memutuskan aku demi suaminya itu. Tapi kamu tenang saja, aku sama Jennifer masih bisa menjadi teman. Apa pun yang terjadi, aku akan memastikan hubungan Jennifer sama Sean hancur. Aku masih bisa menghancurkan hubungan mereka walaupun aku hanya akan menjadi teman Jennie," jelas Hantae.
"Ya sudah lah. Pokoknya kamu masih harus mendekati Jenniefer. Manfaatkan semua harta wanita itu untuk masa depan kita," ujar Sharon.
Hantae tersenyum "Iya. Aku akan pastikan semua kekayaan Jenniefer menjadi milik kita berdua,"
"Uang yang diberikan oleh Jennifer masih ada bukan?" tanya Sharon.
"Masih ada banyak nih,"
Sharon tersenyum lantas dia merangkul lengan sang cowok "Ayo temani aku shopping,"
Keduanya lantas melangkah pergi dari sana.
Ah, mereka benar benar pasangan yang gila!
*
*Sementara itu di restaurant, terlihatlah sosok Jenniefer dan Sean yang memutuskan untuk menikmati makan siang mereka disana.
"Wifey, are you okay?" tanya Sean penuh perhatian.
"Gue-"
"No more lo-gue," potong Sean.
Jenniefer tersenyum tipis lantas mengangguk "Aku hanya merasa bersalah sama Hantae. Secara tiba tiba saja aku putusin dia. Dia pasti terluka,"
"Apa kamu menyesal memilih aku?" tanya Sean.
"Tidak, itu bukan maksud aku. Aku tidak menyesal memilih kamu. Hanya saja aku merasa bersalah sama Hantae," jelas Jenniefer terburu buru sebelum sang suami salah faham.
Sean tersenyum "Tidak apa apa, aku mengerti. Hantae pasti akan mengerti juga kok. Merasa bersalah itu wajar tapi aku tidak ingin rasa bersalah kamu itu membuat kamu berubah. Tetaplah menjadi Jenniefer yang sama dengan cinta yang berbeda. Buang nama Hantae dihati kamu dan izinkan nama aku masuk kedalam hati kamu,"
Jenniefer hanya bisa tersenyum. Sejujurnya dia merasa bersyukur karena mempunyai suami yang cukup matang seperti Sean walaupun Sean lebih muda darinya. Sikap Sean yang matang itu juga membuat hubungan pernikahan mereka masih bisa dipertahankan.
Kalo cerita ini diterbitkan versi buku, apa ada yang mau beli?
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Be Mine✅(TERBIT)
FanfictionHubungan yang terjalin gara-gara perjodohan ternyata tidak terlalu buruk. Cinta yang perlahan-lahan muncul membuat Sean dan Jenniefer berusaha mempertahankan ikatan pernikahan mereka namun kehadiran sosok ketiga mula menghancurkan segalanya. Dendam...