Waktu sudah menunjukkan pukul 3 petang dan sekarang Jenniefer bersama Sean sudah tiba dimansion mereka.
"Sean," panggilan dari Jennifer menghentikan langkah Sean yang akan memasuki kamar.
"Hurm? Kamu butuh sesuatu?" tanya Sean.
Jenniefer menunduk "Aku mau minta maaf atas sikap aku selama ini. Aku sudah bersikap kurang ajar sebagai istri. Tidak seharusnya aku bersikap seperti itu. Maafin aku,"
Sean tersenyum lantas dia mendekati Jenniefer "Aku memaafkan kamu. Restu aku sentiasa bersama kamu," ujarnya mengelus kepala sang istri.
Jenniefer menggigit bibir bawahnya. Wanita ini kelihatan ragu "A-Apa kita masih p-pisah kamar?"
"Aku tidak akan memaksa. Kalau kamu merasa tidak nyaman, kita bisa pisah kamar," sahut Sean.
Jenniefer menggeleng "Sekarang sudah saatnya aku menjalankan kewajiban aku sebagai istri,"
Sean sontak tersenyum "Terima kasih. Mendingan sekarang kamu mandi terus istirahat. Aku akan memindahkan barang barang aku ke dalam kamar kamu,"
Jenniefer mengangguk patuh lantas dia berganjak memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Sean pula bergegas memasuki kamar yang ditinggali olehnya lalu dia mengambil semua barangnya untuk dibawa masuk kedalam kamar Jenniefer.
*
*Waktu makan malam sudah berlalu dan kini Sean bersama Jenniefer lagi bersantai diruang tamu sambil menonton tv.
"Besok kamu kerja?" tanya Jenniefer memecahkan keheningan.
"Iya. Adik kamu itu sudah ngomel mulu," sahut Sean.
"Rio? Memangnya kenapa?"
"Aku lupa mau ngomong sama kamu kalau perusahan Daddy kamu sama perusahan Papa aku sudah membuka cabang baru. Mereka bekerjasama si. Dan aku sama Rio yang akan bekerjasama untuk mengurus perusahan itu,"
"Jadi itu artinya kamu sama Rio berada di perusahan yang sama?"
"Iya. Aku sebagai Direktur utama dan Rio sebagai wakil Direktur,"
Jenniefer mengangguk faham "Apa bisa aku ikut kamu besok? Aku ingin melihat perusahan kalian,"
"Memangnya kamu tidak kerja?"
"Besok aku ingin libur,"
"Ya sudah, besok pagi kamu ikut sama aku,"
Jenniefer tersenyum lantas dia bersandar dengan nyaman didalam dakapan sang suami.
"Sebelum aku lupa, kita harus bahas sesuatu!" seru Jenniefer secara tiba tiba.
Wanita itu langsung mematikan tv bahkan dia sudah menatap Sean dengan tajam.
"A-Ada apa?" tanya Sean menelan ludahnya dengan kasar.
"Siapa gadis yang sering aku lihat bersama kamu itu!? Dia juga memanggil kamu sayang! Apa jangan jangan dia memang selingkuhan kamu!?"
Sekarang Sean bisa bernafas lega setelah mendengar pertanyaan dari Jenniefer.
"Namanya Erim. Dia itu sepupu aku kok. Aku memang sengaja meminta bantuan dia untuk bikin kamu cemburu," jelas Sean.
"Siapa juga yang cemburu," protes Jenniefer.
"Jadi kamu tidak akan cemburu kalau aku keluar sama gadis lain?" pancing Sean.
"Coba saja kalau kamu berani! Akan aku pastikan selingkuhan kamu itu menyesal,"
Sean terkekeh kecil "Bagaimana kalau besok malam kita dinner sama mereka semua?"
"Mereka semua?"
