Setibanya dimansion, Jenniefer langsung berganjak memasuki kamar sehingga Sean dengan terburu-buru mengerjarnya.
"Wifey," panggil Sean menghampiri Jenniefer yang sibuk melepaskan anting-anting yang dipakainya didepan meja rias.
"Menurut kamu, aku itu seperti apa?" tanya Jenniefer menatap pantulan Sean melalui cermin.
"Kamu itu seperti bidadari yang cukup sempurna untuk aku,"
"Bohong!"
Sean tersenyum lantas dia menghampiri Jenniefer. Kedua tangannya diletakkan dipundak Jenniefer lantas dia menatap wajah istrinya melalui pantulan cermin.
"I love you to the mountains and back," bisiknya.
Jenniefer berdecih dengan pelan "Those just a fake words,"
"Jenniefer, I'm serious," ujar Sean. Dia lantas menarik tangan Jenniefer dengan pelan lalu keduanya beralih duduk diatas kasur.
"Apa salah aku?" tanya Sean walaupun dia sudah menyadari apa kesalahannya.
"Lupakan saja," balas Jenniefer.
Sean memegang kedua tangan Jenniefer lantas dia mengelusnya dengan lembut "Kamu pasti marah gara gara kata kata aku di restaurant itu bukan?"
Jenniefer hanya diam. Dia tidak ingin menjawab pertanyaan suaminya itu.
"Baiklah, aku minta maaf ya. Tapi aku ada alasan kok,"
"Apa alasan kamu?" akhirnya Jenniefer bersuara.
"Kita baru saja menikah bahkan kita baru saja baikan beberapa hari yang lalu. Aku tidak ingin terburu buru. Aku masih ingin menghabiskan banyak waktu aku bersama kamu," jelas Sean.
Jenniefer menunduk "Aku fikir kamu menganggap aku tidak pantas untuk menjadi seorang Mommy,"
"Hey, tatap aku," Sean mengangkat dagu Jenniefer sehingga gadis itu menatapnya "You're the best. Aku yakin kamu bisa menjadi Mommy yang hebat untuk anak anak aku. Hanya saja sekarang bukan saatnya. Kita masih harus belajar untuk memahami antara satu sama lain. Kamu harus tahu lebih banyak tentang aku begitu juga sebaliknya. Pelan-pelan saja ya. Kita nikmati dulu waktu kebersamaan kita," ujarnya dengan penuh pengertian.
"Maaf karena sudah salah faham sama kamu," lirih Jenniefer.
"It's okay. Aku mengerti kok," sahut Sean.
"Aku akan bersih bersih dulu ya," ujar Jenniefer bangkit dan berlalu ke kamar mandi.
Sean pula memutuskan untuk mengganti bajunya dengan baju yang lebih nyaman lantas dia berlalu keluar dari kamar untuk menuju keruang tamu.
"Lagi hujan," gumamnya ketika melihat rintikan air hujan melalui jendela.
Tanpa berlama-lama lagi, Sean berganjak ke dapur untuk menyiapkan dua cangkir hot chocolate bersama beberapa cemilan yang bisa dinikmati olehnya.
Dengan piyama yang sudah dipakai, Jenniefer berganjak turun dari lantas atas lalu dia menghampiri Sean yang berada diruang tamu.
"Kamu lagi apa?"
"Wifey, ayo duduk. Aku sudah menyiapkan hot chocolate sama cemilan. Diluar lagi hujan tuh. Ayo kita Netflix," ajak Sean.
Tanpa bantahan, Jenniefer lalu duduk disamping suaminya itu "Mau nonton apa?"
"Romance? Comedy? Atau horror?"
"Horror saja deh,"
Sean menaikkan satu alisnya "Yakin berani?"
"Aku berani ya!" sahut Jenniefer merasa tertantang.
Sean terkekeh kecil lantas dia memainkan film horror yang diinginkan oleh sang istri.
Awalnya semuanya baik baik saja namun ketika jumpscare muncul, Jenniefer langsung saja berteriak dengan keras bahkan wanita itu menyembunyikan wajahnya didada sang suami.
"Tadi katanya tidak takut," goda Sean.
"A-Aku tidak takut kok. Hanya kaget saja," ujar Jenniefer berdehem kecil.
Namun secara tiba tiba, adegan jumpscare kembali muncul sehingga Jenniefer langsung memeluk Sean dengan erat.
"Takut," cicit Jenniefer pada akhirnya.
Sean sontak terkekeh kecil "Tadi katanya berani,"
"Itu tadi, bukan sekarang," sahut Jenniefer.
"Ya sudah lah. Mendingan sekarang kita tidur. Sudah hampir jam 12 nih," ujar Sean yang langsung mematikan tv.
"Kamu ke kamar duluan. Aku akan menutup lampu utama mansion," arah Sean.
Jenniefer menggeleng. Wanita itu masih setia memegang Sean dengan erat "Bagaimana kalau hantunya tiba tiba muncul dikamar? Aku takut," ujarnya gementar.
"Wifey, tidak ada hantu di mansion ini loh,"
"Tapi bisa saja dia tiba tiba muncul bukan?"
Sean menahan rasa gemesnya "Baiklah, kita ke kamar bersama ya,"
"Ayo cepatan,"
Dengan sang istri yang terus memegang lengannya, Sean mematikan lampu utama mansion lalu dia menghidupkan flash diponselnya.
"Gelap banget," komentar Jenniefer.
"Jalan pelan-pelan saja," ujar Sean membawa sang istri menaiki tangga untuk ke kamar mereka.
"Akhirnya," seru Jenniefer setelah membaringkan dirinya diatas kasur.
Sean ikut berbaring disamping Jenniefer lantas istrinya itu langsung masuk kedalam dakapannya.
"Manja banget," komentar Sean.
"Kamu tidak suka?" tanya Jenniefer.
"Kata siapa? Aku suka banget sama istri aku yang manja ini," sahut Sean memeluk Jenniefer dengan erat "Selamat malam cantik,"
Jenniefer tersenyum "Selamat malam juga ganteng," ujarnya sebelum keduanya dijemput ke alam mimpi.
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Be Mine✅(TERBIT)
FanfictionHubungan yang terjalin gara-gara perjodohan ternyata tidak terlalu buruk. Cinta yang perlahan-lahan muncul membuat Sean dan Jenniefer berusaha mempertahankan ikatan pernikahan mereka namun kehadiran sosok ketiga mula menghancurkan segalanya. Dendam...