Setelah urusan dirumah sakit selesai, Jenniefer memutuskan untuk ke mall dan berbelanja kelengkapan bayi sementara Sean hanya mampu mengikuti keinginan Jenniefer dengan pasrah.
Sean tidak membenci bayi itu. Hanya saja dia sedikit kesal dengan ulah orang tua sang bayi yang ingin menghancurkan rumah tangganya itu.
"Coba gendong dia," ujar Jenniefer setelah tiba di toko kelengkapan barang bayi.
"Aku gendong dia?" ulang Sean.
Jenniefer mengangguk "Hitung-hitung pendekatan kamu sama dia,"
"Sudah aku bilang kalau dia bukan anak aku,"
"Jangan terlalu yakin. Hasil test DNA belum keluar,"
Sean menghela nafasnya dengan kasar. Dia tidak ingin berdebat dengan Jenniefer hanya gara-gara masalah itu makanya sekarang dia langsung saja menggendong bayi mungil itu.
"Hati-hati. Jangan terlalu kasar," ujar Jenniefer.
"Arrasso," sahut Sean menatap bayi yang ada di gendongannya itu "Ngomong-ngomong, kamu tidak ingin memberinya nama?"
Jenniefer sontak menatap Sean "Aku bisa memberinya nama?"
Sean mengangguk "Di kertas itu juga tertulis kalau bayi ini belum ada identitas si,"
"Deon Gabriel Park. Kita bisa memanggilnya Baby Deon,"
"Kenapa harus menggunakan marga aku? Kita bahkan belum tahu siapa Daddy kandung anak ini,"
"Ya sudah. Kita bisa memanggil dia Baby Deon saja," putus Jenniefer.
Sean hanya mengangguk membiarkan istrinya itu melakukan apa yang diinginkan.
"Aku akan membeli beberapa kelengkapan Baby Deon. Kamu tolong jaga dia sebentar ya," ujar Jenniefer.
"Iya," sahut Sean "Kartu atm aku ada sama kamu bukan? Gunakan saja kartu atm itu. Beli saja apa yang kamu inginkan," lanjutnya.
Jenniefer tersenyum sebelum dirinya melangkah mendekati barang-barang yang menarik perhatiannya.
Sean pula memutuskan untuk duduk dibangku yang memang sudah disediakan dengan Baby Deon yang berada digendongannya.
"Kamu anak siapa si? Kenapa kamu muncul hurm?" lirih Sean menatap Baby Deon dengan tatapan sendu.
"Sean?"
Sean mendongak menatap sosok yang menghampirinya itu.
"Hantae," gumamnya dengan pelan.
"Dimana Jenniefer? Dan itu anak siapa?" tanya Hantae menatap bayi yang berada digendongan Sean itu dengan tatapan bingung.
"Jenniefer ada didalam toko," jelas Sean yang bingung untuk menjelaskan identitas Baby Deon.
"Hantae?" Jenniefer menghampiri mereka dengan membawa banyak paperbag.
"Hai Jen," sapa Hantae.
"Kamu ngapain disini?" tanya Jenniefer.
"Ada sesuatu yang aku cari si," sahut Hantae lantas dia kembali menatap Sean "Lo belum menjawab pertanyaan gue. Siapa bayi ini?"
"Ini-"
"Ini anak angkat aku sama Sean," Jennifer memotong kata-kata sang suami.
"Anak angkat!? Kenapa kalian mengadopsi anak?" kaget Hantae.
"Tidak ada yang salah bukan?" balas Jenniefer.
"Tidak salah si tapi kenapa tiba-tiba saja? Atau jangan-jangan lo-" Hantae menjeda kata-katanya. Dia menatap Sean dengan tatapan yang sulit diartikan.
Seakan mengerti, Sean sontak tersulut emosi "Kata-kata lo dijaga ya!" serunya marah.
"Waw, santai bro. Gue fikir lo memang tidak bisa memberi Jenniefer anak si," balas Hantae dengan santai.
"Han. Sean sehat kok. Aku juga sehat. Lagian aku sama Sean juga baru saja menikah. Kamu jangan seenaknya ngomong dong," tegur Jenniefer.
Hantae mengangguk singkat "Baiklah-baiklah. Aku minta maaf Jen. Aku tidak bermaksud untuk menyakiti perasaan kamu,"
"Wifey, ayo pergi," ajak Sean.
Jenniefer mengangguk "Han, aku duluan," pamitnya sebelum berganjak pergi bersama sang suami.
Hantae menatap kepergian Jenniefer dengan tatapan yang sulit diartikan "Kenapa Jenniefer kelihatan baik-baik saja? Dia bahkan menerima bayi itu," gumamnya.
Kini Sean bersama keluarga kecilnya sudah tiba dimansion bahkan Baby Deon sudah kembali tidur diatas kasur bayi yang baru saja dibeli.
"Apa menurut kamu kita harus ngomong sama yang lain?" tanya Jenniefer memecahkan keheningan didalam kamar itu.
"Kita tidak bisa menutupi semua ini dari mereka. Lagian aku takut masalah yang baru kembali muncul," ujar Sean.
"Masalah baru?"
Sean mengangguk singkat "Aku sudah membayar orang-orang aku untuk mencari keberadaan Jovanka. Aku juga sudah meminta mereka untuk menyelidiki siapa Daddy kandung Deon. Pokoknya aku ingin masalah ini segera selesai. Lagian kita tidak tahu apa rencana Jovanka yang seterusnya bukan?"
"Aku juga ingin masalah ini segera selesai. Bohong kalau aku bilang aku baik-baik saja. Sejujurnya hati aku hancur Sean. Aku takut. Aku takut kalau Deon benaran anak kandung kamu. Aku sudah terlanjur mencintai kamu dan aku tidak ingin kehilangan kamu Sean. Tapi aku tidak boleh egois. Aku harus melepaskan kamu kalau itu yang terbaik untuk kita," lirih Jenniefer meneteskan air matanya.
Sean membawa Jenniefer kedalam dakapannya "Untuk kali ini aku akan egois. Apa pun yang terjadi, aku tidak akan melepaskan kamu walaupun nyawa aku sebagai taruhannya. Aku berani bersumpah kalau Deon bukan anak kandung aku dan aku akan mempertahankan kamu!"
Jenniefer mula terisak bahkan kedua tangannya sudah mencengkram baju Sean "Hiks Hubby, don't leave me,"
"Trust me. I will never let you go," balas Sean mengelus kepala Jenniefer dengan lembut.
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Be Mine✅(TERBIT)
FanfictionHubungan yang terjalin gara-gara perjodohan ternyata tidak terlalu buruk. Cinta yang perlahan-lahan muncul membuat Sean dan Jenniefer berusaha mempertahankan ikatan pernikahan mereka namun kehadiran sosok ketiga mula menghancurkan segalanya. Dendam...