(2). Awal Kebebasan

699 56 0
                                    

Happy Reading

🌻🌻🌻

Tibalah Yewon dan ibunya diruang tamu keluarga Kim itu, ibu Yewon langsung duduk disebelah pria yang berstatus suaminya tersebut dan tanpa aba-abapun Yewon duduk tepat disofa seberang yang berhadapan dengan orang tuanya tersebut yang masih menggunakan pakaian kerjanya seperti Tuan Kim yang masih berpakaian formal.

Kruk nya dia letakan di sisa sofa sebelah kanannya, dia duduk di sofa yang cukup untuk 3 orang. Lalu membenarkan duduknya setelah meletakan kruk dengan posisi aman. Yewon mengeluarkan hembusan nafasnya dengan lembut sambil menatap kedua orang didepannya dengan mata indah bermanik hitam miliknya.

Sang ayahpun berdehem dan menaruh beberapa lembar kertas diatas meja kaca transparan didepannya yang menjadi penghalang dirinya dengan sang putri. Seakan mengerti akan tatapan bingung putrinya, sang ayahpun berdehem kembali lalu menjelaskan apa maksud lembaran-lembaran kertas dengan bahasa universal tersebut.

“Ini lembaran untuk masuk Senior High School di New York, London dan Paris. Kau bisa memilihnya, kami akan mengizinkanmu keluar dari tempat persembunyianmu ini” Jelasnya.

“Keluar dari rumah ini ?”

“Iya, kau hanya perlu pilih ingin sekolah mana dan kami akan segera mendaftarkanmu, bulan depan sudah mulai kegiatan mengajarnya” Jawab sang ibu.

“Haruskah ?”

“Apa kau tidak bosan mengurung dirimu terus-menurus, kau butuh dunia luar”.

“Benar kata eommamu, kami sudah mempertimbangkan ini semua jauh-jauh hari sebelum kau lulus dari Junior High School 3 bulan lalu” Lanjut sang ayah.

“Tapi aku tidak ingin kesalah satu tujuan kalian, dan ini hanya untuk masuk Senior High School bukan perguruan tinggi. Mengapa harus diluar ?”

“Kau punya trauma bukan pada sekolah disini, itu sebabnya kami ingin kau meneruskan sekolah mu diluar dan sampai lulus lalu terus ke Universitas disana juga” Halus sang ayah.

“Kukira kalian akan mengasingkanku keluar negeri”

“Kami menyayangimu mana mungkin itu terjadi” Sanggah sang ibu dengan tegas.

“Mungkin saja. Tapi aku tidak tertarik dengan tujuan kalian”

“Baiklah kuserahkan padamu Kim Yewon, kau ingin bebas memilih tempat yang kau mau” Final ayahnya pada sang putri.

“Senior high school swasta milik kakek yang ada diindonesia ?”

“Disana ?” Tanya sang ibu.

“Yakin, tak ingin memikirkannya lagi ?” Sahut sang ayah.

Yewon hanya mengangguk, dia memang ingin tinggal disana. Dia pernah menelpon kakeknya dan bicara panjang lebar akan kehidupannya disini yang hanya sekolah dirumah. Lalu dengan nada menggoda kakeknya malah menyuruhnya untuk melanjutkan ke Indonesia dimana sang kakek menetap dan mengurus sekolah peninggalan sang istri disana.

Awalnya hanya bualan sang kakek untuk meminta cucu satu-satunya itu ke Indonesia tapi Yewon malah menganggapnya serius dan juga ingin tinggal bersama kakeknya, mulai dari situlah Yewon mulai memikirkan apa yang akan dia putuskan. Dan hal ini sudah dia pikirkan sejak dia masih sekolah dirumah semenjak baru lulus setingkat sekolah dasar. Jadi dia sudah sangat yakin dengan keputusannya itu.

“Kau tidak takut ada yang membullymu, Indonesia juga sering terjadi bullying disekolah ?”

“Apa bedanya dengan 3 tempat yang kalian rekomendasikan ?

“Kurasa semua sekolah sama, tapi satu hal bagaimana kita menghadapinya itu yang terpenting. Dan aku merasa nyaman didekat kakek walaupun nanti aku juga akan dibully seperti waktu sekolah dasar dulu” Jelas Yewon dengan santai.

“Appa dan Eomma tenang saja aku bisa menjaga diriku, aku bukan anak umur 7 tahun lagi” Yewon meyakinkan kedua orang tuanya.

“Tentunya dengan satu hal…”. Dan sekarang sang ibu membuat persyaratan dadakan untuk putrinya tersebut, Yewon hanya memandang malas sambil mengangguk. Apa yang akan dikatakan ibunya yang kadang memang sangat posesif itu. Apa ibunya akan menentang keinginannya atau apa ?

“Jangan pernah kecewakan Appa dan Eomma”

Akhirnya senyuman Yewon terlihat setelah lama tenggelam, dia tersenyum dengan sangat indah. Bahkan bibir mungilnya seakan tertarik keatas mengukir senyuman paling manis lalu mengangguk dengan yakin serta berkata pasti pada kedua orang tuanya itu. Ia lalu mengabil kruknya dan memakainya dengan cepat, melangkah kesisi kedua orang tuanya dan kedua orang itupun berdiri dan memeluk putri tunggalnya tersebut.

“Terima kasih” Ucap Yewon dan diiringi anggukan kedua orang tuanya.

🌻🌻🌻

Thu, 27 February 2020
Mian for typo...

You Are Not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang