Pagi harinya, Sean dan Jenniefer terbangun dari tidur gara-gara bel mansion yang terus berbunyi dan mengganggu tidur mereka.
"Sudah jam berapa?" tanya Sean dengan suara seraknya.
"Masih jam 5," sahut Jenniefer mengucek matanya.
"Siapa yang datang jam segini?" bingung Sean bergegas bangkit dari kasur.
"Ayo keluar," ajak Jenniefer menggandeng Sean keluar dari kamar lantas keduanya turun kelantai bawah.
Ceklekk
Terlihatlah sosok Pak satpam yang berdiri didepan mereka.
"Maaf mengganggu Tuan, Mrs,"
"Ada apa Pak Jang?" tanya Sean.
"Saya menemukan bayi ini didepan gerbang Pak,"
"Nde!?" rasa kantuk Jennifer dan Sean langsung menghilang.
Oekkk oekkk
Bayi yang berada didalam basket yang dipegang oleh Pak Jang mula menangis dengan keras.
"Apa Pak Jang tidak melihat siapa yang meninggalkan bayi ini?" tanya Sean.
"Maaf Tuan tapi saya tidak sadar. Mungkin Tuan bisa cek rekaman cctv,"
"Hubby, kita bawa bayi ini masuk ya," ujar Jenniefer.
Sean mengangguk mengizinkan Jenniefer membawa bayi itu masuk kedalam mansion.
"Pak. Kalau ada sesuatu yang mencurigakan, langsung bilang sama saya ya," ujar Sean.
"Baiklah Tuan,"
Sean tersenyum tipis sebelum kembali memasuki mansion dan menyusul Jenniefer yang sudah membawa bayi keruang tamu.
Bayi itu terus saja menangis dengan keras namun ketika Jenniefer menggendongnya, tangisannya tidak lagi kedengaran bahkan dia kembali tertidur dengan damai.
"Lucu," gumam Jenniefer.
"Ini anak siapa si?" bingung Sean melirik basket.
Tangannya beralih mengambil kertas yang ada di basket itu.
-Bayi ini baru saja berusia 2 minggu. Dia belum punya identitas. Kamu uruskan saja semuanya karena dia anak kamu-
"Apa semua ini!?" kaget Sean.
Jenniefer ikut membaca kertas itu dan sedetik kemudian dia sontak menatap Sean dengan tatapan yang sulit diartikan.
"I-Ini bukan anak aku. Tolong percaya sama aku. Aku tidak tahu siapa bayi ini," jelas Sean yang menyadari tatapan sang istri.
"Apa mungkin ini anak Jovanka?" tanya Jenniefer.
Sean mengusap wajahnya dengan kasar "Bisa jadi. Tapi aku yakin kalau bayi ini bukan anak aku,"
"Kalau dia bukan anak kamu, Jovanka tidak mungkin mengirim bayi ini kesini!" balas Jenniefer.
"Terus sekarang kamu mau bilang kalau ini anak aku!?"
"Mungkin saja ini benaran anak kamu!"
Sean menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia yakin 100% kalau bayi itu bukan anaknya.
"Kamu siap-siap sekarang. Kita kerumah sakit untuk melakukan test DNA," arah Sean.
Tanpa berlama-lama lagi, Jenniefer langsung berganjak ke kamar dan tidak lupa juga dia ikut membawa bayi kecil yang tidak bersalah itu.
"Kenapa seperti ini si," gumam Sean frustasi sebelum dirinya melangkah menyusul sang istri.
Singkat ceritanya, Jenniefer bersama Sean dan si bayi sudah tiba dirumah sakit bahkan sekarang mereka sudah selesai melakukan test DNA.
"Kapan hasil test nya keluar?" tanya Sean.
"Sekitar 1 hingga 2 minggu," sahut Dokter Chanhyuk.
"Baiklah Dok. Kalau hasil test nya keluar, langsung saja hubungi saya ya," ujar Sean menyerahkan kartu namanya kepada sang Dokter.
"Baiklah Tuan,"
Setelah berpamitan, Jenniefer dan Sean akhirnya keluar dari ruangan Dokter.
"Sekarang bagaimana?" tanya Sean.
"Kita uruskan saja bayi ini sehingga keputusan DNA keluar," jawab Jenniefer.
"Kamu serius? Bisa saja ini hanya jebakan untuk kita,"
"Apa lagi yang bisa kita lakukan memangnya? Kamu tega meninggalkan bayi ini dipanti asuhan?"
"Kita bisa melaporkan kasus ini kepada polisi,"
"Kasian bayi ini Sean. Untuk sementara waktu, kita urusin dia ya. Disamping itu juga kamu bisa mencari keberadaan Jovanka,"
"Memangnya ini tidak akan merepotkan kamu?"
Jenniefer tersenyum tipis. Dia menatap bayi laki laki yang berada digendongannya itu "Awalnya aku cukup marah karena disurat itu tertulis kalau bayi ini adalah anak kamu. Tapi aku juga tidak tega untuk membiarkan bayi ini membesar tanpa kasih sayang dari siapa-siapa. Untuk sementara waktu, kita uruskan saja bayi ini"
Jenniefer menjeda kata katanya lantas dia menatap Sean dengan tatapan yang sulit diartikan "Dan kalau bayi ini benaran anak kandung kamu, kita cerai saja dan kamu harus menikahi Jovanka untuk bertanggungjawab atas apa yang sudah kamu lakukan,"
Deg
Kalimat lanjutan dari Jenniefer mampu membuat hati Sean terasa sesak.
Tidak!
Apa pun yang terjadi, Sean akan mempertahankan Jenniefer!
Dia mencintai Jenniefer dan dia tidak akan membiarkan Jenniefer pergi meninggalkan dirinya.
"Memangnya kamu tidak ingin mempertahankan rumah tangga kita? Kamu tidak mencintai aku?" tanya Sean menatap Jenniefer dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Aku mencintai kamu tapi aku tidak sanggup untuk melihat kamu mempunyai wanita lain selain aku. Gara-gara itu aku memutuskan untuk melepaskan kamu,"
"Kamu tidak perlu melepaskan aku Jen! Aku milik kamu! Aku suami kamu! Kamu harus mempertahankan aku!" sentak Sean tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang sudah tertuju kepada mereka.
Jennie tersenyum simpul "Tidak semua kisah cinta berakhir dengan kebahagiaan,"
Tangan Sean terkepal! Dia bertekad untuk menyelesaikan semua masalah ini dengan segera agar dirinya tidak perlu kehilangan Jenniefer "Aku akan menyelesaikan semua ini dengan segera"
Dia beralih memegang kedua pundak Jenniefer dan matanya sudah menatap kedalam mata Jenniefer "Apa pun yang berlaku, please be mine. I will never let you go"
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Be Mine✅(TERBIT)
FanfictionHubungan yang terjalin gara-gara perjodohan ternyata tidak terlalu buruk. Cinta yang perlahan-lahan muncul membuat Sean dan Jenniefer berusaha mempertahankan ikatan pernikahan mereka namun kehadiran sosok ketiga mula menghancurkan segalanya. Dendam...