(4). Kenangan

463 45 0
                                    

Happy Reading

🌻🌻🌻

Satu minggu lagi Yewon akan berangkat ke Indonesia untuk sekolah di INTERNASIONAL HIGH SCHOOL, Jakarta. Keperluannya sudah terpenuhi semuanya, bahkan pakaian dan yang lainnya sudah tersusun rapi disebuah koper besar berwarna pink kesayangannya.

Hanya sedikit yang dia bawa, saat disana juga dia bisa membeli apa yang dia perlukan nanti. Yang benar-benar dipersiapkannya adalah hati dan batinnya yang mesti kuat saat disana.

Yewon sekarang terduduk disebuah ayunan ditaman belakang rumahnya, ayunan berwarna biru laut yang menghadap langsung dengan kolam bernang yang tidak terlalu besar berair jernih serta sisi kanan kiri yang ditumbuhi bunga-bungan dan terdapat vertical garden didinding yang dibelakanginya.

Kruknya tergeletak dilantai berubin putih dibawah kakinya. Pandangan Yewon lurus kedepan tetapi dalam keadaan kosong menatap air jernih kolam bernang tersebut, pikirannya berjalan menelurusi ingatan-ingatan masa lalu saat dia diejek karena fisiknya yang tidak sempurna.

Ketakutan itu seakan muncul kembali disaat dirinya sudah yakin akan keputusannya untuk menemui dunia luar dan bertemu banyak orang kembali.

Trauma akan perlakuan orang-orang karena fisiknya, seketika kepalanya memutar kembali perkataan teman-temannya.

Tapi tunggu ada satu nama yang selalu dilupakannya, seorang anak lelaki bertubuh gempal yang selalu menolongnya saat teman-temannya mengejek fisiknya.

Seorang bocah lelaki yang setiap hari berdiri didepan pagar rumah Yewon saat tahu Yewon tidak pernah pergi kesekolah lagi karena malu. Bocah lelaki berkulit tan yang selalu memberikan Yewon permen lollipop bentuk hati sepulang sekolah.

Bocan lelaki yang menyebut dirinya manis dan menebar pesona pada semua perempuan disekolah, tanpa tahu malu mengedipkan matanya pada setiap gadis yang dia temuai.

Seketika Yewon tersenyum mengingat tingkah bocah lelaki yang menjadi satu-satunya temannya disekolah itu. Si kulit tan bergigi taring yang namanya Yewon lupakan.

Mereka memang seangkatan tetapi tidak sekelas. Walau baru kelas 2 Sekolah dasar Yewon ingat betul kelakuan bocah lelaki itu saat pertama kali mereka bertemu.

10 yeas ago.

Yewon kecil sedang menangis dipojok taman yang sedang sepi, tubuhnya bergetar dengan sangat kentara, air matanya mengalir dengan cukup deras dipipi berisinya.

Seseorang ikut berjongkok menyeimbangkan tubuhnya dengan tubuh Yewon yang sedang duduk sambil memeluk lutut kirinya dan kaki kanan yang berupa kaki buatan itu dibiarkan.

“Apakah dengan menangis kau akan puas dan tidak ada menangis lagi nanti” Suara seseorang terdengar ditelinga Yewon membuatnya mengangkat wajah menunduknya dan memandang orang itu.

“Kalau begitu menangislah tapi janji satu hal padaku bahwa kau tidak akan menangis lagi nanti” Lanjut bocah lelaki itu sambil menatap Yewon dan mengulurkan tangannya yang mungil sambil memajukan jari kelingking tanda perjanjiannya.

“Aku tidak yakin” jawab Yewon masih sesegukan.

“Kalau begitu aku akan meyakinkanmu” Seketika ibu jari bocah lelaki itu menyapu air bening dipipi Yewon.

“Mari berteman dan aku akan melindungimu”

Yewon masih memandang bocah lelaki itu bingung, tapi satu hal Yewon tidak mendapat kebohongan apapun dari manik hitam lelaki didepannya. Dan dia lihat hanyalah senyuman tulus serta binaran mata sang bocah lelaki yang sangat tulus.

“Mari berteman” Jawab Yewon lalu sedikit tersenyum.

“Kim Min Gyu… kau bisa memanggilku Mingyu” sambil mengulurkan tangannya.

“Salam kenal Mingyu, kau bisa panggil aku Yewon”

.
.
.

Tidak terasa satu minggu berlalu ini saatnya Yewon bertolak keIndonesia, 7 jam dipesawat akhirnya Yewon sampai dibandara Seokarno-Hatta. Yewon tidak sendirian dia pergi dengan kedua orang tuanya.

Dari bandara mereka langsung menuju kekediaman kakek Yewon yang berada diperumahan didaerah Jakarta Selatan.

“Dimana kakek ?” Tanya Yewon.

“Mengapa kau mencarinya ?” Sang ayah balik bertanya.

“Aku kesini ingin bersama kakek” Tegas Yewon.

“Yewon-ah, kau lupa kakek dan nenekmu meninggal saat kecelakaan bersamamu”

Seketika jantung Yewon serasa terlepas dari tempatnya, kakeknya sudah tidak ada lalu siapa yang sering dia hubunginya selama ini, bertukar pesan dengan orang itu bahkan menelponnya membicarkan keluh kesalnya.

Yewon ingat bahwa dia kecelakaan saat menjemput kakek dan neneknya dibandara, dia ingat mereka kecelakaan saat dijalan pulang kerumahnya di seoul dan neneknya meninggal diperjalanan kerumah sakit, dia ingat kakinya hilang akibat kecelakaan itu tapi satu hal yang ia lupa kakek meninggal akibat kecelakaan 10 tahun lalu.

“Aku tidak percaya”

Seketika mata Yewon menjadi panas dan meluncurkan tetesan air bening dari sudut matanya.

“Aku ingin pulang”

🌻🌻🌻

Sat, 29 February 2020
Mian for typo.....

You Are Not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang