Setibanya dirumah sakit, Jenniefer dan Sean langsung menghampiri sang Mommy yang sudah menunggu didepan ruangan UGD. Ternyata Jisoora bersama Limario juga sudah berada disana.
"Mommy," panggil Jenniefer "Apa yang terjadi Mom? Kenapa Daddy bisa masuk rumah sakit?"
"Mommy juga tidak tahu Jen. Waktu Mommy masuk keruangan kerja Daddy di perusahan, Mommy melihat Daddy sudah pingsan," jelas Yura.
"Aku sudah melihat cctv perusahan Daddy dan tidak ada sesuatu yang aneh si. Daddy tiba tiba saja pingsan waktu kerja," ujar Limario.
"Mungkin Daddy terlalu capek kerja," ujar Jenniefer berusaha menengkan dirinya.
"Bisa jadi si," sahut Yura.
Bersamaan dengan itu, pintu ruangan UGD dibuka dan keluarlah Dokter Youngjae yang menangani Hanjun.
"Bagaimana kondisi suami saya Dok?" tanya Yura.
"Kondisi Tuan Kim sudah membaik. Tuan Kim hanya pingsan gara gara capek dan sepertinya ada yang mengganggu fikirannya,"
"Maksud Dokter?" bingung Limario.
"Tuan Kim memikirkan sesuatu yang membuat dirinya gelisah. Saya yakin kalian lebih tahu soal ini bukan? Coba saja kalian ngomong sama Tuan Kim. Saya yakin kalian bisa membantu Tuan Kim menghilangkan kegelisahannya itu," jelas Dokter Youngjae.
"Apa Daddy saya harus menginap dirumah sakit?" tanya Jenniefer.
"Tuan Kim sudah sadar dan kalian sudah bisa membawanya pulang,"
Setelah semua urusan pembayaran selesai, mereka semua akhirnya membawa Hanjun pulang ke mansion. Disepanjang perjalanan, pria itu hanya berdiam diri bahkan dia tidak menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh anak dan istrinya. Dari raut wajahnya, dia kelihatan seperti menyembunyikan sesuatu dari keluarganya itu.
Singkat ceritanya, mereka akhirnya tiba dimansion keluarga Kim. Semua anggota keluarga sudah berkumpul diruang tamu untuk memastikan kondisi pria tua itu.
"Daddy baik-baik saja?" tanya Jenniefer.
"Daddy baik-baik saja," sahut Hanjun dengan singkat.
Limario berdehem kecil "Apa ada sesuatu yang mengganggu Daddy? Ngomong saja sama kita Dad," ujarnya.
Hanjun menghela nafasnya dengan kasar "Sean, ayo ikut Daddy," ajaknya berlalu keruangan kerjanya.
Mereka semua merasa bingung. Kenapa Hanjun ingin Sean mengikutinya?
Walaupun bingung, Sean tetap menyusul langkah Hanjun. Baru saja memasuki ruangan kerja Hanjun, pria tua itu langsung mengunci pintu agar tidak ada siapa-siapa yang mendengarkan perbicaraan mereka.
"Duduk Sean. Ada yang perlu kita bicarakan," ujar Hanjun dengan tegas.
Sean menelan ludahnya dengan kasar sebelum dirinya berganjak duduk disofa yang tersedia. Atas dasar apa Hanjun memanggilnya? Apa dia melakukan kesalahan?
"Apa yang Daddy ingin bicarakan? Apa aku melakukan kesalahan?" tanya Sean yang sudah tidak mampu menahan rasa penasarannya lagi.
"Kamu mencintai Jenniefer?"
Tanpa ragu, Sean berujar "Aku mencintai Jenniefer, istri aku itu,"
"Ceraikan Jenniefer,"
Deg
"A-Apa maksud Daddy? Kenapa aku harus menceraikan Jenniefer?" tanya Sean menahan rasa marahnya.
"Sudah berapa banyak wanita yang kamu tiduri diluar sana?"
Sean kelihatan speechless. Kenapa secara tiba-tiba Hanjun melontarkan pertanyaan itu?
"Kalau kamu hanya ingin mempermainkan hati Jenniefer, ceraikan saja dia. Daddy tidak ingin hati anak Daddy itu disakiti!" tegas Hanjun.
"Aku tidak mengerti maksud Daddy. Kenapa aku harus menceraikan Jenniefer? Selama ini rumah tangga aku sama Jenniefer baik-baik saja Dad!"
Hanjun mengambil satu amplop yang ada diatas meja kerjanya lantas dia memberikannya kepada Sean.
Dengan segera Sean membuka amplop itu dan sedetik kemudian, raut wajahnya berubah.
"D-Dad, ini bukan seperti yang Daddy lihat. Ini-"
"Itu semua photo kamu bersama wanita lain. Siapa wanita itu? Selingkuhan kamu?" potong Hanjun.
Sean mengusap wajahnya dengan kasar "Ini photo lama Dad. Photo ini waktu aku di Melbourne dulu. Ini mantan pacar aku. Namanya Jovanka. Aku sama dia sudah putus bahkan aku sudah lama tidak bertemu dia," jelas Sean "Bagaimana Daddy bisa mendapatkan photo ini?"
"Tiba-tiba saja Daddy mendapat kiriman amplop itu. Sejak saat itu, Daddy mencari tahu soal mantan kamu itu dan ternyata dia sudah melahirkan seorang anak,"
"Jovanka punya anak?" kaget Sean.
Hanjun menghembuskan nafasnya dengan kasar "Kamu yakin itu bukan anak kamu?"
Sean kembali kaget "Dad, aku tidak pernah tidur bersama mana-mana wanita kecuali istri aku sendiri Dad. Daddy harus percaya sama aku,"
"Daddy bingung Sean. Kalau anak kepada Jovanka itu bukan anak kamu, kenapa Daddy menerima amplop ini?"
Sean mengusap wajahnya dengan kasar. Dia juga bingung dengan apa yang terjadi ini. Kenapa masalah ini harus muncul disaat dirinya ingin bahagia bersama wanita yang dia cintai?
"Mungkin orang itu ingin menghancurkan hubungan aku sama Jenniefer," tebak Sean.
"Terus sekarang bagaimana? Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Hanjun dengan serius.
"Aku akan mencari tahu siapa yang mengirim amplop itu. Daddy istirahat saja. Jangan fikirkan masalah ini. Aku janji akan menyelesaikan semuanya dan aku berani bersumpah kalau aku tidak pernah mengkhianati Jenniefer!" ujar Sean dengan serius.
"Baiklah. Kali ini Daddy percaya sama kamu. Maaf karena sudah curiga sama kamu," ujar Hanjun menatap menantunya itu dengan rasa bersalah.
Sean tersenyum tipis "Tidak apa-apa Dad. Aku mengerti,"
Cover baru nihh. Ganteng ga?
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Be Mine✅(TERBIT)
Fiksi PenggemarHubungan yang terjalin gara-gara perjodohan ternyata tidak terlalu buruk. Cinta yang perlahan-lahan muncul membuat Sean dan Jenniefer berusaha mempertahankan ikatan pernikahan mereka namun kehadiran sosok ketiga mula menghancurkan segalanya. Dendam...