Happy Reading
🌻🌻🌻
"Jadi kau Kim Min Gyu ?"
"Kau Yewonie bukan ?"
Yewon dan Mingyu sedang duduk bersama ditribun lapangan basket indoor sekolah ini, dan Jungkook juga ikut tapi dia sedang memainkan bola basket dilapangan itu masih dengan baju kaos hitamnya.
"Kau masih mengingatku ?" Tanya Yewon sambil mengalihakan tatapannya pada Jungkook dilapangan luas didepannya dengan tatapan kosong.
"Awalnya tidak, tapi.... maaf. Mungkin karena fisikmu aku langsung mengingatmu"
"Begitu ternyata" pelan Yewon sambil mengangguk.
"Kau tidak memakai kaki palsumu lagi ?"
"Aku tidak suka"
"Aku kaget kalau kau masih mengingat namaku setelah 10 tahun, bagaimana kabarmu ?"
"Aku baru mengingatnya lagi karena lelaki itu memanggil namamu" tunjuk Yewon pada Jungkook yang terus memasukan bola basket ke ring dan ajaibnya tembakannya selalu tepat.
"Dan seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja" sahut Yewon sambil memadang kearah Mingyu dan Mingyupun tak sedikitpun melepaskan tatapannya apa Yewon.
"Aku mengerti, bahkan kau kembali keluar dan kita bahkan satu sekolah lagi dan sekelas saat ini" sahut Mingyu dengan senyumnya.
"Apa kau tidak ingin kembali kekelas, kurasa bel masuk tadi berbunyi" kata Yewon mengambil kruknya dan berdiri.
"Ayo kembali" kata Mingyu dan menggenggam tangan kiri Yewon.
"Jungkook ayo kekelas" teriak Mingyu.
"Padahal aku masih ingin bolos" ujar Jungkook dan membuang bolanya sembarang.
.
.
.Yewon dan Mingyu masuk kelas bersama, para murid lain memandang mereka dengan tatapan datar. Dan Jungkook yang ada tepat dibelakang mereka merasa jengkel oleh tatapan orang-orang itu.
"Berhenti menatap mereka seperti itu atau kalian akan dapat lembaran sepatu mahalku" tegas Jungkook dan membuat semuanya mengalihkan tatapan mereka.
"Berdiri diluar karena terlambat" sahut seorang guru yang baru saja masuk setelah mereka bertiga.
"Cepat berdiri diluar aku tak ingin melihat para membolos dihari pertama ini" lanjut guru wanita itu.
"Yewon ?" Tanya Mingyu.
"Aku tak apa, aku akan keluar" katanya lalu dia yang pertama keluar, disusul Mingyu.
"Saeem kau akan menyesal menyuruhku keluar" ujar Jungkook dan mengambil baju seragamnya lalu ikut keluar.
.
.
."Bagaimana kabarmu ?" Tiba-tiba Yewon bicara pada Mingyu yang berdiri disisi kirinya.
"Aku ? Aku baik. Keluarga Jungkook banyak membantuku sampai aku bisa sekolah ditempat elit seperti ini"
"Jungkook ?"
"Aku Jeon Jung Kook nona, siapa namamu ?" Tanya Jungkook yang berdiri disebelah kananya.
"Aku Kim Yewon"
"Yewon-ssi apa kau tidak ingin duduk ?" Tanya Jungkook dia bisa melihat dengan jelas keadaan fisik Yewon.
"Aku kuat berdiri seperti ini"
"Baiklah, tapi kalau kau lelah kau harus bicara padaku dan aku akan menggendongmu dipunggungku" kata Jungkook.
"Dia bisa saja duduk kau tak perlu menggendongnya" sahut Mingyu.
"Mingyu benar" sahut Yewon.
"Aku serius, apa salahnya" ucap Jungkook.
.
.
."Jeon Jung Kook" teriak seorang guru itu sambil memandang buku absennya.
"Jeon Jung Kook, nomor absen 19" panggilnya lagi tapi tak ada yang mengahut.
"Kau memgusirnya saeem" kata seorang gadis dikelas itu.
Guru itu lalu memandang foto dibuku absennya, benar ini murid yang dia hukum. Tapi ada yang aneh dia mulai ingat sesuatu. Tadi saat dikantor guru dia diberi pesan oleh seorang guru senior bahwa cucu pemilik sekolah ada dikelasnya dan namanya adalah Jung Kook. Dan hanya satu orang dikelasnya dengan nama Jungkook yaitu murid yang dia usir. Dia akan dapat masalah kalau anak itu melaporkan perbuatannya pada kakeknya, maka dia buru-buru keluar dan meminta Jungkook masuk.
"Jeon Jungkook kau boleh masuk"
"Temanku ? Kalau aku masuk mereka juga harus masuk karena kami satu paket, kau tidak bisa hanya memilih salah satu" sahut Jungkook yang baru memakai baju seragamnya.
"Baiklah kalian semua masuklah, dan masukan bajumu dengan benar" ucap guru itu pada Jungkook lalu masuk.
"Dengar dia menyuruh kita masuk, ayo Yewon" kata Jungkook dan menggenggam pergelangan tangan Yewon dan mengantarnya kebangkunya diiringi Mingyu.
🌻🌻🌻
Fri, 6 March 2020.
Mian for typo....
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Not Alone
FanfictionSeorang gadis beusia 17 tahun yang hanya bisa terisolasi dirumah megahnya, disatu sisi menjadi anak tunggal memberatkannya karena ayah dan ibunya terlalu sibuk. Padahal sesungguhnya dia juga membutuhkan tempat untuk mencurahkan isi hati serta keluh...