"Iya. Sepupu aku. Waktu kita menikah, mereka tidak diundang. Mereka juga ingin ketemu sama kamu,"
"Apa tidak apa apa? Aku takut,"
"Tidak perlu takut. Mereka semua baik kok. Aku juga akan mengundang Rio sama Jisoora Nuna,"
Jenniefer mengangguk singkat "Baiklah,"
*
Hari sudah berlalu dan sekarang Sean bersama Jenniefer sudah tiba di perusahan.
Para karyawan yang menyadari kedatangan mereka langsung saja menyapa mereka dengan sopan.
"Aku suka suasana perusahan kamu ini. Nyaman," ujar Jenniefer.
Sean tersenyum lantas menggandeng Jenniefer menuju ke ruangannya.
"Aku bakalan beresin berkas berkas ini. Kalau kamu bosan, kamu bisa jalan jalan di sekitar perusahan kok. Di lantai atas juga ada cafe," ujar Sean.
"Tidak apa apa. Aku akan menunggu di sini saja," balas Jenniefer berganjak duduk disofa diruangan itu.
Sementara Sean sibuk menyelesaikan pekerjaannya, Jenniefer kelihatan fokus memainkan ponselnya.
"Bro!"
Keduanya terlonjak kaget ketika Limario tiba tiba saja memasuki ruangan itu dengan berteriak.
"Akhirnya datang juga lo! Lo kemana saja huh? Kemarin ada meeting sama Pak Jangwo. Goblok banget lo! Gara gara lo, gue harus mengurus Pak Jangwo sendirian. Tuh bapak cerewet banget lagi," gerutu Limario tanpa menyadari keberadaan Jenniefer.
"Dimana sikap sopan kamu Limario Kim!" suara dingin Jenniefer mula kedengaran.
"Nuna!? Bagaimana Nuna bisa ada disini!?" kaget Limario.
"Memangnya Nuna tidak boleh kesini?" balas Jenniefer.
Limario menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu "Y-Ya boleh si,"
Jenniefer menghela nafasnya dengan kasar "Jaga sikap kamu Limario. Jangan ngomong seperti tadi. Sean itu abang ipar kamu. Kamu harus menghormati dia," tegurnya.
"T-Tapi aku juga abang ipar kepada Sean," balas Limario.
"Ya pokoknya kalian harus saling menghormati saja," ujar Jenniefer.
"Arrasso," pasrah Limario sementara Sean hanya tersenyum meledek kepada adik iparnya itu.
"Ngomong-ngomong, aku masih merasa aneh nih. Kenapa Nuna bisa ada disini?" tanya Limario berganjak duduk disofa didepan Jenniefer.
"Nuna hanya ingin melihat perusahan ini makanya Nuna ikut sama Sean," jelas Jenniefer.
"Kalian sudah baikan?" tanya Limario menatap Sean dan Jenniefer secara bergantian.
"It's a long story. But, Jenniefer memilih gue," ujar Sean.
"Jadi ini artinya Nuna sudah memutuskan Hantae?" tanya Limario menatap Jenniefer dengan serius.
"Iya," sahut Jenniefer dengan singkat.
"Baguslah. Akhirnya Nuna sadar juga,"
"Lo tolong kabarin Airin Nuna bersama yang lain untuk dinner bersama nanti malam. Gue akan memperkenalkan Jenniefer kepada mereka," ujar Sean.
"Gue juga diundang nih?" tanya Limario.
"Iya. Lo bawa juga Jisoora Nuna," sahut Sean.
"Restaurant mana nih?"
"Lo uruskan saja deh,"
Limario mengangguk "Baiklah, nanti gue uruskan," setelah itu, dia berpamitan keluar untuk melanjutkan pekerjaannya.
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Be Mine✅(TERBIT)
FanfictionHubungan yang terjalin gara-gara perjodohan ternyata tidak terlalu buruk. Cinta yang perlahan-lahan muncul membuat Sean dan Jenniefer berusaha mempertahankan ikatan pernikahan mereka namun kehadiran sosok ketiga mula menghancurkan segalanya. Dendam...