Part 28

2.5K 264 22
                                    

Untuk sementara waktu, Baby Deon akan dijaga oleh Yura dan Hanjun karena kondisi Jenniefer yang semakin memburuk itu.

Sekarang sudah seminggu Sean pergi meninggalkan mereka semua dan selama seminggu itu juga Jenniefer hanya mengurungkan dirinya dikamar.

Wanita itu terus saja melamun sehingga membuat orang tuanya memutuskan untuk menginap disana dan menemani dirinya.

Tok tok tok

Jenniefer hanya menatap kearah balkon kamarnya tanpa mempedulikan pintu kamarnya yang diketuk itu.

"Nuna, ayo makan malam. Sejak tadi pagi Nuna belum makan," ajak Limario.

"Kamu makan saja," tolak Jenniefer dengan suaranya yang lemah.

Limario menghela nafasnya dengan kasar. Perlahan-lahan dia menghampiri Jenniefer lantas dia duduk disamping sang Kakak.

"Sampai kapan Nuna ingin seperti ini terus hurm? Nuna harus belajar untuk mengikhlaskan kepergian Sean,"

Jenniefer hanya mampu terdiam tanpa membalas kata-kata sang adik.

"Apa Nuna lupa hari pertama Nuna menjadi istri kepada Sean? Nuna tidak pernah memperlakukan Sean dengan baik. Jadi kenapa sekarang Nuna harus sedih?" lanjut Limario.

"Hanya lo yang menganggap gue sebagai istri lo tapi gue tidak pernah dan tidak akan pernah menganggap lo sebagai suami gue!"

Setetes air mata Jenniefer mengalir keluar ketika dirinya mengingati kata-kata yang pernah dia lontarkan kepada suaminya itu.

Dulu, dia tidak pernah menghargai Sean namun sekarang dia merasa kehilangan setelah kepergian suaminya itu.

"Percuma Nuna menyesali semuanya. Sean juga tidak akan kembali lagi. Sekarang Nuna hanya perlu melanjutkan hidup Nuna tanpa bayangan Sean lagi," nasihat Limario.

Jenniefer akhirnya menatap Limario dengan tatapan sendunya "Apa Nuna harus mati duluan agar Nuna bisa bersama Sean?"

"Nuna! Jangan ngomong seperti itu ya! Sean pasti bakalan kecewa kalau dia mendengar kata-kata Nuna ini!" balas Limario berusaha menyadarkan Jenniefer.

Jenniefer tersenyum tipis "Sean kecewa? Itu tidak mungkin. Dia pasti senang melihat Nuna seperti ini. Mungkin dia ingin balas dendam karena dulu Nuna tidak pernah menghargai dia. Sekarang setelah dia pergi, Nuna baru sadar kalau dia cukup berharga,"

Limario mengusap wajahnya dengan kasar. Semakin lama, omongan Jenniefer semakin melantur dan itu membuat dirinya khawatir.

"Rio, Jenniefer, ayo turun," panggil Hanjun menghampiri mereka.

"Aku ingin disini,", tolak Jenniefer.

"Ada yang bertamu. Namanya Jovanka,"

Deg

"Jovanka?" ulang Jenniefer.

"Kamu tahu soal dia?" tanya Hanjun.

"Dia mantan Sean,"

Hanjun mengangguk "Dia kesini untuk mengambil Deon,"

Jenniefer sontak bangkit lalu dia berganjak keluar dari kamar membuat Hanjun dan Limario bergegas menyusulnya.

Setibanya disana, mereka melihat seorang wanita yang sudah menggendong Baby Deon. Tidak lupa juga dengan keberadaan kedua orang tua Sean dan juga Jisoora yang berada disana.

"Jadi lo orang tua Deon?" tanya Jenniefer menatap Jovanka dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ah, jadi kalian memberinya nama Deon?" balas Jovanka.

"Gue mau lo jujur. Siapa ayah kandung Deon?" tanya Jenniefer.

Jovanka tersenyum tipis "Sean. Dia anak kandung Sean,"

"Kamu jangan fitnah ya! Sean tidak mungkin ayah kepada bayi ini!" seru Min-Ha dengan marah.

