Part 5

1.2K 61 0
                                    

Dengan wajah panik Jimin menaruh tubuh mungil Yura ke dalam mobil, tak lupa memasangkan seatbelt pada tubuh basah istrinya itu, setelah selesai Jimin langsung masuk ke dalam mobil dan melaju dengan sangat kencang membelah jalanan.

Jimin sesekali melirik ke arah Yura yang masih belum sadarkan diri, dan tergeletak lemah di samping kemudi. Perasaan khawatir menyeruak di hati Jimin, ada perasaan bersalah yang bercampur dengan rasa cemas.

Tapi dengan cepat Jimin tersadar dari rasa yang baru saja menghampirinya, Jimin kembali memasang wajah datarnya. Jimin beranggapan ini bukanlah sepenuhnya salah dirinya, ini juga merupakan kesalahan Yura. Jika saja gadis itu tidak membuat makanan yang bisa menyebabkan Jimin masuk rumah sakit, Jimin pasti tidak akan mengurungnya di bawah guyuran shower.

"Bukan. Bukan salahku. Dia sendiri yang membuat aku harus melakukan ini padanya" Jimin berusaha menenangkan hatinya.

Tak butuh waktu lama akhirnya mobil yang di kendarai Jimin tiba di rumah sakit. Dengan cepat Jimin menurunkan Yura, dan menggendongnya masuk untuk segera di tangani. Setelah Yura di tangani oleh dokter, Jimin hanya menunggu di ruang tunggu khusus keluarga pasien. Walaupun beberapa kali meyakinkan diri bahwa ini bukan sepenuhnya salahnya, Jimin juga tidak bisa memungkiri bahwa Yura sampai begini karna ulahnya.

Setelah beberapa waktu Dokter yang menangani Yura akhirnya keluar, dengan cepat Jimin menanyakan keadaan Yura.

"Bagaimana keadaannya Dok?" tanya Jimin cemas.

"Keadaan nya bisa di katakan buruk tuan, kita harus segera melakukan operasi untuk mengeluarkan cairan yang sudah terlalu banyak masuk ke dalam paru-paru pasien. Jika tidak itu semua akan berakibat fatal bagi pasien" jelas Dokter dengan segala kemungkinan terburuk tentang kondisi Yura.

Deg..

Separah itu kah?

Dengan cepat Jimin tersadar dari lamunannya, mengiyakan saran Dokter untuk melakukan tindakan operasi, supaya nyawa Yura bisa terselamatkan.

"Lakukan yang terbaik Dok. Selamatkan Yura" titah Jimin pada Dokter.

"Baik tuan. Kalau boleh tau anda ini siapanya pasien ya?" tanya Dokter memastikan apakah Jimin bisa menjadi penanggung jawab atas tindakan ini.

Deg..

Haruskah aku mengakuinya?

Harus kah ku akui bahwa Dia istriku?

No. Big No!

"Saya kerabatnya terdekatnya, Dok. Saya akan jadi penanggung jawab atas pasien" ucap Jimin, akhirnya seperti biasa berakhir dengan, hanya mengaku sebagai kerabat bukan seorang suami.

"Baik kalau begitu, tuan silahkan mengurus dokumen nya segera. Setelah itu kami akan segera melakukan operasi pada pasien" titah Dokter pada Jimin.

Dengan cepat Jimin pergi ke ruang administrasi, untuk mengurus dokumen serta pelunasan biaya operasi Yura. Dalam keadaan ini, Jimin masih saja mempunyai akal untuk dirinya menekan Yura kedepannya, dengan berpura pura minta bayaran karna uangnya telah habis untuk biaya berobat Yura.

***

Operasi telah di lakukan, dan yang Jimin lalukan hanyalah berdiam diri menunggu operasi itu selesai dan berharap agar Yura selamat. Bukan karna ingin memperbaiki hubungan nya dengan Yura, Jimin hanya berfikir jika apa yang baru di alami Yura belum sebanding dengan apa yang di lalulinya selama setahun ini.

Jimin masih dendam, karna pernikahan dirinya dengan Yura. Jimin jadi tidak bisa menikahi kekasihnya, Kang Seulgi. Ditambah lagi dengan Ayahnya yang sangat menyayangi dan mengutamakan Yura dari pada dirinya.

Sebaik apapun Yura padanya selama ini, tak pernah menyurutkan sedikitpun dendam yang tertanam sangat dalam di hati Jimin. Dendam yang entah sampai kapan berakhir dan menyadarkannya akan cinta yang begitu besar dari seorang Choi Yura, istrinya sendiri.

Bersambung..

I Love You My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang