Tangisan Baby Deon membangunkan Jenniefer dari mimpi indahnya itu. Wanita itu langsung saja menghampiri kasur bayi lalu dia menggendong Baby Deon dengan perlahan-lahan.
"Anak Mommy kenapa hurm?" tanya Jenniefer menimang sang bayi.
Namun tangisan Baby Deon masih saja belum terhenti.
Tanpa berlama-lama lagi, Jenniefer kembali membaringkan Baby Deon kedalam kasur bayi sebelum dirinya bergegas menyiapkan susu botol untuknya.
Untung sekali semua kelengkapan untuk membuat susu sudah ada didalam kamar, jadi Jenniefer tidak perlu ke dapur.
"Ini susunya sayang," Jenniefer kembali menggendong Baby Deon dan tangisan bayi itu akhirnya terhenti setelah Jenniefer menyuapinya susu botol.
"Ada apa?" tanya Sean dengan suara seraknya. Sepertinya pria ini terbangun dari tidurnya gara-gara suara tangisan Baby Deon.
"Deon haus," jelas Jenniefer.
Dalam suasana kamar yang remang, Sean masih bisa melihat Jenniefer yang fokus menatap Baby Deon.
Senyuman langsung saja muncul dibibir Sean "Sepertinya kamu sudah siap untuk menjadi seorang Mommy,"
Tatapan Jenniefer langsung tertuju kepadanya "Perasaan ini tiba-tiba saja muncul. Aku menyayangi Deon seperti anak kandung aku sendiri,"
"Istri aku ini baik banget si," puji Sean.
"Hubby. Apa aku bisa menjadi Mommy kepada Deon? Untuk sementara waktu saja kok sebelum dia kembali ke keluarga kandungnya," seru Jenniefer meminta izin dari sang suami.
Sean tersenyum dengan lembut "Aku tidak masalah kok. Tapi aku harap kamu tidak merasa terbeban ya,"
"Aku tidak akan merasa terbeban," sahut Jenniefer tanpa ragu.
Tatapannya kembali tertuju kepada Baby Deon yang sudah tertidur itu.
Setelah menyimpan susu botol Baby Deon, Jenniefer menepuk punggung sang bayi dengan pelan sehingga bayi itu bersendawa.
Akhirnya bayi itu kembali dibaringkan kedalam kasurnya "Imut," gumam Jenniefer menyelimuti sang anak sebelum dirinya menghampiri sang suami.
"Kamu kok bisa pintar mengurus bayi?" bingung Sean.
Jenniefer tersenyum tipis "Dulu anak teman Mommy pernah menitipkan cucunya kepada Mommy jadi aku yang harus membantu Mommy mengurus bayi itu. Sejak saat itu Mommy mengajar aku untuk mengurus bayi," jelasnya.
Sean mengangguk faham "Ternyata istri aku yang kelihatan judes ini punya sisi hangat,"
"Aku sudah cocok menjadi seorang Mommy bukan?" tanya Jenniefer dengan bangga.
Sean mencubit pipi gembul sang istri dengan gemes "Cocok banget. Jadi makin cinta deh,"
Jenniefer hanya menggeleng dengan pelan "Sekarang masih jam 3 pagi. Ayo tidur," ajaknya kembali membaringkan dirinya diatas kasur.
"Come here Wifey," panggil Sean setelah ikut membaringkan dirinya.
Tanpa membantah, Jenniefer langsung saja masuk kedalam dakapan sang suami.
"Mimpi yang indah, cantiknya aku," bisik Sean dibalas senyuman dari sang istri.
*
*Pagi harinya, Jenniefer memutuskan untuk tidak ke butik karena dirinya ingin berada di mansion dan mengurus Baby Deon.
Sean juga tidak mempermasalahkannya bahkan Sean cukup senang karena istrinya itu tidak perlu capek-capek bekerja.
"Aku berangkat dulu ya. Kalau ada apa-apa, kabarin aku," pamit Sean mengecup dahi Jenniefer.
"Hati-hati Hubby," balas Jenniefer diangguki oleh Sean.
"Daddy pergi duluan ya," Sean ikut berpamitan sama sosok Baby Deon yang berada di gendongan Jenniefer.
Bayi itu hanya tersenyum seakan dirinya mengerti kalimat yang dilontarkan oleh Sean.
"Bye Wifey," ujar Sean sebelum dirinya benar-benar pergi dari mansion dengan mengendarai mobil mewahnya itu.
"Daddy sudah berangkat kerja. Sekarang Deon sama Mommy ya," Jenniefer membawa Baby Deon memasuki mansion lalu dia membaringkan sang anak kedalam baby swing chair.
"Saatnya beres-beres," gumam Jenniefer meregangkan badannya sebelum dirinya membersihkan mansion.
*
*Sean sudah tiba di perusahan dan baru saja dia memasuki ruangannya, dia malah dikagetkan dengan sosok Limario yang sudah berada didalam sana.
"Lo kenapa?" tanya Sean menatap Limario dengan bingung.
"Seharusnya gue yang bertanya sama lo. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kemarin lo libur? Gue sudah menghubungi lo tapi lo tidak menjawab panggilan dari gue. Gue masih penasaran sama apa yang Daddy bicarakan sama lo," cerocos Limario tanpa henti.
"Daddy lo meminta gue untuk menceraikan Nuna lo,"
"What!? Atas alasan apa?"
Sean melonggarkan tie yang dipakai olehnya itu sebelum dirinya mula menceritakan semuanya dari awal. Tidak lupa juga, dia ikut menceritakan tentang kehadiran Baby Deon yang hampir saja membuat dirinya kehilangan Jenniefer.
"I-Ini gila," komentar Limario yang sudah mengusap wajahnya dengan kasar Baiklah.
"Rio, lo harus percaya sama gue. Gue yakin Baby Deon itu bukan anak kandung gue! Gue tidak pernah tidur sama mana-mana wanita selain istri gue sendiri," seru Sean dengan yakin.
"Gue percaya sama lo Sean. Tapi kehadiran bayi itu malah membuat hubungan lo sama Nuna gue semakin parah," balas Limario.
"Jenniefer sayang kok sama Baby Deon. Dia bahkan sudah menganggap Baby Deon seperti anaknya sendiri,"
"Apa lo belum mendapatkan informasi soal keberadaan mantan lo?"
Sean menggeleng "Dia terlalu pintar bersembunyi,"
"Apa orang tua kita sudah tahu soal ini?"
"Belum. Gue memang sudah berencana untuk ngomong sama mereka. Tapi gue masih menunggu saat yang tepat,"
Limario mengangguk faham "Ya sudah lah. Kalau ada apa-apa yang terjadi, lo kabarin gue saja. Gue akan berusaha membantu lo,"
Sean tersenyum tipis "Thanks bro,"
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Be Mine✅(TERBIT)
FanficHubungan yang terjalin gara-gara perjodohan ternyata tidak terlalu buruk. Cinta yang perlahan-lahan muncul membuat Sean dan Jenniefer berusaha mempertahankan ikatan pernikahan mereka namun kehadiran sosok ketiga mula menghancurkan segalanya. Dendam...