Kini Jenniefer dan Sean sudah duduk di bangku yang ada di balkon kamar Jenniefer.
"Sudah siap untuk mendengar cerita aku?" tanya Sean.
"Cepat. Selesaikan cerita lo terus lo bisa langsung pulang," sahut Jenniefer mengusir Sean.
Cowok itu tersenyum tipis "Nuna pasti tahu aku playboy bukan?" Jenniefer mengangguk "Aku dulu memang playboy kok tapi semuanya gara gara seorang gadis yang aku cintai," lanjut Sean.
"Maksud lo?"
"Jovanka, dia gadis yang aku cintai dengan tulus. Aku sanggup melakukan segalanya untuk dia. Mobil? Tas? Apartment? Ck, aku memberikan semua yang dia inginkan asalkan dia bahagia tapi ternyata aku hanya dipermainkan. Dia menggunakan aku hanya untuk mendapatkan barang barang mewah yang dia inginkan. Dia ketahuan selingkuh dan bahkan dia lebih memilih selingkuhannya berbanding aku. Aku kecewa. Gara-gara itu aku fikir kalau semua gadis sama saja. Mereka hanya mengincar kekayaan aku jadi gara gara itu aku memilih untuk memainkan hati gadis-gadis seperti yang mereka lakukan kepada aku"
"Apa gue salah satu gadis yang ingin lo permainkan?" tanya Jenniefer dengan serius.
Sean tersenyum "Nuna berbeda. Aku tidak mungkin menyakiti gadis seperti Nuna. Sejak aku pindah ke Australia, aku belajar banyak hal. Tidak semua gadis itu sama. Dan aku bisa merasakannya ketika melihat Nuna. Lagian Nuna juga pilihan kedua orang tua aku jadi aku yakin Nuna yang terbaik untuk aku,"
Jenniefer terdiam. Apa kata kata Sean itu ada benarnya?
"Tunggu sebentar ya," ujar Sean berganjak keluar dari kamar Jenniefer.
Tidak butuh waktu yang lama, dia kembali dengan membawa nampan yang terdapat makanan yang sudah dimasak oleh Yura.
"Uncle bilang Nuna belum makan malam. Jadi sekarang Nuna perlu menghabiskan makanan ini," ujar Sean.
Hati Jenniefer menghangat. Kenapa Sean terlalu perhatian kepada dirinya? "Lo tidak boleh baper Jen. Ingat, lo sudah punya Han," batin Jenniefer menyadarkan dirinya sendiri.
"Mendingan lo pulang," usir Jenniefer sebelum dirinya semakin jatuh kedalam pesona Sean.
"Aku tidak akan pulang sebelum Nuna menghabiskan makanan Nuna itu," tolak Sean.
"Gue bisa makan sendiri. Pulang saja lo,"
"Tidak! Habiskan makanan Nuna sekarang!"
"Dasar keras kepala!" Jenniefer mendengus lalu langsung memakan makan malamnya itu. Sejujurnya, hatinya sudah berdetak dengan kencang gara-gara Sean yang terus menatapnya itu namun dia berusaha untuk terlihatlah tidak peduli.
Beberapa menit kemudian, Jenniefer akhirnya menghabiskan makanannya.
"Sudah. Lo bisa pulang!" usir Jenniefer.
Sean melirik jam dipergelangan tangannya "Apa bisa aku menginap di mansion ini? Nanti aku minta izin sama Uncle dan Aunty. Lagian mansion kalian juga pasti punya kamar tamu bukan? Sekarang sudah hampir jam 12 malam loh. Aku juga sudah mengantuk"
"Tidak! Nanti Han curiga," balas Jenniefer.
"Kenapa dia harus curiga? Dia juga tidak akan tahu kalau aku menginap disini,"
"Pokoknya tidak boleh! Gue tidak ingin Han kecewa. Selama ini Mommy sama Daddy tidak pernah membiarkan Han menginap disini bahkan mereka tidak pernah mengizinkan Han masuk kedalam mansion ini. Han pasti bakalan terluka setelah tahu kalau Mommy sama Daddy memperlakukan dia dan lo secara berbeda,"
"Ya memang harus berbeda lah. Aku calon menantu di keluarga ini. Dia hanya orang asing," jawab Sean dengan santai.
"Sebelum kesabaran gue habis, mendingan lo pulang! Ingat, dia bukan orang asing! Dia pacar gue, orang yang paling gue cintai! Dan orang asing dihidup gue itu adalah lo! Lo orang yang sudah menghancurkan kebahagiaan gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Be Mine✅(TERBIT)
FanfictionHubungan yang terjalin gara-gara perjodohan ternyata tidak terlalu buruk. Cinta yang perlahan-lahan muncul membuat Sean dan Jenniefer berusaha mempertahankan ikatan pernikahan mereka namun kehadiran sosok ketiga mula menghancurkan segalanya. Dendam...