"Terserah kalian saja. Kalau kalian tidak percaya, aku juga tidak peduli si. Aku meninggalkan bayi ini disini karena aku ingin Sean menjaga anaknya ini. Tapi sekarang Sean sudah meninggal jadi aku akan mengambil kembali bayi ini," ujar Jovanka tanpa rasa bersalah.

"Gue yakin itu bukan anak Sean!" seru Jenniefer dengan marah "Mendingan lo bawa saja bayi itu pergi dari sini! Gue tidak ingin melihatnya lagi!"

Jovanka menggedikkan bahunya dengan acuh "Walaupun lo berusaha menyangkalnya, tetap saja darah Sean mengalir didalam badan bayi ini," dia bangkit lalu dengan santainya berjalan keluar dari mansion.

"Wanita gila!" umpat Jenniefer dengan marah.

"Mom, Dad, aku yakin bayi itu bukan anak Sean," lanjutnya berusaha meyakinkan kedua orang tuanya.

"Bukannya kalian sudah melakukan test DNA?" tanya Limario.

"Iya tapi keputusan DNA nya belum keluar," sahut Jenniefer.

"Kita harus menunggu hasil test DNA agar kita bisa mengetahui Jovanka berbohong atau tidak," ujar Seohoon dibalas anggukan oleh yang lain.

*
*

Dengan menggendong sang anak, Jovanka berganjak memasuki apartment miliknya.

"Hantae!? Sharon!?" kagetnya ketika melihat sosok yang duduk diruang tamu.

"Kenapa lo mengambil bayi itu kembali hah!?" marah Hantae.

"Memangnya kenapa? Sean sudah mati jadi bayi ini harus bersama gue dong. Lagian gue sudah meyakinkan mereka semua kalau bayi ini memang anak kandung Sean," sahut Jovanka dengan santai.

"Sekarang kita harus memikirkan rencana baru. Sean baru saja meninggal dan sekarang saatnya untuk kamu kembali mendekati Jenniefer," ujar Sharon kepada Hantae.

"Ngomong-ngomong, kenapa kalian ingin sekali menghancurkan hidup Jenniefer? Gue tidak yakin semua ini hanya gara-gara kekayaan Jenniefer," timpal Jovanka menatap Hantae dan Sharon secara bergantian.

Tangan Hantae terkepal "Gue dendam sama keluarga Kim! Pokoknya gue akan menghancurkan keluarga mereka! Selama ini, mereka sudah menginjek harga diri gue dan gue tidak akan tinggal diam lagi!"

"Lo sudah membunuh Sean. Gue yakin polisi lagi mencari keberadaan lo," ujar Jovanka menaikkan satu alisnya.

Hantae bersmirk "Mereka menganggap Sean meninggal gara-gara kecelakaan. Mereka tidak tahu kalau gue yang membunuh Sean. Lagian kasus ini juga sudah ditutup dan jasad Sean juga sudah tenggelam didalam lautan,"

"Gue tidak peduli sama dendam lo atau apa pun itu. Tapi gue hanya menginginkan apa yang sudah lo janjikan. Lo sudah berjanji untuk memberikan 50% kekayaan keluarga mereka kepada gue!" ujar Jovanka dengan serius.

"Lo tenang saja. Lagian lo pasti mendapatkan kekayaan keluarga mereka kok. Lo bahkan akan mendapatkan kekayaan keluarga Park. Gue yakin keluarga Park pasti akan peduli sama anak lo itu karena itu anaknya Sean," balas Sharon.

"Tapi, apa benar itu anaknya Sean?" tanya Hantae.

Jovanka terkekeh kecil "Tidak mungkin lah. Sean dulu memang cowok yang nakal tapi dia tidak pernah mengambil kesempatan keatas gue. Ciuman saja tidak pernah. Anak ini memang bukan anak Sean,"

Hantae dan Sharon mengangguk faham "Tidak apa-apa. Yang pasti, kita harus bekerjasama untuk rencana kita ini," ujar Hantae disetujui oleh kedua wanita itu.


Tekan
   👇

Please Be Mine✅(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang